"Selama ini, Ferdi udah banyak banget menderita. Aku tahu perbuatanku terhadap kalian berdua itu memang salah, bahkan aku seperti pengecut yang memanfaatkanmu. Ferdi adalah cinta pertamaku, aku ingin dia bahagia bersamaku. Tapi, saat ini dia lebih memilih untuk bahagia bersama kamu Na, jadi aku mohon jangan sakiti dia lagi." ujar Rena sambil menggenggam tangan Nana.

Nana menatap Rena, baru pertama kalinya Nana melihat sisi lain dari Rena yang membuatnya tersentuh. Nana menggenggam balik tangan Rena lalu tersenyum. "Gue tau gimana perasaan lo selama ini. Dan gue janji, tanpa lo minta pun gue juga udah berjanji sama diri gue sendiri buat ngebahagiain dia, jadi, lo gak usah khawatir lagi, ya?"

Rena tersenyum, ia merasa lega setelah mendengar itu dari Nana. "Makasih Na, aku lega dengernya."

"Iya, kak." Akhirnya Nana bisa merasa nyaman setelah Rena memutuskan untuk lebih terbuka kepadanya, begitu juga dengan Nana.

"Jadi kita temenan kan sekarang? "

Nana tertawa kecil. "Iya kak."

✈✈✈

Bulan Februari adalah bulan dimana anak kelas XII sedang di sibukkan dengan ujian praktek untuk mempersiapkan ujian nasional yang sebentar lagi tiba. Nana berjalan menbarengi Pak Herman keluar kelas begitu bel pulang sekolah berbunyi.

"Nana!" Rena berteriak dari ujung lorong lantai tiga begitu ia melihat Nana yang sedang berjalan di belakang Pak Herman.

Nana mempercepat langkahnya mendahului Pak Herman. Hari ini, Nana dan Rena sudah berjanjian untuk membuat surprise party untuk Ferdi mengingat sekarang sudah tanggal 13 Februari.

"Ferdi dimana?" tanya Nana begitu sampai di hadapan Rena.

"Dia masih beresin kelasnya, abis praktek bahasa inggris." sahutnya.

"Ayo buruan!" ajak Rena sambil menarik tangan Nana.

Sesampainya di rumah Nenek Ferdi, Nana dan Rena mulai beraksi mendekor kamar Ferdi dengan balon-balon dan juga tulisan Happy Birthday yang di tempelkan di dinding kamarnya.

"Kak, kue?" tanya Nana yang baru ingat.

"Tenang aja, udah aku beli kok. Ada di kulkas nenek."

"Ok, bagus!"

"Aku juga udah bilang Haryo, Zizi, sama Rahel buat bikin keder dia dulu hahaha." ujar Rena.

"Iya, aku juga udah sms Sarah sama Ado buat beli kadonya."

"Good job!"

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Sarah dan Ado juga sudah datang membawa kado yang dipesan oleh Nana.

"Kak, gimana situasi?" tanya Nana.

Rena mengeluarkan ponselnya lalu mengetik pesan singkat kepada Haryo yang tak lama kemudian di balas olehnya.

"Udah di depan." bisik Rena.

Ado berlari mematikan lampu kamar Ferdi. Nana dan Sarah mengumpat di balik pintu dengan cheese cake yang lilinnya sudah menyala.

Tak lama kemudian, pintu kamar Ferdi perlahan terbuka. "Kok gelap" gumam Ferdi.

"SURPRISE!!" teriak Nana, Rena, Ado, Sarah berbarengan begitu juga dengan Haryo, Zizi, dan Rahel yang berdiri di belakang Ferdi.

Wajah Ferdi terlihat terkejut sekaligus senang. Sebenernya ini terkesan klasik, biasa saja, tapi, kejutan sederhana ini tetap saja membuat Ferdi merasa senang.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!" Nana menyanyi sambil mendekatkan kue yang ia pegang kepada Ferdi.

"Happy birthday ya, Fer!" ujar Nana, "Tiup lilinnya, jangan lupa make a wish dulu!"

Ferdi tersenyum, ia tidak menyangka Nana dan teman-temannya akan menyiapkan surprise party untuknya, yang aslinya ia juga tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Makasih ya!" ucap Ferdi lalu meniup lilin tersebut.

"Yey, potong kuenya!" ujar Ado dan Haryo yang paling semangat.

Ferdi tertawa kecil lalu memotong cheese cake miliknya.

"Yey, makan!" ucap Haryo yang langsung mengambil sepotong cheese cake itu.

"Haryo apa-apaan sih!" celetuk Zizi melihat kelakuan Haryo yang tidak sebaran.

Melihat Haryo melakukan itu, Ado tidak mau kalah dah mengambil sepotong kue yang besar begitu Nana meletakkan cheese cake tersebut di meja belajar.

"Ya ampun, gak di kasih makan apa lo sama emak lo?" celetuk Zizi sambil menggelengkan kepalanya.

Nana melirik ke arah Ferdi yang sedang tertawa puas melihat tingkah temannya itu. Setelah acara surprise party selesai, Zizi yang sedang duduk di depan teras rumah nenek Ferdi melihat Ferdi menarik Nana berjalan keluar gerbang.

"Zi?"

Zizi menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.

"Eh, lo Ren." gumam Zizi.

"Sendirian aja." ucap Rena sambil memberikan segelas jus kepada Zizi.

Zizi meraih jus yang di berikan oleh Rena lalu menyesapnya. "Kayak lo gak sendiri aja." lalu mereka berdua saling tertawa.

"Aku gak sendirian kok, kan ada kamu." ujar Rena lalu terkekeh.

Zizi meminum habis jusnya. "Sama deh kalo gitu."

Hening.

Zizi menatap gelas kosong yang ia pegang. "Dulu kita sama-sama suka sama Ferdi. Walaupun lo lebih beruntung pernah pacaran sama dia." gumam Zizi lalu tersenyum miris.

Rena menatap Zizi. "Tapi seenggaknya kamu gak pernah nyakitin dia."

Zizi hanya tersenyum, ia teringat kembali saat ia pernah memanfaatkan Nana dan membuat Ferdi kesal waktu itu, hanya saja ia tidak pernah mengungkitnya kembali sehingga Rena tidak mengetahuinya.

Mereka saling menatap satu sama lain lalutertawa, entah mengapa mereka merasa aneh saja pernah menyukai laki-laki yangsama, dan kalah pada gadis yang sama.

From Me To You [FIX YOU] - COMPLETEМесто, где живут истории. Откройте их для себя