2 - ANGGOTA GERAK JALAN

311 12 3
                                    

Kirani berjalan pelan menyusuri koridor utama menuju ruang kelasnya sambil menundukkan kepala. Rambutnya yang dibiarkan tergerai, jatuh di sisi kedua pipinya. Tangan kanannya memegang lengan kirinya, menutupi sesuatu di bagian atas sikunya.

"Pagi, Kirani."

"Hai, Kirani!"

Beberapa kakak kelas atau teman seangkatan yang dilewatinya, mulai melontarkan sapaan, tapi tidak satu pun yang digubrisnya. Orang-orang itu mengernyitkan kulit dahinya, heran dengan Kirani yang tidak membalas satu pun sapaan dari mereka. Bukan Kirani yang biasanya.

"Eh! Kirani sudah datang." Sam seketika menghampiri Kirani begitu melihat sang pujaan hati melangkah memasuki kelas. Sam mengikuti Kirani hingga tiba di bangkunya, lantas duduk di bangku kosong yang berada di depan bangku Kirani.

"Ran, elo baik-baik aja?" Kia, teman sebangku Kirani, bertanya. Tidak hanya orang-orang di luar, tetapi Kia, sahabatnya, menyadari ada sesuatu yang salah pada Kirani.

"Ya."

Kia dan Sam nyaris tidak mendengar sahutan itu.

Kirani menggerakkan tangan kanannya untuk melepaskan tas yang tersampir di tubuhnya. Tepat di saat dia akan duduk, Kia menarik tangan kirinya, membuat si pemilik tangan terkejut.

"Tangan lo kenapa?" Kia menatap Kirani penuh selidik setelah menemukan warna biru-kehijauan yang menghiasi kulit lengan kiri Kirani. "Perbuatan kakak lo lagi?" Kia mencoba menebak.

Perlahan, Kirani melepaskan genggaman tangan Kia dari pergelangannya. "Bukan kok, Kia. Kemarin kebentur di lemari, makanya memar gini. Lo tau kan gue cerobohnya gimana?" Kirani tertawa samar.

"Duh, Kirani, lain kali kamu hati-hati, dong. Untung aja cuma kebentur lemari, gimana kalo kamu ketabrak mobil? Apa kabarnya hidup gue, Ran? Kamu, kan, tau Sam tidak bisa hidup tanpa Kirani."

Kia seketika menghantamkan buku tulis yang telah digulungnya ke kepala Sam. "Lebay banget sih lo jadi cowok!"

"Sakit, woy! Dasar cowok jadi-jadian!" Sam mengusap-usap kepalanya yang terasa nyeri sembari memandang kesal ke arah Kia.

Kia mengangkat "pentungannya" lagi ke udara. "Sekali lagi lo bilang gue cowok jadi-jadian, gue patahin tulang-tulang lo!"

Sam langsung bergidik.

Bukannya tanpa sebab Sam mengatakan Kia adalah cowok "jadi-jadian". Gadis itu memiliki potongan rambut pendek seleher dengan poni yang menutupi dahinya. Belum lagi, Kia adalah atlet pencak silat di SMP. Bukan hal mustahil kalau Kia benar-benar akan mematahkan tulang-tulangnya suatu hari nanti.

Kia menghela napas untuk meredakan emosinya yang sempat tersulut oleh ucapan Sam. Tidak lama, atensinya kembali pada teman sebangkunya. "Ran," Kia menyentuh pundak temannya itu, "kalo elo disakitin lagi sama kakak lo, mending lo laporin aja ke polisi. Ini tuh KDRT!"

"Ki, enggak ada yang nyakitin gue. Lengan gue cuma kebentur. Itu aja. Enggak ada yang harus dilaporin ke polisi."

"Elo enggak bohong sama gue, kan?"

Kirani menggeleng pelan. "Gue enggak bohong, Ki."

"Ya udah. Gue kira elo dipukulin lagi sama kakak lo."

"Elo sih curigaan mulu," celetuk Sam.

Kia langsung melempar tatapan sengit ke arah Sam, "Gue enggak ngomong sama elo!"

"Eh! Ada apaan? Kalian kok udah berisik aja?" Sigit, si ketua kelas, baru saja datang. Sam yang duduk di bangkunya segera menyingkir.

"Ini nih, Git, si Kia. Pagi-pagi bawaannya emosian mulu. Lagi PMS kali, ya?" Sam mengadu.

FROM THE PAST [SELESAI]Where stories live. Discover now