🍁 Chapter [5] 🍁

72K 1.9K 18
                                    

Samuel POV

Aku Samuel Meshach. Anak sulung dari 2 bersaudara, adikku Adam Meshach sedang melanjutkan pendidikannya di Jerman. Aku anak dari Albert Meshach dan Sean Meshach. Kedua orangtuaku sama-sama sibuk dengan perusahaan yang mereka dirikan bersama. Aku sama sekali tak berminat dengan yang namanya bisnis. Maka semua asetnya akan di limpahkan pada adikku. Aku lebih menyukai hal kebebasan. Menjadi model dan bermain musik itulah kesukaanku.

Hari ini aku ada pemotretan dengan model cantik Clara Samantha. Namanya kian menaik setelah dirinya tampil di beberapa majalah di ibukota. Aku pun sudah tak sabar untuk bertemu dengannya. Apa aku mulai menyukainya? Kurasa tidak. Aku hanya penasaran seperti apa dirinya, hanya itu.

Ketika aku masuk ke dalam kulirik dia sudah ada disana dengan balutan pakaian yang errr... minim. Aku sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Bahkan sudah terlalu sering sehingga aku biasa saja, bukan berarti aku gay. Tidak sama sekali. Aku hanya sedang mencari wanita unik yang dapat membuatku terpana sekali melihatnya.

Dan Clara sudah cukup memikat apalagi dengan senyumannya yang manis. Aku cukup tertarik dengan kesan pertama bertemu dengannya. Dan tak lama giliran aku dan dia yang mendapat giliran pemotretan bersama.

Ckrek. Satu foto diambil. Cukup manis jika kuingat kembali gaya poseku dengannya.

Setelah berkali-kali melakukan pemotretan akhirnya selesai pula rentetan pekerjaanku

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Setelah berkali-kali melakukan pemotretan akhirnya selesai pula rentetan pekerjaanku. Diriku sudah rindu dengan rumahku. Walau disana hanya ada aku dan para maid. Yang penting aku pulang dan beristirahat.

🍁🍁🍁

Kubuka mataku saat mendengar suara yang tak asing bagiku. Mamah?

"Ergghh..."gumamku tak jelas.

"Bangun SAMUEL MESHACH...!"teriak Sean sambil mengguncang bahu kekar anak sulungnya itu.

"Arghhh... Ada apa sih, Mah?"tanyaku mulai kesal.

"Malah nanya ada apa, kamu tuh lagi di tungguin dari tadi malah asik molor"jawab Sean dengan nada tinggi.

"Memang ada apa?"tanyaku polos aku memang tak tau ada apa. Atau aku yang lupa? Ahh semasa bodo.

"Kamu amnesia atau gimana sih, Sam? Mandi dan cepat turun ke bawah. Kita akan segera ke Jerman menemui adikmu yang akan di wisuda"ucap Sean kesal campur malas melihat kelakuan putra sulungnya.

"Hmmm..."gumamku akhirnya lalu bangkit turun masuk ke dalam kamar mandi.

🍁🍁🍁

30 menit kemudian~

Diriku sudah tampan seperti biasa dengan balutan tuxedo hitam. Jam tangan. Sedikit gel. Dan minyak wangi mint kesukaanku. Setelah mencheck semuanya aku turun sambil memasang dasi di leherku.

"Lama amat sih kaya anak gadis"sindir Sean lalu berjalan mengapit lengan Albert.

"Hehe maafin aku Mah, Yah"ucapku sambil nyengir tanpa dosa.

"Sudah ayo cepat"ucap Albert lalu berjalan duluan diikutiku di belakangnya.

Sepanjang perjalanan aku hanya sibuk dengan ponsel ditanganku. Dengan semangat diriku mentelvon Clara. Partnernya tadi.

"Halo?"sapanya di sebrang.

"Ehem! Halo Clara ini aku Samuel Meshach"ucapku memperkenalkan diriku.

"Oh ya, Sam, ada apa?"tanyanya ramah.

"Bisakah kita bertemu lagi besok?"tanyaku.

"Kau mengajakku kencan begitu?"tanyanya memastikan.

"Hmm yeah, kujemput jam 9 pagi"jawabku.

"Baiklah"balasnya.

Ahh senangnya aku setelah persetujuannya tadi. Merasa bahagia? Ya. Aku mulai menyukainya? Oh kalau itu TIDAK. Sama sekali tidak, bedakan antara cinta, suka,dan kagum. Dan aku tidak ketiganya, aku hanya ingin menjadi temannya.

"Sam... Besok kau harus ke kantor, Ayah tidak terima alasan apapun. Pokoknya kamu harus datang besok"titah Albert yang diangguki olehku.

"Kenapa kau diam saja, Sam?"sekarang Sean yang bertanya.

"Gapapa, Mah. Bangunkan aku jika sudah sampai"jawabku.

Entah mengapa rasanya hidupku menjadi suram setelah mendengar Ayah bicara mengenai perusahaan. Bayangkan bila kau menjadi pemimpin disana. Bekerja siang dan malam, berkutat dengan berkas dan kolega. Ahh aku benci dengan itu semua. Aku ingin BEBAS. Hanya itu saja.

🍁🍁🍁

Suasana bandara begitu ramai membuatku harus berdesakan dan bertabrakan dengan orang disana. Untung saja mereka tidak menyadari aku.

"Selamat datang Tn. Albert, Ny. Sean, dan Tuan muda Samuel"sapa Carlos. Supir pribadi keluargaku yang tinggal bersama dengan Adam.

"Antarkan langsung kami ke tempat Adam, ya Pak"suruh Sean yang diangguki oleh Carlos.

Perjalanan memakan waktu hampir 1 jam lamanya. Dan setelahnya aku langsung turun dan masuk. Rumah yang besar ini hanya di tinggali oleh Adam dan para maid. Ahh pasti dia kesepian disini.

"Adam!"panggilku yang masih tak ada sahutan disana.

"ADAM MESHACH... DIMANA KAU!"teriakku kencang.

"Kenapa sih, Bang? Kaya di goa aja teriak mulu"balas Adam dengan rambut acak-acakan. Dasar gila. Ini hari wisudanya dan dia masih begitu.

"Pake tanya kenapa, ini hari apa, hah? Cepat mandi sana. Dasar jorok"suruhku lalu duduk di sofa ruang tamu.

"Memangnya ini hari apa?"tanyanya polos membuatku naik darah.

"Apa kau lupa, hah? Ini hari wisudamu, dan kau masih seperti gembel. Cih... Sangat menjijikan"ucapku kesal.

"WHATTT....! Oh my god, tunggu aku,
Bang"ucapnya lalu menghilang di balik tangga.

"Anak itu... Bisanya hanya bikin susah saja"ucap Albert di sampingku. Yang kubalas senyuman miring di bibirku.

"Bukankah dia anak kesayanganmu Tn. Albert?"sindirku yang membuat badannya tegang.

"Sudah-sudah... Hentikan"ucap Sean membuatku kesal.

"Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang"gumamku lirih

~Bersambung~

[3] My Wife StellaOnde histórias criam vida. Descubra agora