"Gue ada penawaran buat lo, kalo nilai ulangan lo di atas KKM, lo boleh minta satu permintaan ke gue, dan gue bakal turutin. Tapi, permintaan yang masuk akal, jangan aneh-aneh." Rena kembali membuka suara, cewek itu menopang dagu menunggu reaksi Raga.

Tidak butuh waktu lama Raga menyetujui. "Deal!"

Kemudian hanya diisi dengan suara Rena yang menerangkan beberapa materi pelajaran. Wajahnya terlihat serius, menambah kesan menggemaskan di mata Raga.

"Gue colok mata lo ya, Ga! Perhatiin ini, bukan muka gue." Rena menatap Raga kesal, tapi sedikit salting, Rena sadar, cowok itu sedari tadi tidak mengalihkan pandangan dari wajah Rena.

Raga memicingkan mata, kemudian tersenyum kecil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raga memicingkan mata, kemudian tersenyum kecil. "Habisan cantik, jadi nggak bosen liatnya."

Rena mendorong pipi Raga hingga wajah cowok itu tertoleh ke samping. "Ye, gombal dasar."

Raga terkekeh geli, kemudian menyesap jus mangga yang sebelumnya sudah dipesan. "Gue bicara realita, nggak bacotan."

Rena mendengus, melirik Raga dengan kesal. "Iyain aja. Udah, sekarang perhatiin yang benar. Awas kalo nggak!"

"Dih, galak."

♣️♣️♣️

Rena turun dari motor Raga. Ia memberikan helm, kemudian sedikit membenarkan rambut. "Thanks, lo hati-hati, ya."

Raga mengangguk, tangan kirinya terulur dan mendarat di atas puncak kepala Rena, mengusap lembut, dan berakhir mengacaknya hingga membuat Rena mendorong kepala Raga yang masih dibalut helm.

"Masuk sana," ucap Raga.

Rena mengangguk, menunggu cowok itu terlebih dahulu untuk pergi. Setelah sudah tidak terlihat, Rena membalikkan badan masuk ke dalam area rumahnya.

Seketika tubuhnya terhenti. Menegang. Rena memejamkan mata, kemudian kembali membuka seraya berjalan mendekat ke arah seseorang yang kini berdiri di depan pintu rumahnya sambil bersidekap dada.

"Kok pulang cepet, Na?" Kentara sekali pertanyaan itu berupa sindiran.

Rena menghela napas panjang. "Aku capek, Nan. Lagi nggak mau berantem."

Adnan berjalan mendekat ke arah Rena, lalu menaruh kedua tangan di atas pundak Rena, menatap cewek itu tepat di manik matanya. "Kamu kira aku nggak capek nunggu kamu tiga jam? Aku telpon kamu, nggak aktif. Aku khawatir, Na. Sekarang, kamu darimana aja, sama dia?" tanya Adnan dengan nada suara rendah, sarat akan kemarahan.

"Hape aku mati. Nggak dari mana-mana, kan kamu sendiri tahu kalo aku jadi tutor Raga," jawab Rena dengan pelan.

Adnan mengembuskan napas, lalu menarik Rena ke dalam pelukan. "Harus banget sampai malam gini, Na?"

"Nan, jangan mulai." Rena melepas paksa pelukan Adnan.

Adnan mengacak rambutnya kesal. Ia memandang Rena, berupaya untuk tidak menunjukkan kemarahannya. "Kamu tahu sendiri, Na. Aku nggak suka kamu terlalu dekat sama dia. Mending kamu berhenti aja deh Na ngajarin dia."

"Kok kamu gampang banget ngomong gitu, Nan?" Emosi Rena mulai terpancing.

"Na, aku ke sini bukan mau ngajak kamu ribut. Aku udah memutuskan untuk ngejelasin semuanya."

Rena menggeleng, kedua matanya dilapisi cairan tipis. "Aku capek, Nan. Simpan penjelasan kamu. Aku tahu, kamu terpaksa." Lalu, Rena masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Adnan yang menatap pintu yang sudah tertutup dengan tatapan nanar.

"Kamu benar, aku nggak akan pernah siap."

♣️♣️♣️

Nggak jadi private deh. Nanti aja kalo udah tamat, hehe.

Ok, sori kalau part ini ngebosenin. Sebenarnya aku udah buat 2 kali di wattpad, tapi hilang terus, jadi aku nggak update-update deh. Dan semoga masih ada yang nunggu, Amin...

Jangan lupa kasih komentar dan vote yaa! Please don't be a silent readers!

Mampir juga ya ke ceritaku Arjuna & Rinjani! Ramaikan yow!!❤️

Shoplifting HeartWhere stories live. Discover now