Bolos dan Puncak [edited]

Start from the beginning
                                    

"Sini deketan!" pinta Ferdi lalu menarik pundak Nana untuk lebih dekat dengannya. "Senyum ya, 1..2..3!" lanjutnya.

Nana melirik sekilas Ferdi yang telah berhasil membuat jantungnya berdebar cepat. "Nah, bagus. Yang ini boleh dikirim." ujar Ferdi sambil mengembalikan ponsel tersebut kepemiliknya.

Setelah dua jam puas memotret pemandangan sekitar, Ferdi mengajak Nana untuk pergi lagi kesuatu tempat.

"Mau kemana lagi?" tanya Nana sambil memakai helmnya.

"Udah ikut aja, nanti juga tau kok," Nana hanya mengangguk lalu menaiki vespa tersebut.  "Gak jauh kok." ujar Ferdi.

Setelah 20 menit menempuh perjalanan, Ferdi menghentikan motornya tepat di depan rumah yang tak lain adalah sebuah villa.

"Rumah siapa nih?" tanya Nana.

"Villa keluarga gue, masuk yuk."

"Villa? Ngapain lo ngajakin gue kesini?" ucap Nana sambil berlari kecil mengejar Ferdi yang sudah berjalan terlebih dahulu memasuki villa itu.

"Ada sesuatu yang pengin gua kerjain disini."

Nana mengangkat sebelah alisnya "Sesuatu? Apaan?"

"Ada deh pokoknya."

Nana menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dadanya sambil menatap sinis kearah Ferdi.

Ferdi mengernyit heran. "Lo kenapa Na?"

"Berjaga-jaga Fer."

Ferdi tertawa mendengar ucapan Nana. "Ada-ada aja lo." ujarnya sambil mengacak-acak rambut gadis itu.

Nana menatap Ferdi dalam-dalam, kedua bola matanya berjalan mengikuti Ferdi yang sedang berjalan melewatinya.

"Lo tunggu sini dulu ya, gue mau kebelakang bentar." Nana mengangguk lalu duduk di sofa ruang tengah villa menunggu Ferdi.

Nana menatap layar ponselnya berharap Sarah atau Ado mengirimkannya sebuah pesan. Nana menghembuskan napas panjangnya, lalu menyederkan badannya, entah mengapa ia merasa sangat lelah, sampai-sampai kesadarannya mulai memudar perlahan dan ia pun tertidur pulas saat menunggu Ferdi.

✈✈✈

Nana perlahan membuka kedua matanya begitu merasakan sesuatu mengelus ujung kepalanya.

"Nyenyak tidurnya, Na?" Nana tersentak, ia langsung menegakkan tubuhnya begitu ia melihat Ferdi di sampingnya.

"Lo-" Nana langsung menyilangkan kedua tangannya lagi.

Ferdi terkekeh. "Apaan sih Na, baru gue sentuh rambutnya doang." ujarnya.

Nana menyipitkan matanya. "Serius?"

"Iya seriusan, gue balik lo udah tepar, ngorok lagi."

"Serius gue ngorok?"

Ferdi tersenyum jahil lalu mengangguk. Nana yang percaya akan perkataan Ferdi hanya bisa menahan malunya dan merasa tidak enak kepada Ferdi.

"Mau kemana?" tanya Ferdi begitu Nana tiba-tiba berdiri.

"Pulang." sahut Nana jutek.

"Ujan Na, udah jam segini juga."

"Jam berapa emang?" Nana mengedarkan pandangannya mencari jam. "Ha? Demi apa udah malem?!" ujarnya terkejut begitu melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Yah gimana nih pasti pada nyariin." gumam Nana panik lalu mengecek ponselnya yang sedaritadi tidak ada sinyal.

"Tenang, gue udah bilang ke Papa gue kalo kita ada disini."

"Tapikan kita cuma berdua doang disini."

"Kata siapa? Tuh ada orang lagi kok." Ferdi menunjuk seorang wanita paruh baya yang sedari tadi sedang memandangi mereka dari ambang pintu dapur.

"Siapa?" bisik Nana.

"Bi Nining." sahut Ferdi.

"Oh, malem." sapa Nana ramah.

"Malam juga neng." sahutnya sambil tersenyum lalu kembali masuk ke dapur.

"Udah gak panik kan?" tanya Ferdi.

"Engga si, tapi tetep aja mesti waspada." celetuk Nana membuat Ferdi gemas.

"Tenang aja gak akan gak serang asalkan gak dipancing aja." godanya.

Nana panik dan mengambil bantal sofa lalu mendekapnya sambil melangkah mundur. Ferdi yang melihat itu langsung tersenyum jahil sambil mengambil ancang-ancang seakan ingin menerkam.

"Waaa!!" teriak Ferdi yang berpura-pura seperti ingin berlari.

Nana tersentak kagetdan langsung berlari menjauhi Ferdi. "Gue tinju lo ya!" teriaknya.

Ferdi tertawa lalu berjalan melewati Nana yang sedang meringkuk ketakutan di samping sofa.

"Bercanda Na, tenang aja gue cowok baik-baik kok."

"Semua cowok sama aja." gumam Nana sambil menatap sinis Ferdi.

"Sini Na, tadi bi Nining udah nyiapin teh anget sama pisang goreng pas lo tidur." ujar Ferdi agar Nana menghampirinya ke balkon villa. "Pas banget ngeteh sambil ujan ditemenin pisang goreng buatan bi Nining."

Nana sudah mulai tenang, ia pun bangkit dan menghampiri Ferdi. "Sini duduk." ujar Ferdi sambil menepuk kursi disebelahnya.

Nana menurut dan langsung duduk disebelah laki-laki itu. Mereka menghabiskan teh hangat dan pisang gorengnya tanpa bersuara sama sekali. Hanya terdengar suara hujan dan suara katak di sekelilingnya.

Nana sesekali melirik Ferdi yang sedang memakan pisang goreng. Laki-laki itu menatap kembali Nana begitu ia sadar kalau sedari tadi ia tengah diperhatikan oleh gadis disampingnya.

"Kenapa?" tanya Ferdi.

"Gakpapa, gue ngerasa aneh aja, kok lo bisa setenang ini."

Ferdi tersenyum, ia meletakkan pisang gorengnya di atas piring itu. "Kata siapa gue tenang? Tapi tenang aja gue gak bakal macem-macem, gue mau jadi cowok baik-baik buat lo."

Nana mengalihkan pandangannya lagi, jantungnya berdebar dengan cepat begitu ia mendengar ucapan Ferdi. Cowok baik?

Nana tersenyum. "Makasih Fer." gumamnya

-TBC

From Me To You [FIX YOU] - COMPLETEWhere stories live. Discover now