Kesempatan kedua [edited]

Start from the beginning
                                    

Nana menghela napasnya. "Iya iya." sahutnya pasrah, lagi pula lebih aman pulang bersama Ferdi, pikirnya.

Nana menaiki motor vespa hitam yang selama ini ingin ia coba naiki. Samar-samar Nana bisa mencium aroma cologne yang lembut namun tetap memiliki kesan maskulin dari hoodie hitam yang dikenakan Ferdi. Entah apa penyebabnya, jantung Nana mulai berdebar saat itu juga, punggung lebar Ferdi yang terekspos jelas di depan matanya, membuat Nana ingin sekali memeluknya dengar erat, walaupun itu adalah hal yang tidak akan mungkin terjadi.

"Pegangan ya mbak, nanti kalo jatoh saya yang repot apalagi jatohnya ke dalam hati saya hehehe" ucap Ferdi begitu menyalakan mesin motornya. Nana spontan langsung memegang ujung jok motor tersebut.

Dari balik kaca hitam helmnya Ferdi tersenyum, terlintas dipikirannya untuk menjahili gadis yang tengah diboncengnya. Ia menarik gas secara tiba-tiba, menambah kecepatan motornya hingga membuat tubuh mungil Nana tersentak kebelakang lalu berteriak karena terkejut. "Yang bener aja sih kalo bawa motor!" ucapnya lalu memukul punggung Ferdi.

Laki-laki yang terkena pukulan tersenyum puas,  sedangkan disisi lain, walaupun kesal Nana tak bisa menahan senyum dibibir tipisnya.

"Thanks ya, udah mau nganterin." kata Nana begitu turun dari verspa hitam milik Ferdi.

"Jadi rumah lo disini? Ini mah deket banget sama rumah gue." ucapnya.

Nana mengernyit. "Emang rumah lo dimana?"

"Tuh." Ferdi menunjuk ke arah gerbang putih tepat disamping rumah Nana.

Nana mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap Ferdi dan rumah itu secara bergantian, haruskan ia merasa terkejut atau malah sebaliknya? Senang? Sepertinya tidak mungkin.

"Ha! Demi apa?"

Ferdi terkekeh pelan. "Telat." sahutnya lalu mengacak-acak rambut Nana dengan gemas. "Yaudah gih masuk sana, gue liatin dari sini, siapa tau jatoh kan bisa gue bangunin nanti." lanjutnya.

Nana mengerucutkan bibirnya sambil merapihkan kembali rambutnya. "Gak gak, gua gak percaya. Sejak kapan lo tinggal di sebelah? Itukan rumahnya Om Tyo," ujarnya. "Terus gue juga gak pernah liat lo kalo lagi main ke rumah itu."

"Iyalah gak pernah liat, orang gue baru pindah kemarin. Si Tyo itu Papa gue. Tadinya gue tinggal sama nyokap, tapi dia nikah lagi. Alhasil, gud dibawa deh kesini." jelasnya lalu tersenyum tipis. Tapi entah mengapa, Nana merasa kalau senyum Ferdi kali ini terlihat palsu saat memberitahu Nana tentang hubungan kedua orangtuanya.

Nana berdeham. "Be strong." gumamnya hampir tak terdengar.

Ferdi menatap lurus ke arah bola mata cokelat Nana. Tatapan gadis itu terasa nyaman dan juga teduh. Sudut bibir Ferdi kembali tertarik. Entah yang sudah yang ke berapa kalinya Nana membuatnya tersenyum hari ini. "Iyalah, secara kan super Ferdi." Ferdi menaik turunkan alisnya membuat Nana gemas dan ingin sekali menarik ujung alis laki-laki itu agar rasa percaya dirinya tidak terlalu over.

✈✈✈

Sarah mengerucutkan bibirnya begitu Nana berjalan mendahuluinya. Kaki Sarah yang panjang membuatnya mudah untuk menyusul langkah kaki Nana yang kecil.

"Nana!" teriaknya.

"Apasih Sa? Dari tadi ngerengek mulu ih kayak bocah , gak pantes tau." ketus Nana.

"Terus gue mesti gimana ngadepin Ado nanti." ujarnya panik setelah menceritakan kejadian di rumah Ado.

Nana memutar kedua bola matanya lalu menatap Sarah. Ia merasa kesal setiap kali teman-temannya mulai melibatkannya dalam soal asmara mereka. Padahal dirinya juga masih menjomblo saat ini, hiks. Nana menghela napasnya pelan. "Ya, bersikap kayak biasa aja Sa. Kan lo sendiri yang bilang kalau kalian cuma temen. Inget, TE-MEN."

From Me To You [FIX YOU] - COMPLETEWhere stories live. Discover now