🍁 Chapter [19] 🍁

55.4K 1.5K 29
                                    

Stella POV

"Apa yang kamu lakukan disini? Dan foto siapa itu?"tanya Steven.

Aku memandang datar ke arahnya dan mencoba memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawabnya.

"Aku melakukan check up biasa. Dan ini foto anak temanku, permisi"jawabku cepat.

Aku berjalan cepat mendahuluinya dan segera menyetop taksi yang lewat. Namun gerakanku kalah cepat olehnya.

"Kau keliatan pucat. Pulanglah bersamaku"ucap Steven.

"Tidak perlu. Kau urus saja urusanmu dan tinggalkan aku"balasku datar tanpa menoleh kearahnya.

"Bisakah kau menganggapku ada? Bisakah kau melupakan sejenak permasalahan yang terjadi. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Stella"ucap Steven melembut.

"Kau pun tak pernah menganggapku ada Mas, untuk apa aku melakukannya. Aku memang sudah melupakan semua masalah tapi kau datang dan membawa masalah baru. Aku baik, tak usah cemaskan aku. Urus saja tunanganmu itu, Mas"balasku sengit.

"Hey, apa kau belum dengar berita terbaru?"tanya Steven.

"Belum. Memang ada apa?"tanyaku balik.

"Aku tidak jadi menikah dengan Clara"jawab Steven.

Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Bukankah dia sangat mencintai wanita itu?
Tapi... Tapi kenapa hatiku merasa lega.
Ya hanya lega bukan senang, mungkinkah masih ada sisi baik dalam diriku baginya.
Ya... Bagaimanapun dia tetap ada di hatiku sebagai orang yang berharga, tak mudah bagiku melupakannya begitu saja.
Dan kali ini... Aku merasa lega ia tidak menikah dengan Clara karna ku tahu wanita itu hanya mengincar harta dan kepopularitas saja.

"Oh"ucapku hanya itu saja yang kulakukan sebagai tanda aku mengerti dan tak perduli.

Ia mendesah kecewa lagi dan lagi. Itu tak luput dari penglihatanku namun aku tetap memandang ke depan, hingga sebuah mobil fortuner hitam berdiri tepat di depan wajahku dan keluarlah sosok malaikatku disana.

"Stella, naiklah"ucap Samuel lembut.

"Baiklah"balasku senang.

Aku meninggalkannya disana. Sendirian. Dengan keterkejutannya disana. Aku tetap diam, tak perduli lagi akan dia. Biarlah aku menjadi orang yang egois.

Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam memandangi keluar. Hingga suara berat di sebelahku membuyarkan segala lamunanku.

"Berhenti memikirkannya! Fokus saja pada dia"ucap Samuel seraya melirik perutku yang mulai sedikit demi sedikit membuncit.

"Maaf"hanya kata itu yang bisa kuucapkan.

Aku sangat keterlaluan. Memikirkan lelaki lain saat sedang bersama lelaki yang mencintaiku.
Masih berharap jika seandainya...

Stop!!!

Cukup aku tidak mau berangan atau apapun lagi mengenai dia.
Tidak aku tidak boleh. Steven hanyalah kesalahan terbesar dalam hidupku.

"Sam, aku sudah dapat jawaban yang tepat untuk lamaranmu"ucapku selanjutnya.

"Benarkah? apa jawabanmu?"tanya Samuel antusias.

"Akan kukatakan nanti malam. Bersabarlah"jawabku dengan senyum merekah.

"Kau memang selalu penuh kejutan dan aku suka kejutan darimu"ucap Samuel membuatku tertawa.

Dia adalah lelaki dengan segala kesederhanaannya.
Dia tidak pernah memandang aku siapa dan apa latar belakang hidupku.
Dia tidak pernah mempermasalahkan aku sudah pernah menikah dan menjadi janda.
Dia bisa menerima segala kekuranganku. Dan aku rasa inilah jawaban yang tepat.

[3] My Wife StellaWhere stories live. Discover now