🍁 Chapter [12] 🍁

58.6K 1.8K 24
                                    

Stella POV

Matahari terbit dengan indah di depan mataku. Semalaman aku tidak tidur. Entah bawaan si dede atau memang diriku yang memaksakan agar tidak tidur? Aku tak tahu. Aku hanya ingin berdiam diri merenungi semuanya.

Aku disakiti.
Aku dikhianati.
Aku di lukai.
Aku dinodai oleh suamiku sendiri.

Baru beberapa menit yang lalu aku mendengar suara tawa Steven dan Clara yang menggema dari kamar Steven. Hatiku serasa di remukan dan di hancurkan. Tapi aku tak bisa berbuat apapun. Aku harus bagaimana? Apa yang harus kukatakan? Percuma saja. Steven takkan mau mendengarku. Semuanya akan percuma jika aku mengatakan padanya.

Bahkan jika aku mengatakan hamil. Kufikir ia hanya akan diam dan tak perduli. Sifatnya sudah kuhafal di luar kepala.

Ku ambil laptop dan melihat ada sebuah iklan lowongan kerja bagi desainer sepertiku. Kufikir ini langkah yang baik bagiku. Karna aku yakin sebentar lagi Steven pasti akan menceraikanku, aku tak ingin membebankan kedua orangtuaku lagi. Sehingga aku harus bekerja mencukupi biayaku dengan si dede.

Akhirnya dia tumbuh di rahimku. Dulu saat inilah yang paling kutunggu. Menjadi seorang ibu, seharusnya saat ini aku mendapat perhatian lebih.

Namun semua itu adalah MUSTAHIL.

Tak ada kata perhatian dalam kamus seorang Steven padaku. Bahkan jika aku mati pun kurasa ia takkan perduli.

"STELLA!! KELUAR BIKINKAN AKU SARAPAN!!"teriak Steven.

Sarapan katanya? Bersama dengan Clara? Oh ya tuhan aku seperti budaknya saja.

Tapi tunggulah...

Suatu saat semua akan berbalik...

Yang menyakiti akan disakiti.
Yang mengkhianati akan dikhianati.
Yang terluka akan dilukai.
Yang meninggalkan akan ditinggalkan.

Karma itu berlaku sampai kapanpun. Itu sudah hukum alam. Siapapun takkan bisa mencegahnya.

Dengan perlahan aku turun dan memasakan nasi goreng untuk diriku, dan mereka berdua. Selama aku memasak aku mendengar sedikit yang mereka katakan. Mereka membicarakan pernikahan. Mereka menginginkan menikah di Bali. Dengan waktu dan tanggal yang belum di tentukan.

Aku menyediakan makanan tanpa bicara sedikitpun. Lewat ekor mataku Clara memandangku rendah dan tersenyum meremehkan. Kita lihat saja nanti nona Clara. Seringai kecil kusunggingkan di bibirku.

Dengan cepat kulangkahkan kakiku menuju kamar. Memakan sarapanku disana dengan segelas susu ibu hamil yang kusembunyikan. Dengan begini tiada yang tahu bahwa aku hamil. Aku belum siap mengatakan padanya.

Atau memang aku ingin MERAHASIAKANNYA saja. Sebuah ide cemerlang mampir di otakku.

"Akan lebih baik jika aku merahasiakannya saja. Bukan begitu, Nak?"gumamku.

🍁🍁🍁

Suara deru mobil yang datang membuatku waspada. Kulihat Samuel yang datang.

"Hai, Stella. Kau sangat cantik siang ini"sapa Samuel.

"Kau bisa di hajar bila kesini, Sam!"ucapku.

"Hihi kau tenang saja, princess. Aku hanya ingin memberi selamat padamu karna kau sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu"balas Samuel.

Aku terpaku. Aku terdiam. Bagaimana bisa sam tahu?

"Aku mencari tahu semua tentangmu, Stella. Nah aku belikan kau ini, ada vitamin, susu, buah, serta sayuran juga. Kau harus sehat demi buah hatimu"ucap Samuel.

[3] My Wife StellaWhere stories live. Discover now