"Luhan-ah, apa kau tahu dandelion?" Yoona membuka pembicaraan setelah sebelumnya keheningan menyelimuti mereka berdua.

"Hah? Dandelion? Yang mudah rontok tertiup angin itu?" Tanya Luhan yang bingung dengan pertanyaan tiba-tiba gadis bersurai dark brown tersebut.

Yoona mengangguk pelan. "Iya. Menurutmu bagaimana?" Ulang Yoona.

Luhan berpikir sejenak. Berusaha merangkai kata-kata di kepalanya. "Menurutku, ia bunga paling rapuh, tidak berwarna, tidak harum dan tidak menarik," Jawab Luhan dengan santainya.

Yoona tersenyum tipis. "Begitu, ya..." Terdiam sebentar lalu melanjutkan, "Menurutku, justru ia bunga yang kuat karena dapat hidup dalam segala kondisi lingkungan. Dandelion sosok yang kuat meskipun tampak rapuh, ia memiliki semangat yang hebat dalam mencari kehidupan baru di luar sana. Mampu terbang tinggi, menjelajah luas menentang angin, sampai akhirnya mendarat di tempat baru kemudian tumbuh menjadi kehidupan baru." Ungkap Yoona panjang lebar.

Keheningan mendominasi. Luhan tetap merasa tidak tertarik dengan topik pilihan 'kekasihnya' tersebut. Untuk apa ia harus membicarakan bunga yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.

"Tapi apa kau tahu arti sesungguhnya dari bunga itu?" Yoona kembali membuka pembicaraan.

"Aku tidak tahu Yoong." Jawab Luhan seadanya.

Yoona tertawa kecil. " Sudah kuduga jawabanmu akan seperti ini."

"Hei, jangan menertawaiku, Yoong! Memang apa arti sebenarnya dari Dandelion itu? Jangan membuatku penasaran!" Tanya Luhan tidak sabar.

Yoona pun berhenti tertawa dan tersenyum tipis. "Artinya adalah—"



-D A N D E L I O N-



Sinar mentari berpendar membuat kehidupan dimulai, diiringi kicauan burung dan semburat putih tipis diatas sana—hari yang cerah batinnya. Luhan melangkah menuju teras rumahnya yang langsung menghadap ke hamparan taman minimalis yang sengaja ia desain. Rumah ini ia bangun dengan jerih payahnya selama menjadi idol, berharap suatu saat ia bersama keluarga kecilnya kelak dapat tinggal dengan nyaman di rumah yang memang cukup jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan.

Terlalu sibuk dengan pikirannya ia pun tersadar dan kembali tersenyum miris. 'Seharusnya ini akan menjadi rumah impian kita dimasa depan Yoong, tapi sepertinya ini hanya impianku saja'—batinnya pilu. Luhan menghela napas panjang. Kilasan memori itu masih tampak nyata diingatannya. Batinnya seakan terkoyak saat kembali teringat akan hal itu, mengingat pertemuan terakhirnya dengan gadis tersebut. Pertemuan dengan Yoona di gedung SM Ent saat ia memutuskan mengakhiri kontraknya dengan agency besar tersebut, meninggalkan grupnya, dan membernya. Pertemuan dimana ia kembali menatap sepasang iris madu itu. Namun kini tatapan iris madu itu tidak sehangat dulu. Dan itu salahnya, salah keegoisannya.

'Bisakah aku kembali bertemu denganmu tanpa harus menjadi orang yang kau benci?'



-D A N D E L I O N-



Di pagi berikutnya Luhan dengan enggan melangkah keluar kamarnya-berjalan dengan malas menuruni tiap-tiap anak tangga, ya masa liburannya telah berakhir. It's time to show. Ia akan kembali memulai kesibukannya. Cepat sekali berlalu, batinnya. Ia masih enggan memutar knop pintu rumahnya sampai sesuatu yang hampir terinjak kakinya kembali mengejutkannya. Sebuah amplop berwarna baby blue yang ia yakini berisi surat dan setangkai dandelion membuat matanya membulat.



-D A N D E L I O N-



Annyeong, bagaimana kabarmu Luhan-ah?

Kuharap baik sama sepertiku, aku cukup baik setelah kepergianmu dan aku sempatkan menulis ini setelah beberapa tahun berlalu,

Kau masih ingat perihal dandelion, bunga yang dulu sering kubicarakan bersamamu. Bunga yang mungkin hanyalah bunga liar yang hidup dan tumbuh di sekeliling ilalang. Bunga yang dulu juga kau pandang sebelah mata karena tak akan mampu melawan angin yang akan terus berhembus menerbangkannya. Bunga kecil berwarna putih dengan tangkainya yang sederhana. Tak ada daya tariknya-menurutmu. Tapi, tidak bagiku.

Karena bentuknya yang kecil, bunga ini seringkali dijuluki si mungil bertopi putih. Tumbuh liar di mana-mana, di halaman rumah, padang rumput, atau di berbagai tempat lainnya. Seperti katamu dandelion memang tidak seindah bunga mawar, tidak seharum bunga melati, dan juga tidak semahal bunga anggrek. Ia hanyalah si kecil yang terlihat rapuh. Meskipun demikian, ia adalah pejuang sejati. Dandelion mampu bertahan dalam segala cobaan. Bahkan saat ia disandingkan dengan ilalang jalanan hingga sangat jarang  seseorang dapat menyadari keberadaannya juga tidak membuatnya bersedih, karena ia memang bagian dari itu. Ia tak pernah berhenti berusaha. Mungkin kau dan aku dapat mencontohnya.

Anggaplah aku menulis ini, untuk sekedar menyapamu. Kau tahudunia ini begitu luas, tak sesempit pandanganmu. Lihatlah ada berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Manusia tak hanya kauada begitu banyak manusia. Masalah tak hanya satu dan sudah menjadi takdir manusia untuk menyelesaikan masalahnya. Keke lucu rasanya, aku sepertinya sedang menceramahimu. Ayolah, aku mungkin belum sepenuhnya memaafkanmu, aku tak dapat mengingkarinyatentu saja jujur aku masih membencimu dan mungkin mencintaimu disaat yang bersamaan. 

Apakah menurutmu aku gadis yang tak pengertian? Terserah. Marahmu itu, gerammu itu, keluh kesahmu itu, semua prasangka burukmu itu. Tak sebanding dengan apa yang terjadi pada dandelion. Baik, mungkin kau muak saat aku terus menyinggung  'si putih yang mudah rontok itu'. Kau sudah tahu dandelion, bunga yang sering kubicarakan itu akan lepas, beradu dengan udara dan tak bersisa. Bahkan ia gembira saat kau meniupnya. Kau pun sama gembira melihat bunga itu terurai. Bergembira saja. Tiup, dan semua akan lenyap. Seperti kisah kitamungkin.

Katakan kau masih mengingatnya? Dandelion tak pernah membenci angin. Padahal, angin selalu menerbangkannya tinggi-tinggi dan setelah itu menghempaskannya di suatu tempat entah dimana itu. Dandelion tetap ikhlas karena ia tahu pasti akan ada hikmah di balik peristiwa yang menimpa dirinya. Kau tahu, bagaimana jadinya jika angin tidak pernah menerbangkannya? Ya, ia tidak akan tumbuh di mana-mana. Ia hanya akan tumbuh di satu tempat. Kau mungkin dapat diumpakan seperti dandelion, lalu angin adalah takdir yang membawamu ke tempatku dan kita bertemu. Apa aku begitu konyol?

Dandelion sosok kuat meskipun tampak rapuh, memiliki semangat yang hebat dalam mencari kehidupan baru di luar sana. Mampu terbang tinggi, menjelajah luas menentang angin, sampai akhirnya mendarat di tempat baru kemudian tumbuh membawa kehidupan baru. Tujuan hidupnya hanya satu. Setelah dia terbang melintasi jagad raya, meniti kehidupan yang penuh kesulitan, suatu hari nanti, sejauh apapun ia telah pergi, ia akan kembali, ia akan kembali lagi ketempat dimana ia berasal. Seperti halnya dirimu, kau kembali ke tempat dimana kau berasal.

Pelajaran yang dapat kuambil adalah meskipun terkadang kita dipandang sebelah mata oleh orang lain, meski kita terlihat rapuh dan tak sesempurna mereka, kita tak harus pesimis, biarlah mereka berkata apapun tentang kita, kita harus tetep semangat dan berusaha untuk menjadi orang yang memberikan banyak arti dalam kehidupan. Aku selalu percaya akan ada hal terindah yang diberikan Tuhan dibalik itu semua. Hiduplah dengan baik Luhan-ah, semoga kau selalu sehat dan bahagia. Jadilah seperti dandelion. 

Oh mungkin setelah ini aku akan pergi untuk menulis sebuah buku dan menjadi seorang motivator, keke.

Saranghae

Annyeong

-IYA-



"—semoga kita dapat bertemu lagi suatu hari nanti."



D A N D E L I O N - END



------------------------------------------------------



A/N: Hai ini Flowers For You datang dengan beberapa revisi dariku. Hope you like it and see you next time with another story >_< 

FLOWERS FOR YOUWhere stories live. Discover now