"Ya ampun."

"Nggak usah merasa tersanjung. Atau berterimakasih. Soalnya superbubur juga kan nggak enak."

Cetta berdecak, tapi lantas matanya menatap Rana lembut. Kemudian, tangannya terulur mengacak rambut gadis itu. "Makasih ya."

"Kan aku udah bilang, kamu nggak perlu bilang makasih," Rana berujar. "Mending kamu ambil sebungkus, terus kamu bikin sekarang. Kemarin aku lihat kulkas kamu masih penuh. Sekalian deh dikasih telur rebus, kecap sama potongan jamur. Oh iya, sekalian bikinin aku teh manis juga, ya."

Kening Cetta berkerut. "Kata kamu tadi superbubur nggak enak?"

"Iya, tapi mendadak aku jadi kepingin."

Setahun lebih sudah berlalu sejak mereka pertama saling mengenal, tapi Rana tidak pernah berubah. Selalu ada sisi darinya yang mengejutkan Cetta. Kadang menyenangkan. Kadang menyebalkan. Seperti sekarang. Tetapi Cetta menurut. Cowok itu mengambil alih kantung plastik dari tangan Rana, lantas bergerak menuju dapur. Rana sendiri memilih menunggu di ruang tengah, menghidupkan televisi lantas menggantu channel setiap sepuluh detik sekali.

Dibanding Chandra dan Calvin, Cetta adalah yang paling ahli di dapur. Sejak masih kecil, dia adalah yang paling sering menawarkan bantuan pada Bunda sementara ketiga saudaranya yang lain sibuk dengan urusan mereka. Bunda mengajari Cetta bagaimana cara membuat banyak hidangan, sembari memberitahu kalau kemampuan memasak itu penting untuk dikuasai bukan hanya perempuan, tapi juga laki-laki. Setelah Bunda meninggal, satu-satunya yang bisa membuat hidangan favorit keluarga mereka dengan cita rasa yang hampir sama adalah Cetta. Jadi Ayah menyerahkan tanggung-jawab masak-memasak dan berbelanja bulanan pada Cetta. Chandra bertugas membagi-bagi alokasi keuangan keluarga mereka, sementara Calvin wajib melunasi tagihan listrik, air, internet, tv kabel dan telepon setiap awal bulan tiba. Masalah bersih-bersih seperti mencuci piring dan mengepel lantai dibagi bergiliran diantara mereka berempat.

Pembagian tugas itu membuat Suri dan ketiga kakaknya menyadari bagaimana Bunda adalah sosok yang sangat luar biasa. Perempuan itu sangat berjiwa besar, mengurusi empat anak yang hiperaktif selama bertahun-tahun tanpa pembantu dan baby sitter. Bunda juga tidak pernah mengeluh, bahkan hingga penyakit itu menjemput nyawanya. Tidak jarang, mereka merasa sangat merindukan Bunda. Namun mereka juga percaya kalau sekarang, Bunda sudah berada di tempat yang lebih baik. Dan tanpa rasa sakit.

Cetta kembali ke ruang tengah sekitar tiga puluh menit kemudian, dengan mangkuk bubur yang telah dicampur irisan jamur, daun bawang, telur rebus, kerupuk dan kecap di tangan kanan, serta secangkir teh manis hangat di tangan kiri. Cowok itu meletakkan hidangan hasil karyanya di atas meja, menunjukkannya pada Rana.

"Tuh, udah."

"Hm, mendadak aku kenyang."

"Maksud kamu?" Cetta lagi-lagi dibuat heran.

"Kamu aja yang makan." Rana beranjak dari sofa, mendekati Cetta lantas berjinjit untuk memberikan satu kecupan singkat di pipi cowok itu. Kemudian tanpa mempedulikan ekspresi wajah Cetta yang tidak menyangka akan mendapat ciuman tidak terduga, gadis itu meneruskan. "aku ke kamar Suri dulu deh. Mau ngelanjutin obrolan rahasia perempuan di kafe Hello Kitty tempo hari."

Cetta menghela napas, memegang pipinya yang baru saja dicium Rana sembari menatap pada sosok pacarnya yang berjalan riang menuju tangga. Tentu saja, harusnya dia tahu sejak awal. Rana tidak berniat menyuruh Cetta memasak untuknya. Ini adalah satu dari banyak cara unik Rana agar Cetta sarapan pagi. Senyumnya perlahan terkembng. Gadis itu jelas bukan gadis biasa. Namun seperti Suri, Rana bukan gadis aneh.

Dia hanya tercipta dengan istimewa.

n  o  i  r

Suri tengah mematut diri di depan cermin ketika seraut wajah menyembul tiba-tiba di ambang pintu kamarnya yang sengaja dibiarkan terbuka. Bukan, bukan wajah milik Wati. Melainkan wajah milik Rana. Dan sudah bisa dipastikan, setiap kali Rana muncul di rumah, Wati tidak akan berani berada di dekat Cetta. Alasannya sederhana, amukan kalap Rana saat Wati menyembunyikan ponsel gadis itu sudah cukup membuat Wati memandang Rana sebagai pribadi yang sangat menyeramkan. Wati bahkan percaya, dia bisa mati dua kali jika dia berada di dekat Rana lebih dari sepuluh menit.

NOIRWhere stories live. Discover now