24 - PELAYAN BARU

82 5 1
                                    

Suara tembakan meriam, pedang yang saling beradu, bangunan roboh, juga suara teriakan manusia, terdengar dari dalam kamar Alvin. Di depan laptop-nya, laki-laki itu tampak serius bermain game Age of Empire. Beberapa penduduk kerajaannya yang sedang membangun keeptower pemanah—di satu area, tahu-tahu diserang oleh kerajaan lawan.

"Buset, roboh!" Alvin menghentak mouse-nya sebagai luapan kekesalannya. Tidak lama, sebuah lemparan pulpen menghantam punggungnya.

"Woy! Terus, gue harus gimana, Vin? Lo dengerin gue lagi cerita, ngga, tadi?"

Alvin menjeda permainannya, kemudian memutar badannya menghadap Arka yang duduk di tepi tempat tidur di belakangnya. Sejenak, laki-laki blasteran itu menarik napas, lalu berkata, "Kalo Kak Kirani ngomong kayak gitu ke elo, itu artinya dia udah ngasi kode ke elo. Dia itu mulai suka sama elo."

Sehabis salat magrib, Arka langsung meluncur ke rumah Alvin. Selain ingin mengerjakan tugas, pemuda itu sekalian bermaksud melanjutkan ceritanya tentang Kirani. Sebelumnya, Arka sudah menceritakan perihal "Kirani yang berharap padanya" itu ke Alvin di sekolah. Arka hanya ingin mendengarkan penjelasan lebih dari Alvin. Meski kadang tampak "tidak bisa diandalkan", tetapi untuk urusan perempuan, hanya Alvin yang bisa Arka andalkan.

"Terus, gue harus apa?"

"Ke rumah makan padang."

Kening Arka mengernyit. "Ngapain?"

"Beli otak!" Alvin gemas. "Lo tuh beneran bego banget kalo soal cewek."

"Makanya itu gue nemuin lo!" Arka pun membalas dengan nada gemas. "Serius, Vin! Gue harus apa?"

"Tembak!"

Singkat, padat, jelas, dan berhasil membuat Arka nyaris terkena serangan jantung saat mendengarnya.

"Gila, lo! Masa langsung main tembak aja?"

"Bro!" Nada suara Alvin berubah serius. "Kak Kirani udah ngasi kode ke elo. Lo harusnya peka, dong! Lo mau bikin dia nembak lo duluan? Dia itu cewek, Bro! Meskipun sekarang cewek boleh aja ngelakuin first move, tapi lo bakal keliatan lebih "cowok" kalo elo yang nembak."

Arka merebahkan tubuhnya ke tempat tidur Alvin. Dipandanginya langit-langit kamar sembari mengembuskan karbondioksida dari mulutnya secara perlahan. "Tapi, kalo gue yang ngelakuin itu, Vin," tutur Arka, "kesannya gue yang emang pengen jadian sama Kak Kirani."

"Bukannya emang gitu?" timpal Alvin.

"Lo lupa alasan gue ngedekatin Kak Kirani?" Arka menghela napas berat. "Gue bakal merasa bersalah banget kalo gue nembak dia, bilang suka sama dia, tapi itu cuma di mulut doang."

"Terus? Lo mau biarin Kak Kirani ngarepin lo tanpa elo beri kepastian, gitu?"

Arka mengusap wajahnya, frustrasi. Posisinya saat ini berada di situasi yang serba salah. Jika menuruti ucapan Alvin, ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak tega. Ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa bersalah sebab Arka benar-benar paham, dirinya mendekati Kirani hanya karena taruhan dari Tristan. Akan tetapi, jika mengabaikan ucapan Alvin—membiarkan Kirani berada di dalam ketidakpastian, Arka juga merasakan rasa bersalah yang sama.

"Udah ...," tahu-tahu Alvin memukul Arka dengan guling, "mending lo pikirin baik-baik aja apa kata gue. Lagian, emang elo ngga ada rasa suka sedikit pun sama Kak Kirani sejauh ini? Dia tuh cantik banget!"

Arka menyingkirkan guling dari atas tubuhnya, menegakkan punggungnya, kemudian berkata, "Perasaan sama sekali ngga ada hubungannya sama kondisi fisik seseorang, Vin."

"Gila! Lo orang pertama yang sejauh ini belum naksir sama Kak Kirani." Alvin menepuk pundak Arka. "Gue penasaran, lo sukanya cewek yang kayak gimana, sih?"

FROM THE PAST [SELESAI]Where stories live. Discover now