29 - "DENGERIN GUE, RAN!"

89 9 0
                                    

Sejak mendengar penuturan Arka kemarin siang, Kia sungguh kehilangan fokusnya dalam melakukan apa pun. Kemarin, sepulang bertemu Arka, gadis itu nyaris menabrak seorang penyeberang jalan. Semalam, dia hampir tidak meminum obat yang diberikan dokter padanya. Dan, pagi ini ... Kia salah mengenakan seragam sekolah.

"Ini kan hari Jumat, Ki. Harusnya pakai seragam pramuka," tegur ibunya ketika Kia bergabung dengan anggota keluarganya untuk menyantap sarapan.

"Iya, Mah. Nanti Kia ganti, deh. Udah laper."

Ibu Kia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, membiarkan anak dari suaminya itu menyambar roti bakar yang baru saja dihidangkan di atas meja.

Usai sarapan, Kia bergegas mengganti pakaiannya, berpamitan, kemudian berangkat bersama Raka. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Kia banyak diam. Biasanya, Kia akan bernyanyi mengikuti lirik dari lagu yang diputar Raka melalui dashboard. Terkadang, Kia akan bertanya apa yang dilakukan Kirani di kafe, bagaimana keadaan kafe Raka, atau paling tidak, Kia akan menggerutu karena tingkah Reihan. Namun, pagi ini tidak ada keributan sedikit pun.

"Tumben diem," Raka menceletuk begitu mobilnya dicegat lampu merah pertama dalam perjalanan menuju SMA Harapan Bangsa.

Kia menoleh sekilas ke arah kakaknya, lalu berkata sembari memandang pengendara di sebelah jendelanya, "Lagi malas ngomong aja."

"Kenapa?" Raka bertanya lagi, sengaja memancing Kia berbicara. "Dari semalam jadi pendiem gitu. Bukan Kia yang Kakak kenal."

Kia hanya menarik napas pelan.

"Mikirin Kirani?"

"..."

"Mikirin tugas sekolah?"

"..."

"Arka?"

Mendengar itu, Kia terkesiap. Raka menyadari itu. "Tuh," Raka menunjuk ke satu arah di depan sebelah kiri, "Arka kayaknya lagi nunggu angkot. Sekalian ajak dia biar bareng, ya?"

"Jangan!" sambar Kia. Gadis itu cepat-cepat membekap mulutnya, kemudian.

Insting Raka bekerja. Sikap adiknya yang aneh sejak kemarin, sikap adiknya yang begitu terkejut saat dia menyebut nama Arka, sikap adiknya saat dia berniat mengajak Arka untuk berangkat bersama.

"Jadi, kau ada masalah dengan Arka?"

***

Dari bangku taman depan kelas, Kirani melihat Kia berajalan sambil menundukkan kepalanya di koridor. Gadis itu beranjak dari tempatnya, menghampiri Kia seolah tidak sabar untuk menemui teman sebangkunya itu.

"Ki." Kia mengangkat wajahnya, agak terkejut dengan keberadaan Kirani di depannya. Belum sempat gadis itu mengeluarkan kalimat "ada apa" yang terlintas di pikirannya, Kirani lebih dulu berkata, "Ikut gue bentar, yuk. Gue mau nanya sesuatu."

"Gue juga pengin nanya sesuatu ke elo, Ran."

Antara Kia dan Kirani, tidak ada yang saling bicara bahkan sampai keduanya tiba di loteng perpustakaan. Tembok yang setinggi pinggang membuat keduanya leluasa memandang ke arah lapangan basket, menunggu hingga salah satu di antara mereka mulai berbicara.

Kirani berdeham.

Dia sadar bahwa dia yang harus berbicara pertama kali lantaran dirinya yang membawa Kia ke tempat ini.

"Elo ... kemarin beneran jadi nemuin Arka di rumahnya?"

"Ya."

"Lalu?"

"Gue sama dia ngomongin banyak hal. Termasuk ngomongin hubungan elo dan Arka."

Kirani diam. Dia tahu Kia tidak akan menyembunyikan hal itu—membicarakan tentang dirinya—darinya. Kendati demikian, Kirani berdeham sekali. Perasaan gugup seketika menyelimuti benaknya. Baru saja dia ingin membuka mulut, tetapi Kia, kali ini, lebih dulu menyambar.

FROM THE PAST [SELESAI]Where stories live. Discover now