🍁 Chapter [21] 🍁

52.8K 1.3K 33
                                    

Samuel POV

1 Minggu Kemudian~

Bagaimana rasanya jika kamu sedang jatuh cinta? Aku yakin pasti berjuta rasanya.
Aku bagaikan mimpi bisa bersanding dengan Stella. Setelah aku meyakinkan Stella, dia pun mau menikah denganku.

Kini aku tengah terduduk di rumahku bersama dengan kedua orangtuaku yang ternyata pulang lebih cepat dari yang seharusnya.

"Kau yakin ingin menikah dengan janda itu?"tanya Sean.

"Mah, aku sudah berpuluh kali bilang iya apa belum cukup juga"jawabku.

"Ya Mamah kan masih belum bisa percaya aja. Anak Mamah yang paling ganteng ini mau menikah dengan-"ucapan Sean terhenti oleh munculnya Albert.

"Janda. Sudahlah sayang, memangnya kenapa dengan janda toh dia juga berpendidikan tinggi dan cantik"sahut Albert.

"Ko kamu jadi muji janda itu sih"ucap Sean kesal.

"Sayang, dengar aku. Ini sudah menjadi keputusanku kalau Samuel berhasil membuat perusahaan naik aku akan membantunya apapun itu, dan sekarang tanpa perlu aku bantu dia sudah dapatkan apa yang ia mau. Ia hanya butuh doa restu, kau pun sudah ingin menimang cucu bukan?"tanya Albert.

"Iya juga sih. Yaudah, Mamah setuju asalkan kamu harus janji kasih Mamah cucu yang ganteng dan cantik ya"jawab Sean dengan senyum jenaka.

"Tentu saja, Mah. Dan aku mohon malam minggu nanti temani aku untuk kerumahnya aku ingin melamarnya secara resmi"pintaku.

"Baiklah, kami akan datang. Sekarang waktunya bekerja, ayo Sam"ucap Albert.

"Iya, Ayah. Mah, aku berangkat"balasku seraya mengecup punggung tangan mamahku.

"Iya. Hati-hati dijalan ya, dan jangan lupa bawa Stella kemari ya"ucap Sean.

"Siap, Mah!"balasku.

🍁🍁🍁

Stella tengah terduduk dengan setumpuk kertas di depannya. Hari ini pemesanan meningkat hingga membuatnya kewalahan, perusahaan besarnya ini ternyata kebanjiran pesanan.

"Yang kuat ya, Nak. Nanti Mamah pasti akan makan yang banyak untuk kamu dan Bunda"lirih Stella.

Tak terduga ternyata respon sang bayi adalah menendangnya kemudian terdiam kembali hanya gerakan kecil saja yang terjadi. Stella sangat menyayangi anaknya bagaimanapun itu adalah buah hatinya dan Steven walau di dapat dengan cara paksaan pada malam itu.

Stella tersenyum miris membayangkannya. Dulu ia amat mencintai lelaki itu, tapi sekarang ia yakin bahwa rasa sayangnya tak lebih sebagai kakak dan adik saja. Ia sudah bisa perlahan melupakan bayang-bayang Steven di hidupnya.

Di liriknya cincin yang tersemat di jari manisnya yang tampak berkilau. Ia sangat menyayangi Samuel, Stella belum mampu mengatakan bahwa ia mencintai Samuel. Hanya sayang. Sayang karna lelaki itu begitu baik dan perhatian padanya. Sayang karna lelaki itu begitu dewasa dan bijaksana. Sayang karna lelaki itu bisa menerima segala kekurangannya dan memberinya cinta yang tiada tara.

Stella menyayangi Samuel sama seperti kepada keluarganya.
Stella merasa nyaman dan aman kepada Samuel sama seperti kepada keluarganya.
Cinta belum tumbuh di hatinya. Nyatanya hatinya masih sulit terbuka karna sebuah luka yang masih mengaga dan siap untuk membuatnya terpuruk kembali. Maka ia membentenginya dengan tinggi dan kokoh.

Stella menghela nafasnya kasar. Fikirannya melayang pada ucapannya yang menerima lamaran Samuel begitu mudahnya.

"Apa aku harus melanjutkannya? Jika hatiku saja belum mampu memutuskannya. Aku terlalu takut untuk bahagia karna di balik kebahagiaan tersimpan kesedihan yang mendalam"lirih Stella.

[3] My Wife StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang