8 - SELANGKAH LEBIH DEKAT

115 6 0
                                    

"Ha? Serius? Arka nelpon elo?" Kia spontan mengalihkan perhatiannya dari ponsel begitu Kirani duduk di sebelahnya dan berkata Arka meneleponnya semalam.

Kelas sebelas IPS A pagi ini belum begitu ramai. Selain Kia dan Kirani, hanya ada empat orang siswi yang duduk di bangku masing-masing. Di pojok kanan belakang, seorang siswa tengah sibuk membaca sebuah komik Naruto.

Kirani mengangguk sebagai respons. Kia lantas melanjutkan, "Terus, dia ngomong apa?"

"Yaaa ..., nanya-nanya soal akuntansi, sih."

"Itu doang?"

"Emang elu harap dia bakal nanya apa?"

"Nanya elo udah makan atau belom, kek. Terus ngajakin elo keluar buat makan gitu."

Tangan kanan Kirani terayun memukul pundak Kia, tertawa pelan. "Ya, kali, Ki. Elo pikir Arka bakal ngomong kayak gitu? Minta nomor hape gue aja dia gugupnya kayak apa."

"Iya, sih." Kia mendengus. "Anak itu payah, ah. Tapi, bagus deh kalo dia udah berani nelpon elo. Setidaknya, dia udah selangkah deket ama elo!" Sebuah senyum menghiasi wajah Kia.

Kirani menggeleng-gelengkan kepala mendengar reaksi Kia. "Gue bingung, elo itu aneh atau baik, sih? Repot-repot amat ngurusin Arka biar deket ama gue. Jangan-jangan, elo dibayar sama Arka, ya?"

"Gue cuma mau liat elo seneng, Ran," ujar Kia. "Gue cuma pengen elo berenti mikirin si Dewa dan masa lalu elo yang ngga menyenangkan itu. Kebetulan aja, sih, gue ngerasa Arka tuh cocok sama elo. Jadi—"

"Jadi, elo ngotot pengen gue jadian sama Arka."

"Ha? Jadian? Kirani jadian sama siapa?" Sam yang baru datang, tahu-tahu panik begitu mendengar nama Kirani menyebut kata "jadian". Dipandanginya Kia dan Kirani bergantian, menuntut jawaban.

"Enggak kok, Sam. Elo salah denger," Kirani menyahut.

Sam memandang Kirani curiga. "Kirani bohong, ya? Tadi Sam denger loh Kirani ngomong 'jadian ... jadian ...' sama si siapa tuh? Jaka?"

"Arka, Samsul! Arka!" Kia berteriak gemas.

"Tuh, bener, Arka," Sam membenarkan. "Kirani bener jadian sama cowok yang namanya Arka?"

"Iya!"

"Enggak!"

Kia dan Kirani menyahut bersamaan.

"Yang bener yang mana, nih?" Lagi-lagi Sam memandangi Kia dan Kirani bergantian.

"Gue yang bener!" Kia menyambar. "Jadi, mulai sekarang, elo jaga jarak sama Kirani. Paham lo?"

"Kia!" Kirani menegur.

Gadis berambut pendek itu menoleh ke arah Kirani, memberi kode mata agar Kirani diam saja.

"Kalo kalian denger suara kretek-kretek di deket sini, itu suara hatiku yang sedang patah." Sam berbicara dengan nada galau

Kia tertawa lepas, sedangkan Kirani hanya tertawa samar.

***

Suasana di kelas sepuluh D tampak sepi meski hampir seluruh bangku di dalamnya diduduki oleh para murid. Hanya suara Pak Gana, guru kewarganegaraan, yang terdengar memenuhi ruang kelas, menghujani telinga para murid dengan nasehat-nasehat agar kelak menjadi warga negara yang berbudi pekerti luhur.

Di bangkunya, Arka tampak sibuk membuat sketsa random di belakang buku tulisnya. Bukan bermaksud untuk mengabaikan segala nasehat guru senior itu, hanya saja ... sekarang sudah terhitung lima menit sejak bel jam pulang berbunyi, mengapa Pak Gani belum juga selesai dengan nasehat-nasehatnya?

FROM THE PAST [SELESAI]Where stories live. Discover now