🍁 Chapter [20] 🍁

58.8K 1.4K 33
                                    

WARNING : Mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan. 16+ (udah di peringatkan ya, jangan bandel. Yang belum cukup umur jangan dibaca)

🍁
🍁
🍁

Author POV

Suasana di Rumah sakit Hardian Medika tampak sepi karna jam besuk sudah berakhir beberapa jam yang lalu namun di UGD masih banyak yang berlalu lalang. Termasuk keluarga besar Vallerosha, Stella dan tunangannya Samuel.

Semuanya duduk dengan berdoa demi kesembuhan Steven yang sampai saat ini belum juga sadar. Dokter mengatakan tubuh Steven mengalami penurunan drastis, tekanan darah dan yang lainnya. Belum lagi benturan yang lumayan keras pada bagian kepalanya membuat Steven banyak mengeluarkan darah.

Dokter sudah menjahit dan mengatakan untuk malam ini sepertinya Steven belum bisa tersadar mengingat obat bius yang memakan waktu hingga beberapa jam pasal operasi kecil tadi.

"Stella, ayo kita pulang ini sudah malam"ucap Samuel pelan.

"Aku... Aku masih ingin disini, Sam"balas Stella tak kalah pelannya.

Samuel menghela nafasnya. Ia tau Stella belum bisa melupakan sepenuhnya bayang-bayang mantan suaminya dan ia harus lebih bersabar lagi.
Status mereka yang baru bertunangan beberapa jam lalu bukanlah sebuah jaminan Stella menjadi miliknya seutuhnya. Maka dari itu Samuel terdiam namun beberapa saat kemudian ia kembali berfikir.

Dilihatnya perut Stella yang membuncit. Walau belum besar namun bagi orang yang melihat secara detail maka akan terlihat bahwa Stella memang sedang hamil. Dan disaat itulah Samuel kembali berbisik kepada Stella.

"Pulanglah sekarang kasihanilah dia. Besok aku akan mengantarmu kesini lagi. Aku janji"ucap Samuel penuh penekanan.

"Baiklah"balas Stella.

Kemudian keduanya berpamitan pada keluarga Vallerosha dan segera pulang.

🍁🍁🍁

Dalam perjalanan Stella hanya diam membuat dugaan Samuel semakin menjadi. Stella masih menyimpan perasaan untuk Steven. Hatinya teriris dan dadanya bergemuruh, kecemburuan hampir saja menguasainya.

"Stella berhentilah mencemaskannya. Itu akan berpengaruh pada bayimu"ucap Samuel tak tahan dengan keterdiaman Stella.

"Aku... Tidak bisa, Sam. Aku memang mengkhawatirkannya"balas Stella dengan nada bergetar.

Dia menangisi kembali lelaki brengsek itu membuat Samuel harus menahan amarahnya.
Ia tidak ingin menambah beban pikiran Stella karna akan membahayakan janin di perutnya. Samuel pun diam dan berkonsentrasi pada jalanan di depannya.

🍁🍁🍁

10 Menit Kemudian~

Stella dan Samuel sudah sampai di apartemen. Samuel berniat menginap dan ia bersedia tertidur di sofa demi menjaga Stellanya.

"Minum dulu susunya baru kamu tidur"ucap Samuel lembut.

Tak terasa Stella terdiam. Ia merutuki kebodohannya atas tindakannya tadi. Ia sudah menjadi tunangan Samuel namun ia masih mencemaskan mantan suaminya.
Stella tahu dia sudah keterlaluan pada Samuel namun ia tak bisa menahannya ada sebuah dorongan tersendiri didalam dirinya yang tak bisa di tahan. Apakah ikatan seorang anak dan Ayah?

Stella pun memeluk Samuel erat. Ia menangis karna menyesali kebodohan dirinya dan hatinya yang ternyata belum sepenuhnya terisi oleh Samuel.

"Maafkan aku... hiks... maaf"ucap Stella tersendat.

[3] My Wife StellaWhere stories live. Discover now