29. I Like You

Mulai dari awal
                                    

Bibir Rena yang semula terkatup rapat akibat selaan Raga langsung menerbitkan sebuah senyuman kecil. "Lo nggak... marah?" Rena bertanya pelan, melirik tangannya yang masih dipegang oleh Raga.

Alis Raga terangkat sebelah, kemudian ia menarik Rena untuk kembali masuk ke dalam Cafe. Duduk di bagian pojok yang kebetulan kosong.

"Oh, jadi lo maunya gue marah?"

"Eh, nggak gitu!" Rena langsung membalas. Tidak sadar bahwa nada suara yang ia keluarkan terlalu tinggi hingga beberapa pengunjung Cafe menatap dirinya dengan aneh.

Terdengar tawa geli dari Raga, cowok itu menopang dagu sambil menatap Rena. "Jadi gue beban lo, ya?"

Rena diam. Seharusnya ia dengan mudah menjawab iya. Namun, rasanya sudah berbeda. Kalau pada awal-awal, Rena ingin cepat-cepat mengakhiri urusannya dengan cowok ini, berbeda dengan sekarang. Rena rasa, ia tidak ingin menyelesaikan urusan ini. Dan pada akhirnya, Rena menjilat ludahnya sendiri.

"Awalnya gitu, tapi..."

"Tapi kenapa?"

Rena mengigit bibir bagian dalam. Bingung, tidak tahu mau menjawab apa.

"Na," panggilan Raga membuat Rena langsung menatap cowok itu.

Raga menghela napas panjang. Tangan kanannya bergerak meraih tangan Rena yang berada di atas meja, menggenggam tangan itu.

"Kalau gue bilang... gue suka lo, gimana?"

♣️♣️♣️

Rena menggigit pipi bagian dalam. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Raga yang saat ini sedang menikmati makannya. Ucapan Raga beberapa menit lalu masih saja terngiang di telinganya. Bahkan, hal itu membuat Rena menjadi agak salting.

"Nggak makan?"

Pertanyaan itu sontak membuat Rena terkejut. Tubuhnya tersentak, tapi Rena dengan cepat mengatur keterkejutannya. Rena menggeleng, ia beralih mengambil milkshake strawberry dan meminumnya.

"Nggak perlu segitunya lo pikirin. Gue cuma suka aja kok, wajar."

Wajar katanya?!!!!!

Rena berusaha keras untuk tidak mengatakan itu. Bagaimana cowok itu dengan mudahnya mengucapkan kata-kata itu? Sedangkan Rena berusaha untuk menenangkan debaran jantungnya.

Namanya cewek, pasti akan langsung terbawa suasana. Apalagi, Raga adalah cowok yang akhir-akhir ini sering mengganggu pikirannya. Walau hanya kata suka, pastinya kata itu akan bermakna banyak.

"Masih mikirin?" Lagi-lagi Rena tersentak kaget.

Ia bingung harus mengekspresikan sikapnya seperti apa. Dalam lubuk hati yang terdalam, jujur, Rena merasa separuh hatinya telah terbagi. Namun, ia tidak ingin menjadikan hal ini kesempatan untuk ia bermain api. Rena tahu diri, ia sudah bersama Adnan. Dan Adnan adalah cowok pertama yang telah berhasil mencuri hatinya. Dan Rena sangat berharap, hal itu akan selalu, tidak berubah.

"Ga, udah sore. Gue balik, ya." Mungkin menghindar adalah cara terbaik.

Raga melengkungkan senyum manis. "Ternyata lo kepikiran. Yaudah, lo anggap aja gue nggak pernah ngomong gitu. Mau gue antar?"

Rena menggeleng dengan cepat. "Nggak usah. Gue bawa mobil." Rena beranjak, disusul Raga setelah cowok itu meletakan dua lembar uang seratus ribuan di atas meja. Menyusul Rena yang sudah berjalan keluar cafe.

"Gue tahu diri kok. Gue nggak bakalan rebut ceweknya sahabat gue. Lo tenang aja, pasti sukanya gue ke lo cepat hilang."

Setelah tiba di samping pintu kemudi, Rena berbalik badan menghadap Raga. Mendongak, karena cowok itu lebih tinggi darinya.

Rena tersenyum kecil. "Lo hati-hati, ya," ucap Rena pelan, berbisik. Setelah mengatakan itu, Rena langsung masuk ke dalam mobil dan segera mengemudikan mobilnya meninggalkan Raga.

Mengamati mobil Rena yang perlahan menghilang dari pandangannya, Raga membuang napas panjang. Tanpa Rena tahu, ucapan Raga murni kebohongan.

♣️♣️♣️

Hmmmm....

Semoga suka ya! Makasih yang udah baca sampai sekarang. Makasih buat 27k nyaa!! Loveelovee❤️❤️

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang