Desember 2015
Sebuah senyuman lebar menyambut Nana dengan hangat begitu ia memasuki kantor tempat ia bekerja.
"Pagi Bu Nana." sapa salah satu guru begitu Nana duduk di kursinya.
"Pagi Pak Edwin." sahut Nana tak lupa dengan senyuman diwajahnya.
"Gimana dikelas kemarin? Anak-anak gak iseng kan?" tanya pak Edwin yang terlihat sedikit khawatir.
"Seru Pak Ed, anak-anaknya pada nurut kok walaupun masih ada beberapa yang susah di bilangin." ceritanya yang baru beberapa hari ini magang di TK dekat lingkungan rumahnya.
"Tolong di maklumin ya, namanya juga masih anak-anak bocah emang rada susah di bilanginnya dan moodnya pun mudah berubah, Bu." ucap pak Edwin.
"Ya pak, saya juga ngerti kok. Kalo gitu saya ke kelas duluan ya pak, gak enak sama Bu Mila sudah nunggu di kelas soalnya." ujar Nana lalu beranjak menuju kelas TK A2.
Sudah beberapa hari ini sejak Nana liburan kuliah, ia memutuskan untuk mengajar di TK dekat rumahnya, itung-itung agar ada kerjaan sekalian belajar bagaimana mengatasi anak agar nantinya ia tidak terkejut jika kelak ia terjun ke dunia pendidikan yang sebenarnya, pikir Nana.
Nana menghentikan langkahnya begitu sampai di depan kelas, ia mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dear, Ferdi. Ternyata emang sulit ngejalanin hari-hari tanpa lo disamping gue. Maaf banget gue gak bisa nepatin janji gue, tapi gue yakin lo ngerasain hal yang sama kan? Dimana pun lo berada sekarang, gue disini udah kangen banget sama lo. Semoga lo baik-baik aja!
Nana tersenyum, mulai sekarang satu langkah kedepan akan mengubah nasibnya. Dengan penuh percaya diri Nana memutar knop pintu. "Pagi anak-anak!" serunya yang disambut antusias oleh anak muridnya.
Juni 2013
Raut wajah Ferdi langsung berubah, bibirnya tersenyum tipis begitu kedua matanya menangkap sosok gadis yang tengah melihat ke arahnya.
"Ferdi! Kamu lagi mama nasehatin malah senyum-senyum. Ngeledek ya?!" bentak Rini yang tak lain adalah Mama Ferdi.
"Engga, Ma." sahut Ferdi pelan.
"Mama udah kasih kamu kesempatan buat berubah, tapi nyatanya nilai kamu tetep aja jelek. Janji tetaplah janji!" omel Rini.
"Tapi ma-"
"Gak pake tapi-tapian, ayo cepet masuk mobil!"
Ferdi mengela napas panjangnya, kali ini ia harus menuruti perintah Rini. Ferdi melirik sekilas Nana sebelum ia memasuki mobil putih milik Rini. Sorry Na.
Nana menatap mobil yang yang membawa Ferdi pergi dengan cemas. "Nilainya pasti jelek," gumamnya. "Atau jangan-jangan gak naik kelas?" pikir Nana yang membuatnya bertambah cemas. "Semoga aja gak terjadi apa-apa."
✈✈✈
Nana memarkirkan motor di dalam garasi rumahnya. Ia lepaskan helm lalu menyangkutkannya di kaca spion motor. Ia berlari kecil memasuki rumah, dilihatnya Widia dan Daniel tengah duduk di ruang tamu dengan raut wajah serius.
Nana menatap Widia dan Daniel secara bergantian dengan tanda tanya besar didalamnya. Waduh, ada masalah apa lagi nih? Mama kok udah pulang? Katanya ada kerjaan gimana sih?
"Udah pulang? Duduk dulu sini, ada yang mau Papa omongin." Nana mengernyit, raut wajah Daniel yang terlihat serius membuatnya sedikit takut.
Nana duduk tepat di sofa yang berhadapan dengan Daniel dan Widi. "Mau ngomongin apa Pa?"
"Papa denger nilai kamu bagus?"
Nana mengangguk pelan. "Bagus!" pekik Daniel sambil menepuk tangannya sekali, membuat Nana hampir terlonjak dari kursinya.
VOUS LISEZ
From Me To You [FIX YOU] - COMPLETE
Roman pour AdolescentsKetika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama Nana mempertahankan cintanya. Sebuah cinta yang datang dari seorang laki-laki bernama Ferdi. Seorang anak remaja yamg berusaha mencari apa...