Rena menoleh, menatap wajah Adnan, lalu tersenyum tipis. "Aku kasih kamu waktu. Sebelum kamu jelasin semuanya, aku harap kamu jangan nemuin aku dulu, Nan."

Adnan menggeleng.

"Udah ya, aku mau pulang." Rena melepas tangan Adnan dari lengannya. Sedikit kuat karena cowok itu tidak ingin melepaskan. Mendapat tatapan tajam dari Rena, Adnan akhirnya melepaskan tangannya.

Tanpa melirik ataupun mengucapkan sepatah dua kata untuk Adnan, Rena segera melangkah cepat keluar dsri kelas yang sudah sepi.

Adnan diam, ia duduk di kursi Rena.

Lalu, kedua matanya menyorot pergerakan Raga yang berlari keluar kelas.

♣️♣️♣️

"Pink!" Panggilan itu. Rena kenal siapa yang memanggilnya seperti itu. Tanpa membalikkan badan, si pemanggil sudah berada di depannya.

Rena menatap cowok itu dengan tatapan yang sulit didefinisikan. "Sori, gue nggak bisa tutor lo hari ini."

Orang di depannya tersenyum tipis. "Siapa juga yang mau belajar. Daripada lo sedih-sedihan nggak jelas, ikut gue yuk!"

Rena refleks menahan langkah kakinya saat tangannya ditarik. "Kemana sih, Ga? Gue lagi malas."

Raga tidak menjawab. Cowok itu kembali menarik pergelangan tangan Rena menuju parkiran motor.

Sesampainya di parkiran, di samping motor ninja putihnya, Raga mengambil helm dan memakainya. Cowok itu mengeluarkan jaket hitam dari dalam tasnya.

"Pake," jaket itu terulur ke arah Rena. Karena melihat Rena yang sepertinya tidak mengerti, Raga segera memakaikan jaket itu kepada Rena.

"Masukin tangan lo," perintahnya saat jaket itu sudah masuk ke dalam leher Rena. Setelah jaket itu terpasang dengan sempurna, Raga tersenyum kecil dibalik helmnya.

Untungnya, kali ini mereka memakai baju olahraga.

"Ga, kemana?" Rena bertanya dengan suara pelan.

Raga kembali tidak menjawab. Cowok itu segera menaiki jok motornya. "Lo bisa naikkan? Pegang bahu gue,"

Rena mendesah. Dipegangnya bahu kanan Raga, cowok itu mengulurkan tangannya ke arah Rena, Rena memegang tangan itu bersamaan dengan kaki kirinya yang menginjak injakan motor di belakang. Setelah duduk dengan sempurna, ia memegang bahu Raga saat cowok itu menghidupkan mesin motornya.

"Gue ngejar waktu, Na. Jadi, jangan salahin gue kalau lo jatuh pas gue ngebut." Mengerti makna tersirat dari cowok itu, Rena memukul bahu Raga cukup keras. Raga hanya tertawa dibalik helmnya.

Kedua tangan yang semula memegang bahu, kini turun untuk mencengkram seragam olahraga, dan berakhir pada lingkaran yang erat di daerah pinggang.

♣️♣️♣️

Motor ninja putih Raga berhenti di sebuah rumah makan padang. Banyak motor dan mobil yang berjejer di depan rumah makan tersebut.

Rena menegakkan badannya, dahinya mengerut. "Rumah makan padang?" gumamnya pelan.

Raga melepaskan helmnya, ia menoleh sedikit ke belakang. Cowok itu turun, dengan kedua tangan memegang kedua tangan Rena yang sedari tadi melingkar di pinggangnya. Setelah membantu Rena turun dari motor besarnya, cowok itu tanpa sadar menggenggam jari jemari Rena.

"Makan. Gue laper." Cowok itu bersuara tanpa menoleh, ia melangkah masuk ke dalam rumah makan yang ramai karena sekarang jam antara sarapan dengan jam makan siang.

Selesai menyebutkan pesanan, Raga menoleh. "Mau pesen apa lo?" tanyanya.

Rena menggeleng. "Teh hangat aja, Ga. Gue nggak laper."

Raga mendengus. "Jangan ngiler liat gue makan nanti. Nyesel lo nggak pesen," kata cowok itu, lalu ia menarik tangan Rena yang masih ia genggam tanpa sadar menuju salah satu meja yang kosong.

Rena terkekeh. "Semerdeka lo aja, deh."

Mereka duduk. Menunggu pesanan datang. Tidak sampai lima menit, pesanan Raga yang isinya menggugah selera tiba. Dendeng balado, satu perkedel ukuran jumbo, serta beberapa kuah yang dicurahkan ke atas nasi. Serta kerupuk kecil. Aromanya sungguh menggugah selera. Rena mengalihkan kedua matanya untuk tidak menatap makanan itu. Mendadak perutnya lapar. Memang, tadi malam ia tidak keluar untuk makan malam. Alhasil, setelah melihat nasi padang itu, perutnya mendadak lapar.

Raga melirik Rena yang sedari tadi mencuri-curi pandang ke arah makanannya. Cowok itu tertawa dalam hati. Ia sengaja memakannya dengan pelan-pelan. Meniup nasi serta lauk yang berada di sendok, membuat aroma makanan itu menyebar.

Menyerah, Rena menatap Raga dengan wajah cemberut. Ia menopang dagunya menggunakan tangan kanannya. Telapak tangannya tertutup oleh jaket Raga yang kebesaran di tubuhnya. Panjang tangannya saja hingga menutupi ujung jari Rena.

"Apa?" Sadar dirinya ditatap, Raga mendongak menatap Rena yang kini menatapnya dengan melas. Senyum jahil timbul di bibirnya.

"Mau itu," ucap Rena sambil menunjuk piring Raga.

Raga terkekeh. "Teh hangat aja, Ga. Gue nggak lapar." Raga mengikuti ucapan Rena beberapa menit lalu. Bermaksud untuk mengejek.

Rena menunjukkan kepalan tangannya yang tertutup jaket Raga ke hadapan wajah cowok itu.

Raga terkekeh, ia menggeser piringnya ke arah Rena. "Habisin, kasihan gue lihat lo." Senyum Raga tidak pudar, melihat bagaimana cewek yang mengaku tidak lapar kini menghabiskan makanannya dengan lahap.

♣️♣️♣️

Comments, dongggg!!!!❤️

Shoplifting HeartTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon