Dalam hati dirinya tersenyum miris. Padahal ia sudah susah payah mencari tuxedo yang pantas dari satu toko ke toko yang lain agar gadis yang ia cintai itu akan tersenyum begitu mendapati dirinya menggunakan tuxedo ini. Namun, justru di saat hari itu tiba, ia malah tak punya keberanian untuk datang dan menemui gadis itu.

Mata Chanyeol bergerak cepat begitu sebuah peti hitam yang berhiaskan karangan bunga di atasnya-menarik perhatiannya. Dan seketika, waktu seakan berjalan melambat di mata lelaki itu, begitu pandangannya menangkap sebuah peti yang tadi berada di sebrangnya, kini mulai diangkat.

Xiumin, lelaki berambut hitam yang ia kenal sebagai sahabat baik dari gadisnya itu, mengangkat sisi kanan depan peti mati. Menuntunnya dan membawanya masuk ke dalam liang tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya, selagi beberapa lelaki lain yang juga ikut membantu menggiring peti itu ke dalam.

Dan saat itu juga, isak tangis terdengar makin keras masuk ke dalam gendang telinganya.

Perlahan Chanyeol berjalan maju. Menerobos orang-orang yang ada di hadapannya tanpa mempedulikan ucapan mereka.

"Yoona." Ia berucap pelan, berjalan mendekati liang yang kini telah terisi oleh peti mati itu. "Jangan-" Baru saja tangan Chanyeol terulur akan menggapai gadis itu, dua pasang lengan secara cepat menahan tubuhnya. "Yoona!"

"Hentikan, Chanyeol!" Teriak Suho. Menahan tubuh lelaki itu selagi Baekhyun ikut membantunya.

"Tolong jangan membuat ini semakin sulit." Lanjut Suho lirih.

"Kumohon, Suho-hyung." Lelaki itu bersikeras memberontak. "Aku hanya ingin melihatnya sebentar."

"Tidak." Keduanya menarik Chanyeol mundur.




-AMARANTH-




Chanyeol tak berniat keluar dari rumahnya dan datang ke dorm sehari setelah upacara pemakaman usai. Seminggu setelahnya. Bahkan hampir sebulan ia menyembunyikan diri dan berdiam di dalam tanpa mempedulikan bujukan teman-temannya yang secara bergantian mengunjunginya. Memastikan bahwa lelaki itu masih hidup. Dan baik-baik saja-tentu tak baik-baik saja.

Tak ada gunanya ia pergi ke luar. Tak ada karna kini gadis yang biasa mengobrol bersamanya dengan penuh antusias sudah tak ada. Karna kini gadis yang selalu menunggunya untuk datang dan memastikan kalau ia baik-baik saja sudah tak ada. Karna kini gadis yang selalu tersenyum lebar menyambut kedatangannya, hingga membuat perasaan hangat menyelimuti hatinya, sudah tak ada.

Dan takkan pernah ada lagi.

Hari inipun. Ia hanya terdiam. Menatap dari balik bingkai jendela rumahnya di mana tetes demi tetes air hujan jatuh.

Terus. Lelaki itu terus mencoba mencari alasan turunnya hujan di pertengahan bulan Juni itu. Mencoba mencari alasan yang mungkin saja masuk akal kenapa ada hujan yang turun di musim panas itu.

Mungkin seorang gadis yang jadi penyebabnya. Mungkin. Hingga membuat Chanyeol melukiskan senyuman tipis. Mungkin saja di ujung jalan sana ada seorang gadis cantik yang tengah menangis seperti biasanya di bawah pohon. Bertanya kenapa lelaki yang ia cintai selalu menolaknya. Seperti biasa.

Namun seketika senyuman itu pudar. Begitu ia menyadari bahwa ini hujan yang alam timbulkan. Bukan gadis itu. Bukan.

Bukan, karna kini gadis itu sudah tak ada. Sudah takkan menangis lagi meratapi cintanya yang terus bertepuk sebelah tangan.

FLOWERS FOR YOUWhere stories live. Discover now