23th Day : Warna

2K 142 6
                                    

Bersama denganmu, menambah warna-warna dalam hidupku. Bersama denganmu, membuat hatiku yang berwarna kelam, berubah menjadi ceria. Hari-hari yang kulalui bersama denganmu, dipenuhi warna. Perasaanku yang berwarna merah ini pun, akan selalu kujaga, hingga akhir nanti.

◐ 26 Days : Koi of Love ◐

"Berita pagi ini,"

"Hmm.." dengan santai Hiashi duduk sambil menyeruput kopi yang baru saja dibuatkan oleh Hinata. Ia sedang menonton TV, untuk memastikan berita terbaru pagi ini.

"Menurut ahli astronomi, setelah dilakukan penelitian seminggu yang lalu, bahwa ada pergerakan aneh yang terjadi pada bulan dan matahari. Diberitahukan bahwa dalam beberapa hari lagi, akan terjadi gerhana matahari. Salah satu yang terkena gerhana matahari adalah negara kita yang tercinta. Bagi yang berada diluar rumah saat gerhana matahari terjadi, diharapkan berhati-hati dan jangan berpindah posisi. Karena dunia akan menjadi gelap dalam seketika."

"Hmm..."

"Sekian informasi pagi ini, bertemu lagi di berita pagi yang akan datang."

Hiashi meletakan secangkir kopi yang belum habis itu di atas meja, dan memanggil anak-anaknya. "Neji, Hinata, Hanabi." dari anak yang paling tua sampai yang paling muda, ditunggunya sampai yang dipanggil datang semua. Setelah semuanya berkumpul, dimulailah nasehat dari Hiashi. "Tadi ayah baru saja mendapatkan kabar, bahwa beberapa hari lagi akan terjadi gerhana matahari di negara kita." Hiashi melihat anak-anaknya yang mendengarkan dengan baik. "Jadi saat gerhana matahari itu terjadi, entah itu kapan, kalian harus tetap berhati-hati." dan diakhiri kembali dengan mengambil cangkir kopinya dan diminum olehnya.

Hanabi melihat Hinata, "Kak, gerhana matahari itu dapat membuat dunia gelap, 'kan?" tanyanya untuk lebih meyakinkan.

Hinata mengangguk, "Tidak semua dunia, hanya sebagian saja. Mungkin gerhana matahari itu mengenai negara kita." jelasnya agar Hanabi dapat lebih mengerti.

Akhirnya kegiatan pemberitahuan ini pun berakhir, semua kembali pada tugasnya masing-masing. Hiashi pun merasa lebih lega karena memberitahukan hal ini pada anak-anaknya. Pasti setelah ini, anak-anaknya akan lebih berhati-hati dalam melangkah terhadap gerhana matahari yang tidak pasti kapan datangnya.

"Hmm... Hinata."

Telinga Hiashi bergerak, ia mendengar suara yang begitu dikenal olehnya. "Itu anak," katanya dengan kesal. Masa pagi-pagi ada yang datang? Itu sungguh mengganggu pekerjaan Hiashi, apalagi ia sudah tahu siapa yang datang. Ia meletakan secangkir kopinya di meja kembali, tapi kali ini isinya sudah habis. Tanpa sepengetahuan Hinata, Hiashi berjalan ke depan rumah untuk menemui Naruto. Ia sangat yakin kalau Hinata tidak mendengarnya, jadi di sini Hiashi yang akan memerankan peran awal. Dibukanya pintu, dan ditatapnya Naruto yang sudah rapi menggenakan seragam.

"Pagi om!" sapa Naruto dengan semangat, seakan-akan tidak takut dengan tatapan Hiashi yang sangar. Yah. Memang sudah biasa Naruto dengan tatapan seperti itu.

"Apa tujuanmu?" pertanyaan dengan wajah datar itu diterima baik oleh Naruto.

"Menjemput Hinata om! Memangnya apa lagi?" jawab Naruto sesekali mengintip ke dalam rumah. Kalau ke rumah Hinata tidak untuk menjemput Hinata, lalu apa lagi dong? Masa menjemput Hiashi? Tidak mungkin, 'kan.

Nada bicara Naruto tadi, sedikit membuat Hiashi kesal. Apalagi bagian 'memangnya apa lagi?', berani sekali itu bocah. Pagi-pagi sudah ada kejadian yang memacu amarah, sabar Hiashi. "Sayang sekali, Hinata-nya sudah berangkat setengah jam yang lalu." balas Hiashi, dan tentu saja ini adalah sebuah kebohongan.

Karena ini kebohongan, dan Naruto tahu itu. Jadinya Naruto tidak dapat mempercayainya, "Sebelum pergi, bolehkah saya cek dulu Hinata-nya benaran ada atau tidak?" tanya Naruto dengan nada yang sedikit lembut dan sopan. Meski dihadapannya ada orang yang menyebalkan, tapi kalau ke orang tua tetap harus sopan.

26 Days : Koi of Love [COMPLETED] [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang