16. Different Way

Mulai dari awal
                                    

"Leon! Cewek lo pingsan dan lo malah asik-asikan ketawa sama cewek lain? Punya hati nggak sih lo?" Rena menatap Leon garang. Leon tersenyum miring, tanpa memperdulikan amarah Rena, Leon merangkul cewek di sampingnya itu.

"Lo tahu bodoh? Itulah sahabat lo. Dia punya penyakit kan? Kenapa masih mau? Terus, kalau dia pingsan, ada urusannya sama gue? Salah gue kalau dia pingsan? Suka-suka gue lah mau ketawa sama siapa, lo nggak berhak ngatur kehidupan orang. Mending lo urus aja sahabat lo itu," ujar Leon santai, lalu beranjak mengajak cewek di sebelahnya untuk segera meninggalkan Rena yang menampilkan raut wajah marah.

"The evil man, karma does exist, Leon," Rena membuang napas kasar lalu berlari kecil menuju ruang UKS.

   ♣️♣️♣️

"Kontrol ilernya, oi!"

Rena mengerjap, melebarkan matanya sambil menoleh ke samping. Ada Raga di sana, di depan pintu UKS, pantas aja. Rena menunjukan kepalan tangannya di udara kepada Raga.

Raga tertawa, lalu melangkah masuk ke dalam UKS. Duduk di kursi yang terletak di ujung ruangan. Sementara Rena kembali mengalihkan pandangannya, menatap Adnan yang saat ini duduk di kasur UKS sambil memberi minyak kayu putih di hidung Mala.

Rena sudah meminta Adnan agar dia saja yang melakukan itu, namun Adnan menolaknya. Katanya, 'Buat apa aku jadi ketua PMR kalau aku malah nyuruh orang lain buat sembuhin pasien aku?'

Maksudnya tuh gini, Adnan itu ketua PMR. Jadi, saat Rena meminta agar dia saja yang melakukan pekerjaan Adnan, Adnan menolak, alasannya itu memang sudah menjadi tugas ketua dan anggota PMR lain. Berhubung Rena bukan anggota PMR, Rena diam saja dan mengangguk saat Adnan berbicara seperti itu.

Mala mengerjapkan kedua matanya, perlahan-lahan membuka, lalu sedikit melenguh. Adnan langsung menjauhkan minyak kayu putih dari hidung Mala, menutup botol kecil tersebut.

"Udah agak baikan?" tanya Adnan setelah melihat kedua bola mata Mala terbuka dengan sempurna. Mendengar pertanyaan Adnan, Rena langsung mendekat, berdiri tepat di samping Adnan yang masih duduk di kasur UKS. Raga diam saja memperhatikan gerak-gerik tiga orang yang satu ruangan dengannya saat ini.

Mala mengangguk. Adnan tersenyum lalu bangkit, mengisyaratkan agar Rena yang menemani cewek yang baru saja sadar dari pingsannya.

"Na," panggil Adnan, Rena menoleh. "Aku keluar ya, aku rasa ada yang ingin kamu sampaikan ke Mala, nanti line aja ya kalo ada apa-apa," kata Adnan lalu menepuk puncak kepala Rena.

"Iya, Nan."

Lalu, Adnan keluar dari ruang UKS disusul dengan Raga.

Hanya tinggal Rena dan Mala yang berada di dalam UKS. Rena membuang napas kasar seraya memejamkan matanya. Kembali membuka, Rena menatap Mala yang tersenyum tipis ke arahnya.

"Masih mau pertahanin?" nada rendah yang Rena keluarkan jelas Mala tahu bahwa itu pertanda Rena sedang menahan marah.

Mala mengambil tangan Rena, lalu meremasnya pelan. "Na, gue sayang sama Leon, gue nggak peduli sikap dia sama gue kayak mana. Selama dia belum mutusin gue, gue nggak bakal berhenti Na bikin Leon berubah. Gue tahu, Leon juga sayang sama gue," Mala melirih, pundaknya melemah.

Rena kembali membuang napas kasar, ia menatap Mala dengan tatapan sendu. "La, sayang apasih dia ke lo itu? Nggak peduli saat lo kayak gini, suka selingkuh di depan lo, ingkar janji, itu yang lo sebut sayang? Lo tahu La, banyak cowok di dunia ini, dan lo masih mempertahankan cowok sejenis Leon? Lo cantik, banyak yang mau sama lo, tapi kenapa lo masih aja bertahan sama orang yang jelas-jelas mempermainkan perasaan lo?" ujar Rena lalu menarik napas dalam, dadanya sesak.

Mala merubah posisi, disandarkan punggungnya di dinding, matanya menatap lurus ke depan, cairan bening melapisi kedua bola mata jernih milik Mala. Setelah menarik napas dalam-dalam, Mala mengeluarkan suara.

"Karena lo belum merasakan bagaimana cinta yang sesungguhnya, Na. Lo nggak tahu, gimana suka duka mencintai seseorang. Ini duka gue, gue mencintai Leon dengan cara gue sendiri. Gue nggak mau mengekang dia, selama gue masih pacaran sama dia. Gue hanya pacarnya, bukan cewek sah Leon, jadi artinya gue nggak boleh terlalu mengekang Leon. Gue tahu Leon sayang sama gue, itu aja, gue ngga minta lebih, Na."

Rena menarik napas, lalu membuangnya kasar. Direngkuhnya tubuh Mala ke dalam pelukannya, lalu mengusap punggung sahabatnya itu. "Selama lo masih mau bertahan dengan pilihan lo, gue dukung lo La, lo jangan segan-segan ya buat ceritain keluh kesah lo sama gue," kata Rena dengan berbisik.

Mala tersenyum lemah, dan mengangguk kecil.

Di luar ruangan, Leon yang baru saja hendak masuk ke dalam UKS, memutuskan untuk memutar balik arah, tidak jadi masuk.

Leon memejamkan matanya, membukanya kembali seiring dengan hembusan napas panjangnya.

"Ini caraku La, kamu akan tahu gimana sayangnya aku sama kamu melalui cara yang menyakitkan ini," lirih Leon sambil meremas botol air mineral yang ia pegang.

    ♣️♣️♣️
Jangan lupa vomments ya!💗

Shoplifting HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang