-DAFFODIL-









Saat daffodil berwarna kuning cerah menyeruak dari tanah di musim dingin, ia tampak seperti seorang sahabat yang sudah lama menunggu untuk pulang—daffodil adalah bunga kelahiran yang diinginkan setiap orang. Melambangkan kelahiran kembali dan awal baru, terutama jika ditampilkan dalam bentuk buket dengan jumlah bunga yang banyak, daffodil berarti harapan, kegembiraan dan optimisme. Warna kuningnya adalah ungkapan perasaan, 'matahari akan selalu bersinar selama aku bersamamu.' Sebuah ungkapan cinta yang tiada bandingnya. Bunga Daffodil juga lambang dari rasa hormat. Uniknya, hanya setangkai bunga ini berarti kemalangan.

"Dia terlihat manis kan!"—Juga simbol dari cinta yang bertepuk sebelah tangan. "Bunga Daffodil ya..."

Bunga berwarna kuning itu begitu menarik di tangan seorang Do Kyungsoo. Sama seperti wajahnya yang menarik, ia menunggu kedatangan seseorang yang sudah ia nanti. Sejak beberapa abad lalu. Ia berdiri dengan bersandar pada tiang ayunan di taman yang sepi pagi itu. Melirik sedikit saat menyadari ada suara langkah kaki yang mendekatinya.

Aroma kehadiran gadis itu tidak pernah berubah meski kehidupan mereka telah berganti. Gadis itu berhenti di sebelahnya. Ia masih sama. Wajah itu, senyumnya dan mata yang indah. Tak ada yang berubah. Bahkan meskipun berbeda di kehidupan lalu, gadis itu tetap terlihat cantik dan elegan seperti putri dari keluarga bangsawan.

"Kyungsoo?" panggil gadis itu. Suaranya membuat Kyungsoo menoleh dan memandang gadis itu. Mata beriris madu miliknya memantulkan bayangan Kyungsoo.

"Selamat atas kelahiranmu kembali. Aku senang kau masih sama seperti yang dulu." bisik Kyungsoo dan menyerahkan beberapa tangkai bunga kuning itu.

"Apa maksudmu?" tanya Yoona bingung.

Kyungsoo tersenyum kecil "Mau pergi bersamaku?" menarik tangan Yoona dan membawanya pergi dari tempat itu. Ia tidak memperdulikan protes yang dilayangkan Yoona dan tetap menarik gadis itu.









-DAFFODIL-









Di sebuah ruangan, seorang gadis terbangun dengan mata yang sedikit memerah. Surainya juga tampak tak karuan dan kusut. Jam dinding masih menunjukkan pukul satu dini hari. masih terlalu awal untuk bangun.

"Hah, mimpi itu lagi," gumam gadis itu tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sejak perkataan aneh Kyungsoo tempo hari, membuat Yoona sering bermimpi aneh.

Suara angin menerbangkan gorden jendela kamarnya yang tak ditutup, Yoona sontak menoleh dan memandanginya sesaat. Sedetik kemudian bahunya yang semula tegang kembali rileks, dan pandangannya kembali menunduk. Hanya angin-pikirnya.

Siang ini, Yoona yang tak ada kegiatan berencana bertemu Kyungsoo. Setelah memastikan bahwa lelaki itu juga sedang tak ada kegiatan bersama grupnya.

"Annyeong Yoona noona." Sapa Kyungsoo seperti biasanya seperti tak pernah terjadi sesuatu, ia mengambil tempat di sebelah gadis itu.

"Annyeong." Balas Yoona singkat.

"Ada apa sebenarnya memanggilku?" tanya lelaki itu langsung.

"Bukan apa-apa," jawab Yoona lirih dengan suaranya yang tidak seperti biasanya. "Hanya beberapa hal merepotkan tentang mimpi, bangsawan, pewaris tahta kerajaan, dan sejenisnya."

Pandangan Kyungsoo meneduh. "Kau bermimpi tentang semua itu?"

"Okay, mungkin terdengar konyol Kyungsoo-ya. Tapi aku merasa semua ini berhubungan dengan ucapanmu tempo hari. Aku bahkan tak mengerti, hampir seminggu ini mimpi itu selalu sama. Hal itu menggangguku dan jangan menertawakanku." Yoona memalingkan wajahnya, berusaha merangkai kembali kata-katanya.

"Tidak. Aku tidak mengatakan mimpimu suatu kekonyolan," tegas Kyungsoo.

Yoona menoleh kearah Kyungsoo. "Kyungsoo kau—"

"Matamu merah bahkan ada lingkar hitam dibawah matamu noona. Kau terlihat seperti Tao sekarang." Kyungsoo menangkup wajah Yoona dalam satu gerakan tangan. Dipangkasnya jarak antara mereka dengan dahi yang saling menempel. "Bahkan keningmu juga panas. Kau demam atau terlalu banyak berpikir?"

Yoona sempat berusaha menarik diri, tapi akhirnya ia menyerah dan membiarkan dirinya bersandar pada wajah Kyungsoo. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya.

"Kau tahu saat hari-hari berlalu, begitu pula dengan musim yang datang dan pergi silih berganti. Aku selalu menantikan hari dimana kita dapat bertemu kembali." Kyungsoo tersenyum.

Kembali kesini. Tempat ini. Bahkan sejak beberapa abad berlalu, tempat ini telah banyak berubah. Semua tak lagi seperti dulu. Ia sadar akan kemajuan zaman yang berkembang sangat pesat. Namun, ada sesuatu yang membuatnya selalu tersenyum dan seolah kembali ke masa lalunya.

Di tempat itu, di sekitar sebuah pohon oak besar yang tampak telah berumur ratusan tahun. Tumbuh subur hamparan daffodill disana. Puluhan atau bahkan ratusan tangkai bunga berwarna kuning cerah itu hidup dan berkembang. Setidaknya masih sama seperti dulu, selalu cantik dan mempesona.

Ya meskipun dalam bahasa bunga daffodill memiliki banyak permaknaan. Namun, ia tak peduli dengan semua permaknaan tersebut. Selama gadis itu selalu berada disisinya dan terlihat oleh jangkauan matanya, semua sudah lebih dari cukup bagi seorang Do Kyungsoo.











"Aku tak peduli dengan musim yang datang silih berganti. Bahkan saat kehidupaan berubah, aku selalu berdoa pada Tuhan agar di kehidupan berikutnya kita kembali dipertemukan. Bagiku kaulah satu-satunya yang membuat matahari bersinar untukku."









-DAFFODIL - END-

FLOWERS FOR YOUWhere stories live. Discover now