27 - YANG DIUNGKAPKAN

93 4 4
                                    

"Bentar lagi ulangan semester, ya?" Kia yang baru datang, menghampiri Kirani yang sedang duduk di bangku taman depan kelas, tampak asik mengusap-usap layar ponselnya.

Mendengar ucapan Kia, gadis berambut panjang itu menoleh, tersenyum, lantas menyahut singkat, "Iya."

"Bakal seminggu ngga liat Arka, ya?"

Kening Kirani berkerut. "Maksud lo?"

Kia terkekeh, lalu mengibaskan tangannya. "Duh! Santai aja dong ekspresinya, ngga usah kaget gitu." Kia tertawa pelan lagi.

"Habisnya elo, sih, ngomong kayak gitu."

"Habisnya elo ngga mau ceritain waktu di kafe elo ngomong apa sama Arka."

Kirani memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, menarik oksigen secara perlahan masuk melalui hidungnya. "Jadi, elo masih penasaran gue sama Arka ngomong apa waktu itu?"

"Iyalah!"

Kirani bisa menghirup aroma permen wangi keluar dari mulut Kia. "Elo belakangan makan permen mulu. Ngga takut gigi lo rusak, apa?"

"Udah!" Kia mengibaskan tangannya di depan wajah Kirani. "Elo ngga usah ngalihin pembicaraan. Jadi, apa yang elo bicarain sama Arka waktu itu? Kasih tau gue, dong. Gue penasaran sumpah!" Gadis berambut pendek itu mengguncang-guncang lengan Kirani.

Kirani menrengut. Usahanya untuk mengalihkan pembicaraan dengan sukses dibantah oleh Kia. "Gue sama Arka ngga banyak obrolin apa-apa, kok, Ki, Kirani menyahut kalem. "Y-ya ..., gue cuma minta maaf karena ... y-ya ... mungkin dia kaget waktu gue bilang kalo ... gue semacam ngarepin dia, gitu."

"Terus ... terus ..., Arka bilang apa?"

"Y-ya ... dia ngga ngomong apa-apa, sih. Cuma bilang 'ngga apa-apa, Kak, ngga usah dipikirin', gitu, Ki." Nada Kirani terdengar lesu. "Arka kayak ... jadi segan gitu ama gue."

"Karena elo lebih tua kali."

"Iya, kali, Ki."

"Emang susah kalo naksirnya ama cowo yang lebih muda, Ran. Dideketin, dia lari. Ngarep dia deketin, mustahil."

Kirani memandang sahabatnya sejenak, lalu tertawa. "Elo ngomongnya kayak pernah naksir sama adik kelas aja."

Kia tersenyum kecil. Gue pernah, Ran. Elo ngga tau aja.

"Terus, rencana lo apa sekarang?" Kia bertanya, mencoba mengabaikan kalimat yang sempat terpikir olehnya.

"Tau!" Kirani mengendikkan bahunya.

Kia menghela napas. "Gini loh, Ran, menurut gue ... cowok kayak Arka yang pemalu gitu, sih ..., bisa mudah berubah pikiran, Ran. Maksudnya ..., ya ... kalo elo nunjukin perhatian lebih ke dia, mungkin dia bisa suka sama lo. Tunggu, deh," Kia mengatur posisi duduknya, "elo ... beneran suka sama Arka?"

"Ki, gue ngga bakal mikirin ucapan gue sampe segitunya, kalo gue ngga suka sama tuh anak. Gue mikirin hal itu, gue minta maaf, karena lo tau apa? Gue ... ngga mau Arka jauh dari gue, Ki. Maksud gue ..., gue ... ngga mau anak itu jadi segan dan nganggep gue sebagai kakak kelas."

"Bentar!" ujar Kia. "Jadi, elo beneran pengen dianggap lebih dari sekadar kakak kelas sama si Arka?" Kia menatap kedua mata Kirani intens.

Kirani mengangguk pelan. "Tapi, dia udah punya cewek lain di hatinya, Ki."

"SERIUS LO? SIAPA?" Kirani tidak pernah menyangka reaksi Kia akan sangat berlebihan seperti ini.

Kirani mengendikkan bahunya lagi. "Dia ngga bilang siapa. Dia ... cuma bilang kalo ... dia lagi suka sama seseorang."

FROM THE PAST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang