🍁 Chapter [37] 🍁

25.7K 576 14
                                    

Author POV

Stella memasuki rumahnya dengan Alaric. Sambutan meriah datang dari Sean dan Cindy yang sengaja datang kerumah Stella untuk memberi kejutan.

"Aku fikir Mamah udah pulang kerumah, ternyata malah kesini"

"Masa anaknya pulang gak ada orang. Nih Mamah udah masakin makanan kesukaan kamu. Ayo makan dulu, biar Nadine Mamah yang gendong"

"Aku mau mandi dulu deh, Mah. Badanku lengket semua"

"Yaudah jangan lama-lama pake air hangat ya, kamu gak bisa kena dingin dulu"

"Iya, Mah. Aku tau"

Stella menaiki tangga menuju kamarnya. Segera Stella mandi dan turun kembali ke bawah. Disana masih berkumpul dengan Nadine ditengahnya. Alaric sangat senang mendapatkan cucu keduanya apalagi perempuan itu adalah cucu kesayangannya.

"Laki-laki ataupun perempuan sama saja mas. Dia tetap cucu kita kan"ucap Cindy.

"Iya tapi aku lebih menyukai anak perempuan karna penurut gampang di aturnya dibanding anak laki-laki seringnya malah buat masalah"balas Alaric.

"Ayah... Jangan bilang begitu, kasian dong David dia gak ada yang, sayang"ledek Stella.

"Siapa yang bilang Mamah sayang ko sama David. Dia itu seperti Samuel waktu kecil mudah sakit tapinya anteng gak nyusahin orangtuanya. Pokoknya persis deh kaya Ayahnya"sahut Sean.

Stella terdiam mendengar penuturan Ibu mertuanya itu. Bagaimana jika dia tau bahwa David bukanlah cucu kandungnya. Dan bagaimana caranya juga Stella dapat menjelaskan semuanya. Ini terlalu rumit.

"Hey... Kamu kenapa, Nak?"tanya Cindy.

"Eh? Ngga ko, Mah. Ayo makan nanti keburu dingin"jawab Stella.

Cindy pun tersenyum lembut membelai kepala Stella. Alaric pun bangkit kemudian disusul dengan Sean juga. Nadine di taruh kedalam kamar mereka.

🍁🍁🍁

Samuel membuka perlahan matanya ia pun melihat sang adik duduk tenang di sofa samping dirinya dengan berkas di tangannya.

"Dam..."

"Eh? Abang udah bangun. Mau apa, Bang?"

"Ngga. Udah duduk aja lagi"

Adam menurut dan kembali duduk memandangi wajah sang kakak yang tampak lebih bersinar. Entah mengapa Adam merasa bahwa ada yang tidak beres disini.

"Bang... Kenapa si? Cerita dong"bujuk Adam.

"Kamu kepo juga ya hehe"ucap Samuel masih dengan senyum tipisnya.

Adam terkekeh mendengar ucapan sang kakak kemudian kembali pada berkas yang sedari tadi ia pegang.

"Dam... Gimana dengan perusahaan? Semuanya lancar?"

"Lancar, Bang. Tenang serahin aja semuanya sama Adam hehe"

"Maaf ya kamu pasti repot mengurus banyak perusahaan. Abang memang cuma--"

"Ishh apaan si, Bang. Ini udah jadi kewajiban aku. Kan Abang itu model dan perusahaan memang pekerjaan aku. Duduk dan membereskan dokumen, memajukan perusahaan Ayah itu tugas aku. Udahlah Bang, Abang fokus aja sehat dulu gak usah mikirin apa-apa dulu"

"Baiklah, makasih ya udah jagain Abang. Abang harap kamu bisa memajukan perusahaan Ayah, dan tetap rendah hati. Jangan sampe kamu jadi orang yang sombong apalagi merendahkan orang lain. Kamu harus bisa menghargai orang yang bekerja sama kamu, harus tetap bersyukur dan jangan lupakan harus tetap menyumbangkan minimal 10% dari pendapatan perusahaan sebulan ke panti. Banyak yang lebih membutuhkan, Dam"

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang