3 - NOMOR HAPE

217 10 5
                                    

Suara bel tanda pelajaran pertama dimulai, terdengar ketika Arka baru saja turun dari angkot. Pak Sukijan, satpam SMA Harapan Bangsa, bergerak meninggalkan posnya untuk menutup gerbang. Bersama murid-murid yang nyaris terlambat lainnya, cepat-cepat Arka mengayunkan langkahnya melewati gerbang.

"Cepat! Cepat masuk!" Pak Sukijan berteriak.

Arka masih berlari—bahkan berlari lebih cepat dibanding sebelumnya—menyusuri koridor sekolah menuju gedung kelas sepuluh. Ia ingat betul, pelajaran pertama pagi ini adalah biologi. Ulangan harian pula. Arka tidak yakin apakah hafalannya semalam bisa diandalkan. Karena itu, secepat mungkin ia ingin tiba di kelasnya untuk ... menggandakan catatan kecil Alvin—semoga masih sempat.

"Vin! Vin!" Arka langsung menghampiri Alvin begitu masuk ke kelasnya, sukses membuat Alvin yang masih menulis catatan di atas selembar kertas kecil, terkejut.

"Apaan?"

"Pinjam konsep lu, dong. Kepepet nih!"

"Enggak ada! Gue belum selesai. Langsung liat dari buku aja sana!" Alvin menyingkirkan tangan Arka dari bahunya. Lantas, pemuda berambut cokelat itu kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda, mencatat semua materi ekosistem yang menurutnya akan masuk di soal ulangan harian.

"Gila lo! Buku paket biologi gede kali, Vin!"

"Salah sendiri, kenapa lo enggak buat dari semalam!?"

"Gue capek habis latian gerak jalan, Vin. Pelit amat sih lo!"

Alvin pura-pura tidak mendengar ucapan Arka. Merasa diabaikan, Arka pun mendengus. Lelaki bersurai hitam itu memutuskan untuk duduk di bangkunya, mengeluarkan buku paket biologi, pulpen, dan selembar kertas yang ia cabut dari pertengahan bukunya. Laki-laki itu ingin membuat sontekan seadanya. Akan tetapi, belum satu huruf ia tulis, Bu Yana telah masuk ke ruang kelas.

"Hari ini, kita ulangan harian!"

Mampus gue!

***

Tidak jadi mampus ... wkwkwk.

Dengan senyum yang mengembang lebar di wajahnya, Arka dan belasan teman sekelasnya keluar dari ruangan. Bu Yana menerapkan pembagian kelompok dalam ulangan. Kelompok pertama berada di dalam kelas, mengerjakan soal hingga bel tanda satu jam pelajaran berbunyi. Sementara itu, kelompok kedua akan masuk setelah kelompok pertama keluar.

Arka merasa lega, Bu Yana menempatkannya di kelompok kedua.

Beberapa siswi, bergegas duduk di taman depan kelas, membaca buku biologi sambil sesekali mengobrol. Tepatnya, mengobrol sambil sesekali membaca buku biologi. Reno dan dua orang siswa lainnya malah melenggang dengan santainya menuju kantin, alih-alih membuat "pelampung" agar tidak tenggelam dalam lautan soal biologi.

Arka memilih untuk berdua saja dengan buku biologinya di bangku taman kelas sepuluh B. Sekali lagi mengecek hafalannya, sudah sesuai dengan tulisan di buku atau belum. Namun, baru beberapa menit lelaki itu menikmati kencannya, tahu-tahu ...

"Alaah, materi dua bab doang elo hafal sampai segitunya."

... Tristan datang menganggunya.

Arka mendengus. "Ngapain lo ke sini? Sana, jangan ganggu gue!"

Tristan tertawa meremehkan. "Sok sibuk banget sih lo."

Entah hanya perasaannya saja atau memang Tristan menjadi semakin menyebalkan. Arka berdiri dari duduknya. Tanpa sedikit pun niat untuk memandang, terlebih berpamitan, pemuda berambut hitam itu beranjak meninggalkan bangku taman kelas sepuluh B.

FROM THE PAST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang