Galang : Rakha?

7.1K 389 3
                                    

Bandung, 6 Mei 2015

Gue sampe ga bisa tidur ingat kejadian 2 hari yang lalu, gue masih kepikiran tentang cowok bernama Rakha yang ngaku sebagai calon pacar si tengil.

Flashback On

"Jadi akang ini siapanya Zea?" tanya Rakha

"Gue? Cuma orang kepercayaan keluarga Zea, supir pribadi mungkin!"

"Lah, masa supir seragamnya kaya gini" dia terkekeh "Heureuy si akang"

Gue ga ngeladenin tuh bocah, mata gue ga pernah lepas memperhatikan Zea yang ke sana kemari untuk membantu Vivi membereskan alat-alat yang sudah di cuci.

Sesekali Zea melirik gue dan menatap gue setelah Vivi terlihat berbicara pada Zea.

"Jadi kang, saya boleh mendekati Zea?" tanya bocah yang dari tadi masih ada didepan gue

"Kenapa harus nanya gue?"

"Hmmm...kayanya akang juga tertarik pada Zea.."

Gue sekarang menoleh kearahnya, dengan menaikkan alis gue.

Tuh bocah malah nyengir "Hanya naluri lelaki kang! Kita saingan sehat saja kang!"

"Gue tanpa saingan pun, dari awal sampe akhir si tengil udah ditakdirin bersama! Jadi kayanya ga perlu ada persaingan antara lo dan gue!"

"Waah seru juga nih kang! Akang sepertinya sudah sangat yakin dengan akhir cerita ini, padahal saya belum memulainya..."

"Maksud lo? Ini bukan permainan bocah! Ini masalah perasaan bung, jangan pernah memulai permainan, anda masih belum cukup pengalaman!"

"Sorry nih kang, saya pun sepertinya mulai serius untuk melanjutkan permainan ini! Besok dan seterusnya, akang bisa lebih fokus pada persidangan saja sebagai jaksa. Zea biar saya yang jaga!" ucapnya sambil menepuk bahu ku

Flashback Off

"Hahaha...Rakha lo lucu ih" tawa si tengil di luar

Gue ngintip lewat tirai jendela kamar gue "Ciih, lucu apanya!" dumel gue

"Woy! Belekan loh mas ngintip gitu!" suara Gemi mengagetkan

Gue nutup tirai dan jalan menjauhi jendela "Iya tau tau"

"Mas, sakitnya tuh disini" Gemi menirukan gaya penyanyi dangdut sambil menunjuk dadanya

Gue melotot "Berani ya becandain mas!" gue memainkan kedua tangan gue seraya mau mengilikitik Gemi

Gemi mundur ke arah pintu, bersiap untuk kabur tapi gue lebih cepat menangkap tubuhnya "Dan serangaan dimulai!" seru gue sambil mengilikitik Gemi

"AMPUUUN MAAS! AMPUUN!" teriak Gemi minta ampunan

"WOY SONGONG! UDAH MALEM KALI INI! BERISIK SIH!" teriakan si tengil dari dalam kamarnya

Loh dia udah di dalam kamarnya ternyata. Gue melepaskan kelitikan gue pada Gemi.

"YANG BERISIK BUKAN GUE! LAGIAN LO USIL AMAT SIH SAMA HIDUP GUE!" jawab gue

Braak...suara pintu balkon terbuka

"Keluar lo! Gue mau ngomong!" perintah si tengil

Gemi keluar dari kamar gue "Maaf ya mas...hehehe"

Gue keluar dari kamar menuju balkon...deg deg deg deg deg...suara jantung gue mulai ga karuan.

Tenang Lang, lo selama ini juga bisa tenang kok ngadepin dia! batin gue menenangkan

"Mau ngomong apa lo" ucap gue sinis

"Please jangan ganggu gue sama Rakha!"

"Maksud lo?"

"Gue ga mau hubungan gue sama Rakha lo ganggu! Masih belum jelas?" Zea menekankan kata hubungan dan ganggu

"Atas dasar apa lo nuduh gue ganggu hubungan lo!"

"Rakha udah jelasin semua lo omongin ke dia! Jadi gue minta lo ga usah ganggu-ganggu lagi hidup gue! Lagian ya lo, kaya anak kecil banget siih pake acara ngancam dia segala!"

Waah tuh bocaah udah saraap, gelo!

"Ngancam?" gue menaikkan alis kanan gue

"Iya lo ngancam jangan deketin gue kan sama dia! Emang lo siapanya gue sampe ga ngebolehin Rakha ngedeketin gue!"

Tuh bocaah nyari perang nih sama gue! Perasaan gue ga ngancam dia buat deketin Zea atau ada yang salah gitu sama telinga tuh bocah! Kunyuk dasar!

"Hahaha...seperti yang lo bilang, gue bukan siapa-siapa lo jadi ngapain gue ngancam dia! Lo salah orang berarti!"

"Nah lo nyadar diri juga bukan siapa-siapa gue dan..."

"Dan bocah itu udah salah kalau nuduh gue ngancam dia!" ucap gue motong ucapan Zea

Gue tanpa pamit langsung masuk ke kamar.

braak..pintu balkon sengaja gue tutup agak keras

Gue masih nyandar di balik pintu, napas gue masih belum beraturan, muka gue panas karena emosi.

tok tok tok...suara ketukan pintu kamar gue

"Mam boleh masuk?" tanya Mam sambil membukakan pintu

"Masuk mam, sejak kapan mam ijin masuk kamar Galang sih" ucap gue sambil senyum

Mam duduk di sofa yang ada didepan tempat tidur gue "Sini duduk" dia menepuk sofa

Gue duduk disampingnya, mengatur napas dan emosi yang mulai terkendali.

"Tiduran aja disini" mam menepuk pahanya yang berbalut daster -baju kebesaran ibu rumah tangga-

Gue ngerebahin diri di atas paha Mam "Galang kaya anak kecil ya Mam?"

Mam mengusap lembut kepala gue "Mas ya tetep anak kecil mam! So what do you feel mas?"

Gue ga bisa jawab gimana perasaan gue sekarang, yang gue tau sekarang Zea bukan lagi bocah kecil yang bisa gue atur.

Mam mengecup kening gue "Apapun yang mas rasakan sekarang dan menurut mas harus di perjuangkan, tunjukkan lah. Jangan sampai menyesal setelah dia menjauh"

"Itu mam yang susah" gue bangkit dari tidur

"Susah karena mas berpikir susah"

***

Part 6, mentook banget ini idenya...

Maaf ya gantung..

Please Vote and Comment ya kaka..

LOVABLE (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora