"Apa benar kamu menyontek saat ulangan, Alvero?!" Suara Bu Via langsung menyentak Raga yang baru saja hendak duduk di sofa. Raga langsung menegakkan punggung, menatap Bu Via dan Bu Novi dengan wajah datar.

"Nggak, Bu."

"Bohong! Saya nggak percaya! Bagaimana kamu dapat nilai ini kalau bukan karena nyontek?" Bu Novi berseru marah. Sambil mengulurkan lembaran kertas jawaban Raga ke hadapan Raga dan Bu Via. Tertulis angka 9 dengan tinta merah di pojok kanan atas kertas tersebut.

Raga menghela napas, berusaha tidak emosi. "Saya benar-benar tidak melakukan hal itu."

Kentara sekali Bu Novi tidak percaya, perempuan berjilbab hijau itu berdecak. "Jujur saja! Darimana kamu menyontek ini?!"

Raga maju selangkah, ia mengembuskan napas, bagaimana pun Bu Novi adalah gurunya. "Saya jujur, Bu. Saya nggak melakukan itu." Raga berucap tegas, penuh keyakinan.

"Bu Via bisa melihat sendiri kan? Kalau anak ini kelakuannya tidak bisa ditolerir lagi. Menyontek, membohongi guru, saya sampai stres menghadapinya." Bu Novi berucap pada Bu Via, lalu kedua matanya menatap Raga dengan sinis.

Bu Via bangkit, berdiri menghadap Raga. "Alvero, saya tidak habis pikir sama kamu, saya kira kamu telah berubah. Untuk ulahmu ini, kamu Ibu skors tiga hari. Kamu bisa keluar sekarang."

Percuma, tidak akan ada yang memandang Raga dengan baik. Raga tersenyum sinis, ia berbalik badan dan segera keluar dari ruangan tersebut.

  ♣️♣️♣️

Raga masuk ke dalam kelas diikuti dengan tatapan dari murid-murid yang lain. Raga mengambil tasnya, lalu keluar dari kelas. Bertepatan dengan itu, Rena datang bersama Adnan. Rena mengerutkan dahi saat melihat raut wajah Raga yang tidak biasa. Bahkan, cowok itu hanya memandang lurus.

Rena menatap Adnan, ragu ingin bicara. "Nan, aku ke toilet bentar ya," mendapat anggukan dari Adnan, Rena segera melangkah, namun bukan untuk ke toilet, melainkan menyusul Raga yang masih dapat ia lihat punggungnya.

Ternyata langkah kaki Raga membawa mereka ke taman belakang sekolah. Raga duduk di bawah pohon, ditemani White yang kebetulan ada di sana. Raga mengelus bulu-bulu putih White yang terasa halus di kulitnya.

"Kenapa?" Raga menoleh, menemukan Rena yang ikut duduk di bawah pohon. Pertanyaan cewek itu masih ambigu, tidak jelas.

"Apanya?"

Kali ini, kedua mata Rena menatap Raga. "Kenapa dipanggil?" tanya Rena.

Raga diam. "White lucu ya, Na." Beberapa detik dari keterdiamannya, Raga segera bersuara, bukan untuk menjawab pertanyaan Rena.

Rena menghela napas. "Ada masalah? Kenapa bisa dipanggil Bu Via?"

Wajah Raga berubah datar. Ia menyandarkan punggung pada batang pohon. "Gue mau lo berhenti jadi tutor gue."

Rena yang asik memainkan bulu White sambil menunggu jawaban Raga, tersentak kaget. "Kenapa?"

Raga mengedikkan bahu. "Sia-sia waktu lo, gue nggak akan berubah."

Mendadak, Rena tidak bersuara. Namun, ia beringsut maju, menatap Raga dengan bingung. "Ga, nggak ngerti gue. Maksudnya apa?"

"Seperti yang lo bilang, gue ini beban. Beban buat semua orang."

Rena menggeleng. Pasti terjadi sesuatu. Dengan berani, Rena meraih tangan Raga dan menggenggam, memberi kesan hangat pada genggaman itu.

Raga melirik genggaman itu.

"Nggak ada asap kalo nggak ada api. Kenapa sih, Ga?" Intinya, Rena hanya menanya 'kenapa?'. Kenapa Raga mendadak seperti ini?

"Gue diskors." Jawaban Raga membuat Rena melotot.

"Hah?"

Raga tersenyum tipis, menjentikkan jarinya pada dahi Rena. Membuat cewek itu mengaduh.

Teringat pada penawaran Rena, Raga memutar otak untuk menemukan permintaan yang tepat. Meski, ia tidak yakin Rena akan percaya dengan hasil ujiannya. Bu Novi saja tidak percaya, apalagi Rena?

"Ingat sama perjanjian lo kalau gue dapat nilai bagus di ulangan kimia?"

Rena mengangguk. "Emang lo udah tahu nilai lo?"

Raga tersenyum, tidak menjawab.

"Berapa?" tanya Rena, berharap nilai cowok itu bagus. Berarti ada perubahan, bukan seperti apa yang cowok itu katakan beberapa menit lalu.

"Nanti juga lo tau. Jadi, permintaan gue, will you dating with me for tomorrow? Just one day."

Rena tidak butuh waktu lama untuk menjawabnya, toh itu mungkin hanya kencan biasa. Untuk itu, Rena mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Raga.

♣️♣️♣️

Maaf lama update. Makasi buat yang masih nunggu! Jangan lupa vote dan komentar ya, Guys.

Btw, makasi buat 29.4k view. Big thanks , and love you, Guys❤️

Shoplifting HeartWhere stories live. Discover now