Raga menggeplak kepala Leon dari belakang. Mengakibatkan si empunya kepala mengaduh. Leon menoleh, mendapati Raga yang sudah duduk di atas meja sampingnya.

"Putus lo sama Mala?" tanya Raga, dengan mata memicing.

Leon menghela napas, mengangkat bahu.

Raga memutar bola mata, berdecak kesal. "Gue punya temen kok tolol banget, ya?" gumam Raga.

"Jadi lo lebih milih cabe-cabean?" Iris mata Raga mengarah pada seorang cewek yang baru saja masuk ke dalam kelas. Raga kenal betul siapa cewek itu.

Cewek itu mendekat, lalu duduk di samping Leon. Menyandarkan kepala di bahu Leon. "Sayang, pulang sekolah temenin aku yuk ke mall?" Mendengar suaranya saja membuat Raga mual.

"Geli banget dah," desis Raga.

Leon tersenyum, mengangguk menyetujui permintaan cewek itu. Setelah mendapat persetujuan Leon, cewek itu segera pergi dengan wajah yang berbinar senang.

"Ninggalin berlian demi seorang cabe-cabean?" Raga berucap sinis, cowok itu menyekap kedua tangan di depan dada.

Lagi-lagi Leon hanya diam.

Raga kembali berdecak. Sekali lagi ia menggeplak kepala Leon sebelum melangkah menuju meja Rena. Di sana, ada Adnan yang menatapnya dengan raut wajah tak terbaca.

Rena menyaksikan kejadian tadi. Cewek itu berusaha untuk tidak melabrak Gracia. Ia tidak mau terkena masalah di sekolah. Dan Adnan pun datang, mengajaknya ngobrol, tapi Rena hanya merespon singkat.

"Cuy, tumben diem-dieman?" Raga duduk tepat di hadapan Rena. Ia menopang dagu, memerhatikan Rena dan Adnan.

Raga mendengus. Kenapa semua orang mengacuhkannya?

Guratan wajah tidak suka kentara di wajah Adnan. Ia mengabaikan Raga, meraih tangan Rena untuk ia genggam. "Pulang sama aku ya, Na?" tanya Adnan dengan nada meminta.

Rena melirik Raga, cowok itu hanya mengangkat sebelah alisnya. "Nggak bisa, aku harus bimbingan belajar sama Raga."

Dahi Adnan mengerut dalam, lalu ia tersenyum. "Yaudah, nggak apa-apa. Semakin sering kamu bimbingan, beban kamu akan berkurang. Kata kamu kan, kamu ingin cepat-cepat menyelesaikan bimbingan yang menjadi beban kamu. Jadi, aku izinkan." Adnan melirik Raga, memberikan senyum tipis pada cowok itu.

Wajah Rena mendadak pucat. Ia menarik tangannya yang digenggam Adnan. Pandangannya jatuh pada Raga yang menatap dengan datar, sorot mata cowok itu tidak bersahabat.

"Bu-bukan gi-gitu maksudnya, ak--"

Suara deritan meja akibat dorongan Raga membuat murid yang berada di dalam kelas memandangnya. Kelas mendadak hening. Memperhatikan Raga yang berjalan cepat keluar kelas. Meninggalkan banyak pertanyaan di kepala murid-murid yang berada di kelas.

Rena menoleh menatap Adnan dengan marah. "Maksud kamu apa bilang gitu?!" Suaranya tertahan, tapi amarah menyelimuti.

Adnan mengulas senyum tipis. "Aku nggak bermaksud apa-apa. Kan kamu pernah bilang gitu, kenapa marah?"

Rena menghela napas dalam-dalam. Kekesalannya memuncak. Namun, ia tidak dapat menjawab pertanyaan Adnan.

Adnan menatap wajah Rena dengan miris. Adnan tersenyum tipis, sarat akan kepedihan. "Yang aku takuti terjadi, Na."

♣️♣️♣️

Rena menghampiri Raga dengan perasaan ragu. Wajah Raga sangat tidak bersahabat. Sepulang sekolah ia langsung ke halaman belakang sekolah, menemui Raga.

"Ga," Rena menggigit bibir baagian dalamnya.

Tidak ada sahutan. Raga hanya menatapnya, lalu cowok itu berdiri dari duduknya.

Rena refleks menahan tangan Raga yang baru saja berjalan melewatinya dengan acuh. "Kemana?"

Raut wajah Raga berubah, cowok itu tersenyum sinis. "Lo nggak perlu repot-repot nemui gue. Gue nggak suka jadi beban orang lain." Raga melepaskan tangan Rena yang memegang pergelangan tangannya dengan kencang.

Wajah Rena tampak pias. Kedua bola matanya berkaca-kaca, denyut di hatinya terasa begitu dalam. Rena hanya bisa diam, menatap punggung Raga yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan.

  ♣️♣️♣️

Pusing hayati, semakin lama semakin sepi cerita ini. :')

Ok, jangan lupa vote dan banyak-banyak komentar ya guys! Biar aku tambah semangat lagi! Makasih buat yang tetap stay sama cerita ini, makasih banyak yow❤️

Buat yang mau tahu kisah Mala dan Leon, mampir ke ceritaku yang judulnya Dear My Playboy, ya, itu kejadiannya sebelum mereka jadian.

Maaciwww❤️

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang