5 - CURIGA

175 8 2
                                    


"Kak Kia ngomong kayak gitu ke elo?"

"Iya. Maksud dia ngomong kayak gitu ke gue apa coba?"

Sambil berjalan menyusuri koridor menuju kelas, Arka dan Alvin melanjutkan obrolan yang telah tercipta sejak keduanya berboncengan menuju sekolah. Pagi-pagi sekali, Arka meminta Alvin menjemputnya lantaran ingin menceritakan kejadian kemarin.

"Kak Kia kayaknya ngedukung elo sama Kak Kirani," Alvin menyimpulkan.

"Menurut gue juga gitu, Vin! Kak Kia kesannya ngedukung gue banget kalo gue ngedeketin Kak Kirani sampai dia nyuruh gue semacam waspada gitulah sama mantannya Kak Kirani."

"Mantan? Sotoy banget lo!"

"Gue enggak sotoy, Vin. Feeling gue aja. Cowok yang Kak Kia maksud itu pasti mantannya Kak Kirani."

"Kayak anak cewek aja lo pake feeling-feeling-an segala." Alvin terkekeh.

"Enggak lucu lo."

Alvin lantas mengembuskan karbondioksida dari mulutnya perlahan. "Kalo gitu, tunggu apa lagi? Elo udah dapat dukungan dari Kak Kia, temen deketnya Kak Kirani. Harusnya, elo bisa lebih cepat pacaran sama Kak Kirani dan tantangan dari Tristan selesai. Si Tristan pasti kaget banget kalo elo bisa secepet itu nyelesaiin tantangannya!"

Arka terdiam. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah kawasan apotek hidup yang berada di sisi kanan koridor menuju bangunan kelas satu. Ia masih memikirkan ucapan Kia sore kemarin. Sungguh, ia tidak paham maksud Kia menyuruhnya untuk bergerak cepat. Mengapa Kia dengan mudah menyuruhnya mendekati Kirani? Sebagai seorang sahabat, bukankah seharusnya Kia melindungi Kirani dari laki-laki yang coba mendekatinya?

"Eh! Elo kenapa diem?" Alvin menepuk pundak teman baiknya.

"Gue lagi mikir."

"Kebanyakan mikir banget sih lo. Gue udah bilang, elo minta bantuan Kak Kia aja bu—"

"Gue mau nanya elo deh, Vin!" potong Arka dengan suara menanjak. "Kalo elo ada di posisi Kak Kia dan elo tau ada orang yang coba deketin sahabat elo, tapi elo belum terlalu kenal orang itu, elo bakal biarin orang itu deketin sahabat elo gitu aja?"

"Ya enggaklah!"

"Nah, itu yang dari tadi bikin gue heran, Vin!" sambar Arka. "Kak Kia kan belum kenal gue banget. Kok dia bisa-bisanya nyuruh gue buat ngambil hati Kak Kirani, sih? Beneran, deh! Gue ngerasa, Kak Kia itu aneh banget! Kayak ... Kak Kia tuh enggak suka sama orang dari masa lalunya Kak Kirani."

"Kalo kayak gitu, berarti Kak Kia tau kalo orang dari masa lalunya Kak Kirani itu enggak baik orangnya!"

"Iya, sih. Tapi, kenapa harus gue? Kenapa Kak Kia enggak ngomong kayak gitu ke Kak Sam? Lebih masuk akal kalo Kak Kia nyuruh Kak Sam yang jelas-jelas naksir berat ke Kak Kirani."

Alvin mengangkat kedua bahunya sepersekian detik. "Mana gue tau," ucapnya acuh tak acuh. "Pokoknya, sekarang elo enggak usah mikirin kenapa Kak Kia ngasih tau elo soal cowok dari masa lalu Kak Kirani. Elo sekarang mesti fokus buat ngedapetin hati Kak Kirani dan selesaiin tantangan dari Tristan. Paham lo?"

***

Sama seperti dua hari yang lalu, sama seperti kemarin, hari ini pun Kia mendapati Kirani masuk ke kelas dengan kepala menunduk. Langkahnya pelan-pelan menuju kursi dan begitu duduk, gadis itu langsung membuka buku, bersikap seolah membaca—atau memang benar-benar membaca buku.

"Ran, besok kan ada kuis Sosiologi, boleh, ya, kalo entar malam Sam ke rumah Kirani?" tanya Sam, duduk menghadap Kirani, melipat kedua tangannya di atas sandaran kursi.

FROM THE PAST [SELESAI]Where stories live. Discover now