"Nana!"

Langkah Nana terhenti begitu mendengar suara yang sangat ia kenal. Nana perlahan membalikkan tubuhnya dan menatap laki-laki yang memanggil namanya.

"Nana?" panggilnya lagi membuat Nana mengernyit ngeri.

Laki-laki itu melepas kacamata hitamnya. Matanya terlihat sayu.

Jangtung Nana berdetak dengan cepat ketika laki-laki itu melepas syalnya perlahan. "Fer-di?" gumam Nana tidak percaya.

Ferdi menatap Nana yang masih terpaku di tempatny. "Hai." Sapanya canggung membuat Nana tersadar.

Nana langsung membalikkan badannya membelakangi Ferdi, dengan cepat ia berlari menjauhi Ferdi ke arah parkiran tempat mobil Tanaka berada.

Ferdi yang terkejut dengan respon Nana langsung berlari mengejar gadis itu. Ia pun langsung menarik lengan Nana untuk menahannya agar tidak pergi.

"Na!"

Nana menarik lengannya dari genggaman tangan Ferdi yang kuat. Ia langsung memukul dada Ferdi dan mendorong tubuh Ferdi untuk tidak mendekat kearahnya.

Dari kejauhan Rena dan Tanaka tengah asyik meminum segelas kopi hangat sambil melihat kejadian itu. "Gakpapa? Mereka berkelahi?" tanya Tanaka khawatir.

Rena menyeruput kopinya, lalu meletakkan gelas kopinya di atas meja, "Tenang aja, mereka emang sering begitu kok kalo marahan, nanti juga baik lagi." sahutnya santai.

"Apa sih, Fer?!" seru Nana, matanya menatap Ferdi tajam.

"Gue udah denger semuanya dari Rena. Lo kesini buat ketemu gue kan?"

Nana terdiam untuk beberapa saat, ia membuang pandangannya kearah lain.

"Na, liat gue, hm?" lirih Ferdi, namun Nana tetap tidak ingin menatapnya.

Ferdi mencengkram kedua pundak Nana. "Liat gue!" serunya.

Nana terkejut, matanya langsung menatap bola mata Ferdi yang bergetar.

"Udah! Gue udah liat lo, puas?!" ketus Nana, lalu melepaskan tangan Ferdi yang mencengkram pundaknya.

Nana melipat kedua tangannya, mulutnya ia kerucutkan, pandangannya teralih ke gedung-gedung di sekitar Taman.

"Maafin gue Na." satu kalimat itu membuat Nana langsung menurunkan tangannya yang sedari tadi ia lipat di depan dada.

Ia menatap wajah Ferdi yang terlihat pucat dan tubuhnya yang kurus. Entah mengapa, Nana merasa debaran di jantungnya menjadi tidak kauran. Suhu yang seharusnya terasa dingin, kini terasa hangat baginya.

"Maafin gue." ucapnya sekali lagi. Laki-laki itu menundukkan kepalanya, pundaknya bergetar seakan tengah menahan butiran air mata agar tidak keluar.

Nana merasa sedih melihat laki-laki dihadapannya terlihat lemah. Air mata yang sudah tidak bisa terbendung pun perlahan keluar membasahi pipi mulus Nana. Ia mendekati Ferdi, dipukulnya lagi dada Ferdi, hingga tubuh Ferdi sedikit goyah.

"Maaf kata lo? Dasar laki-laki berengsek!" ucap Nana ditengah isaknya.

Ferdi masih menundukkan kepalanya. "Angkat kepala lo Fer! Liat gue, kalo lo emang nyesel!" ketus Nana sambil mengangkat kepala Ferdi agar Nana bisa melihat wajahnya.

Nana semakin terisak begitu melihat mata Ferdi yang sudah basah karena air mata. "Jangan nangis! Lo tuh cowok, Fer!" serunya.

Ferdi mengangguk pelan, ia mengelap air matanya dengan lengan jaketnya, lalu menyeka air mata Nana yang mengalir dipipi dengan ibu jarinya secara perlahan. "Maafin gue karena gue udah jadi pengecut dan pergi ninggalin lo gitu aja." sesal Ferdi.

Nana menggeleng keras. "Gue udah denger semua penjelesannya dari Rena. Gue tau, lo pergi demi Mama lo. Gue tau, sebenernya lo terpaksa dan lo juga masih sayang sama gue, kan? Dan lo juga harus tau kalo selama ini gue masih sayang dan berharap lo balik lagi ke gue, Fer." ujar Nana.

Ferdi menarik Nana kedalam pelukannya. "Makasih Na, karena lo masih sayang dan nunggu gue, selama ini gue pengen banget ngubungin lo, ngasih kabar ke lo tapi gue gak bisa. Gue berenti kuliah dan nerusin usaha mama gue, karena mama gue mikir udah saatnya bagi gue buat gantiin dia." ucap Ferdi.

Nana mengangguk lalu mengeratkan pelukannya. "Gue ngerti kok Fer. Pasti berat bagi lo ngejalanin ini semua."

Ferdi tersenyum lalu mencium pucuk kepala Nana.

"Tuh benerkan apa kata aku, mereka mah kalo berantem gak bisa lama." ujar Rena lalu kembali menyeruput kopi hangatnya.

"Sampe kapan mereka terus pelukan gitu?" gumam Tanaka sambil melirik kearah Rena.

"Kenapa? Kamu mau aku peluk juga?" tanya Rena menggoda suaminya itu.

Tanaka tertawa geli, lalu mengelus ujung kepala Rena. "Kita mah dirumah aja." ujarnya membuat Rena hampir tersedak.

From Me To You [FIX YOU] - COMPLETEМесто, где живут истории. Откройте их для себя