Zea : Reborn

3.9K 221 9
                                    

Jakarta, 4 Juni 2016

"Inhale...exhale...inhale...exhale..."

Itu adalah mantra dari mas Galang, yang saat ini aku lakukan didalam hati ketika teh Mala mendorong tubuhku hingga tubuhku menempel ke pintu apartement.

"Gue udah peringatin lo! Udah gue bilang jauhin Galang tapi lo masih aja kecentilan selalu ada didekatnya! Lo tau semua yang gue punya udah lo rebut, dunia gue semuanya hancur karena lo bitch!"

Mantranya tak berfungsi, tubuhku mulai bergetar ketakutan ketika aku melihat bola mata teh Mala yang penuh emosi dan kebencian. Lenganku merasakan sakit ketika teh Mala semakin menekannya, mendorong lenganku.

Aku bisa merasakan deru nafas teh Mala yang membara "Lo dan keluarga lo semua emang ga tau diri! Mulyadi si brengsek dengan serakahnya mengambil hak gue dan Alifa si jalang yang mengambil keuntungan dari keadaan ini ngedidik lo sama kaya jalang merebut calon suami gue..kalian sem..."

PLLAAAK

Entah kekuatan dari mana sehingga tanganku menampar pipi teh Mala, yang pasti tubuhku berontak saat mulut kotornya menghina ayah dan bubun.

"Stop! Zea masih bisa bersabar ketika teh Mala menghina Zea tapi ga ada yang boleh menghina orang tua Zea, mereka berdua sangat Zea hormati dan lihat siapa yang brengsek dan jalang disini..." ucapku tegas setelah menamparnya dan masih terpaku didepannya yang sedang memegang pipinya

Aku yakin pasti perih dan sakit itu pipi, aku yang menampar teh Mala, tanganku yang melakukannya dan sungguh aku tidak berniat untuk menyakitinya. Aku tak masalah jika aku dihina asal jangan menghina keluargaku apalagi orang tuaku, itu termasuk pembelaan diri ga sih?

Teh Mala kembali menyerangku mengangkat tangannya hendak menamparku tapi tubuhku sekarang tidak bergetar bahkan dengan sigap menahan pergelangan tangannya, aku yakin peganganku keras karena aku lihat dia meringis.

"Zea sekarang bukan Zea yang dulu! Zea ga takut sama semua ancaman dan teror yang teh Mala lakukan! Udahlah teh, lupakan semua kebencian di masa lalu...lihat kenyataan sekarang, terima dengan ikhlas..dari dulu hingga sekarang bukan Zea yang merebut mas Galang tapi memang KITA berdua sudah tidak bisa di pisahkan...seharusnya dari dulu hingga sekarang KITA berdua tidak terpisahkan!" aku menegaskan setiap menyebutkan kata kita

Teh Mala menghempaskan tanganku dengan kasar "Hahaha...kita?" ucapanya penuh intimidasi terutama tatapan matanya ke arahku

"Iya KITA! Zea dan mas Galang!" jawabku tegas

Brraak

Dia kembali mendorong tubuhku menempel ke tembok, mengangkat daguku sehingga menatap kearahnya "Kalian berdua gue jamin ga akan pernah menjadi kita! Karena gue dengan tangan gue sendiri akan menghancurkan lo dan keluarga lo!"

"DAN GUE JAMIN SEBELUM LO LAKUIN ITU, GUE YANG AKAN MENYERET LO DALAM KASUS PIDANA!" bentak mas Galang

Oooh god, kemana aja siih mas dari tadi...aku udah mau menangis ini. Aku melihat mas Galang dan Garnet penuh emosi berjalan mendekat ke arahku.

Mas Galang menarikku lembut hingga aku berada di dekapannya "Langkahi mayat gue dulu kalo lo mau ngehancurin Zea!" ucap mas Galang sinis

"Lang, lo salah paham...gue hanya membela diri gue karena tadi Zea nampar gue..please lo jangan benci sama gue" ucap teh Mala lirih, tangannya memohon

"Ya dan lo berhak atas tamparan itu" ucap Garnet sama sinisnya

"Kalian berdua salah paham sama apa yang terjadi tadi. Gue sama Zea hanya ngobrol biasa..gue..gue..please Net percaya sama gue" teh Mala meraih tangan Garnet berusaha memohon

Garnet menghempaskan tangan teh Mala "Gue dari dulu masih hormat sama lo sebagai sepupu Zea tapi sorry...setelah kejadian di toilet restoran dulu dan kejadian hari ini, gue bahkan ga mau kenal lagi sama lo!"

"Neeet..."

"Oh iya, lo salah kalo mikir kita salah paham karena gue sama mas lihat semua kejadian dari awal! Otak lo aja yang konslet, ngancam Zea di apartement tunangannya...ya pasti kita semua ngedengar dan ngelihat semua tindakan lo sama Zea tadi. Lo bilang apa tadi brengsek dan jalang?" Garnet mendelik ke arah teh Mala yang masih bergetar karena ketauan semua kebohongannya

"Yang brengsek dan jalang itu lo...sepupu yang mau merusak hubungan sepupunya sendiri dan teror yang lo lakukan itu adalah tindakan pengecut lo! Siapa disini yang terang-terangan mendekati calon suami SAH sepupunya? Bukannya itu lebih jalang dibandingkan jalang lain yang menjual tubuhnya dipinggir jalan!" ucap Garnet penuh emosi

Teh Mala tidak berkutik, hanya diam menahan amarah mungkin. Aku bahkan kaget melihat Garnet yang selalu kalem ini dengan mulusnya mengatakan semua perkataan kasarnya pada teh Mala. Aku saja masih menggunakan panggilan namaku tidak menggunakan kata 'aku kamu' pada teh Mala karena masih menghormatinya.

"Gue rasa lo ga ada lagi urusan disini?" tanya Garnet

"Kalian semua ga tau gimana gue menderita kan? Kalian hanya tau gue itu selalu jahat sama Zea tanpa kalian tau alasan didalamnya..."

"Terus karena lo punya alasan dan lo bisa seenaknya bikin Zea trauma gitu? Lo emang iri!" ucap Garnet sinis

"Iya gue iri, gue iri sama Zea...gue yang selalu perhatian sama Galang tapi selalu Zea yang jadi dunia Galang! Gue iri sama kalian semua yang punya keluarga lengkap sedangkan gue...gue hanya anak tiri yang ditinggalkan oleh bokap yang paling gue sayang dan nyokap yang selalu sibuk dengan kerjaannya" teh Mala mulai menangis

Aku melepaskan dekapan mas Galang dan berjalan mendekati teh Mala yang terduduk menangis, aku ikut menangis.

"Kami semua ga pernah berpikir seperti itu teh, kami menganggap teteh tetap anak Ua..teteh salah kalo berpikir kami membuang teteh" aku merangkul pundaknya

Teh Mala melotot ke arahku "Simpan simpati lo bitch! Gue ga butuh belas kasihan lo! Lo yang udah ngerusak kehidupan gue!" menghempaskan tanganku yang merangkulnya

Ya tuhan aku kaget melihat perubahan sikap teh Mala yang cepat ini, aku rasa benar kata Garnet....otaknya emang udah eror!

"Fix, otak lo sengklek! Mas usir dia dari sini!" ucap Garnet sambil melengos keluar dari apartement meninggalkan aku, mas Galang dan teh Mala.

Mas Galang mendekati tempat teh Mala duduk, berdiri dihadapannya dan kemudian berlutut didepan teh Mala.

Aku kaget melihatnya, hanya bisa terpaku dalam posisiku.

"Mal, gue berlutut disini didepan lo untuk minta maaf...gue yakin, sedikit banyak ada peran gue yang membentuk sifat dan sikap lo dulu sampe sekarang. Gue minta maaf kalo gue selalu nyakitin lo dulu..."

"Lang, lo ga usah sampe gini kali..." teh Mala memegang bahu mas Galang hendak menyuruhnya berdiri

Mas Galang ga bergeming tetap dalam posisi berlututnya "Gue serius Mal, gue mau minta maaf sama lo.."

"Lo ga usah minta maaf Lang, gue sama sekali ga pernah ngerasa lo nyakitin gue...lo tau kan gue selalu sayang sama lo, dari dulu sampe sekarang juga gue selalu sayang sama lo" teh Mala menggenggam tangan mas Galang

Aku masih ga ngerti apa yang lagi mas Galang lakukan, ini sungguh membuatku merasakan sakit. Melihat mas Galang memohon minta maaf sambil berlutut seperti ini, maksudnya apa coba?

Apa mas Galang sekarang baru sadar kalo ternyata teh Mala yang dia sayangin? Bukan aku? Terus aku harus gimana?

Hati ini rasanya remuk hancur melihat pemandangan didepanku, mas Galang membalas genggaman tangan teh Mala. Air mataku mengalir membasahi wajahku, rasanya dadaku berontak menahan perasaan sakit yang aku rasakan.

"Mal, gue tau lo sayang sama gue...gue tau banget...jujur aja sebenernya dari dulu gue...."

***

Part 37 done

Hatur Nuhun

LOVABLE (END)Where stories live. Discover now