🍁 Chapter [30] 🍁

36K 829 20
                                    

Author POV

Stella dan Ishani keluar kamar dan langsung menuju ke ruang tamu. Disana masih ada Steven dan juga Samuel.

"Mas..."panggil Stella pelan.

Reaksi kedua lelaki itu sama melihat dan ingin menjawab, namun di urungkan oleh Steven ia merasa bahwa panggilan itu bukanlah untuknya. Ia segera melihat Ishani dan memberi kode agar mendekat padanya.

"Apa kau sudah jelaskan?"tanya Steven.

"Yup. Tentu saja. Ayo kita pulang"jawab Ishani.

"Baiklah"ucap Steven.

"Hmm... Maaf Stella dan Samuel aku dan Ishani pamit pulang, terimakasih makanannya dan minggu depan aku pasti akan mengantarmu, Stella. Kau tunggu saja aku dirumah"lanjut Steven.

"Baiklah"sahut Stella.

Steven dan Ishani berjalan beriringan hingga masuk kedalam mobil. Steven masih belum menjalankan mobilnya dan kembali melamun.

"Hey... Kau ini kenapa si Steve?"tanya Ishani.

"Ah? Aku tidak apa-apa"jawab Steven salah tingkah.

"Dasar bodoh. Apa kau mau di pukuli oleh suami Stella itu hah? Kau terang-terangan sekali menunjukkannya"ucap Ishani gemas.

"Apa? Jadi semua itu sangat... Terlihat ya"balas Steven.

"Ah aku lupa kau dan Stella memang tipe yang sama. Tidak pandai menyembunyikan perasaan. Tapi aku mohon belajarlah Steve, kau harus bisa menjaga perasaan suami Stella. Dia sangat baik padamu apa kau tega membuatnya sedih?"tanya Ishani.

"Tentu saja tidak. Tapi... Aku memang masih mencintainya hingga detik ini"jawab Steven.

"Kalau begitu kau harus menahan rasa cintamu padanya. Kau harus ingat posisimu hanyalah sebagai mantan suaminya. Kau hanya masih terikat dengan anak kalian yaitu David. Aku rasa kau hanya perlu mengirimkan uang bulanan bagi David selebihnya kau tidak harus ikut campur urusan mereka lagi"ucap Ishani.

"Ya kau benar Ishani, aku sangat merasa bersalah pada Samuel. Aku akan meminta maaf dan akan memberikan uang saja pada mereka"balas Steven.

"Steve... Untuk terakhir kalinya kau harus datang minggu depan untuk pengobatan David dan kau bicarakan semuanya pada Stella. Kau dan dirinya harus berbicara ingat itu"lanjut Ishani.

Steven terdiam beberapa saat lalu mengangguk tanda setuju. Steven merasa sangat bodoh sesaat ia berfikir bahwa Stella masih mencintainya. Namun ternyata ia salah. Stella hanya mencintai Samuel, pria baik hati dan ramah itu. Bukannya dirinya yang brengsek dan penuh dosa.

"Kau bodoh, Steve!! Kau berharap pada sesuatu yang mustahil kau dapatkan"umpat Steven.

🍁🍁🍁

Stella duduk berdekatan dengan Samuel di kamar. Setelah menidurkan David, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Samuel masih tertawa melihat acara di TV kesukaannya. Sedangkan Stella terdiam bingung harus mengungkapkan perasaannya dari mana. Ia takut menyinggung suaminya dan takut membuat suaminya bersedih. Ia tidak mau itu terjadi.

"Ada apa?"tanya Samuel.

Sejak tadi ia menunggu agar Stella berbicara namun istrinya tetap bungkam. Akhirnya ia yang menanyakan duluan.

"Aku... Ingin minta maaf, Mas. Seharusnya aku tidak kekanakan seperti tadi. Aku sangat bersalah padamu maafkan aku, Mas"jawab Stella.

Samuel menghela nafasnya lega. Dan menarik Stella agar mendekat padanya. Ia mengelus puncak kepala istrinya dan berucap...

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang