12 - RAKA

92 8 2
                                    

"Arka berangkat dulu, Bu."

Seolah ia tidak terkena skors, pukul tujuh lewat sekian menit, Arka meninggalkan rumah, mengenakan seragam dan membawa ransel yang berisi beberapa buku. Ransel yang terlihat kempes akan membuat Arka terlibat tanya-jawab yang panjang dengan Ibu Lilis, dia tahu itu.

Arka berdiri di tempat ia bisa menunggu angkutan umum. Di dekatnya, juga ada tiga orang lain yang ia kenali sebagai siswi SMA Harapan Bangsa. Kakak kelasnya, tepatnya, sebab Arka melihat badge kelas sebelas di sisi kiri baju mereka. Angkutan umum yang mengarah ke sekolahnya baru saja berhenti. Ketiga kakak kelasnya pun segera naik. Namun, kendaraan itu masih berhenti, menunggu Arka.

"Heh, mau naik ngga?" Seorang dari kakak kelas yang duduk di depan, bertanya pada Arka, mewakili sang sopir.

"Engga, Kak."

Arka melihat siswi itu bicara pada sopir dan tidak lama kemudian, angkutan umum itu bergerak meninggalkan Arka. Pemuda itu lantas duduk di bangku halte, berpikir harus pergi ke mana dia sekarang. Tidak mungkin menunggu di sini seharian, kan? Bisa ketahuan. Apalagi kalau Ibu Lilis dan Tante Ayu mau ke pasar. Hah, Arka bisa kedapatan tidak berangkat ke sekolah.

Ponsel Arka berbunyi singkat, tanda ada pesan yang masuk ke salah satu aplikasi chat-nya.

Alvin: Bro, lo di mana? Rumah?

Arka: Yang bener aja. Gue lagi di tempat biasa nungguin angkot. Ibu ngga boleh tau gue lagi kena skors.

Alvin: Terus, lo mau di sana seharian?

Arka: Ngga tau. Ini gue lagi mikir mau ngumpet di mana.

Alvin: Di rumah gue aja. Ada Bang Davin, kok, di sana. Lagi ngga kuliah.

Arka: Ngga ah. Ngga enak sama Mommy lo.

Alvin: Biasa aja kali, Ka.

Arka: Thanks deh, Vin. Gue cari tempat lain aja buat ngumpet sampe jam pulang sekolah.

Alvin: Lo ke warnet yang biasa aja. Sekalian nyari bahan buat makalah Biologi. Kemarin Bu Yana bagi kelompok. Elo sekelompok ama gue. Kelompok satu. Minggu depan kita presentase.

Arka menghela napas pelan.

Arka: Bisa aja lo, ya, nyuruh gue nyari bahan presentase sendiri.

Alvin: Man, mumpung lo ngga ada kerjaan, ya mending lo nyari bahan. Urusan nyusun, ngeprint, sama jilid, kasi yang lain aja. Elo tinggal cari bahannya dan simpan di FD. Entar gue fotoin materi-materi buat kelompok kita apa aja. Ada di buku gue.

Arka tidak membalas chat Alvin yang panjang barusan. Tugas kelompok dan presentase sudah membuat suasana hatinya tidak bagus. Beberapa detik kemudian, dering singkat tanda ada pesan masuk di aplikasi chat, terdengar.

Pasti dari Alvin.

Alvin: Ka, ini materi-materi kita. Cari semua sampe dapat, ya. Nanti anak-anak cewek yang nyusun.

*image1.jpg*

Arka membaca pesan yang terkirim bersama foto tulisan tangan Alvin di buku tulis. Anjay, tulisan kayak cakar ayam gini malah di foto.

Arka: Vin, lo ketik aja materinya. Tulisan lo jelek banget di foto.

Alvin: Ngeledek amat lo -_- tunggu bentar.

Sekitar beberapa saat kemudian, ponsel Arka berdering lagi. Diceknya aplikasi chat dan menemukan materi-materi yang harus ia cari. Hah, oke, ngumpet di warnet aja.

FROM THE PAST [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora