4th Day : Demam

2.9K 190 6
                                    

  Sesuatu yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Bahwa, aku akan merasa tidak enak badan seperti ini. Demam~ Kenapa aku malah mendapatkan penyakit disaat aku sedang mencobasebuah peruntungan? Semoga saja, demam ini tidak menghambatku untuk melakukan apa yang kuinginkan.   

  Demam yang seperti ini, pasti dapat kuatasi dengan mudahnya jika aku mau.


◐ 26 Days : Koi of Love ◐ 

"Ohok-ohok," Hinata terbangun dari tidurnya karena tiba-tiba ia batuk. Ia mengangkat tubuhnya dan merubah posisinya jadi terduduk, memegang jidatnya dan melihat tangan setelahitu. 'Kondisiku semakin buruk saja,' batinnya tidak semangat.   

Kemarin hanya bersin saja, tapi sekarang ditambah dengan batuk. Sudah begitu, suhu tubuhnya mulai meningkat. Ini disebabkan karena main hujan kemarin, saat malam hari lagi. Suhumalam hari itu lebih dingin daripada siang hari. Waktu kecil, Hinata sering main hujan saat masih terang. Jadi saat main hujan malam hari, sudah pasti akan sakit. Karena kemarin adalahpengalaman Hinata untuk yang pertama kali main hujan saat malam hari.   

"Tapi aku harus sekolah," dengan kemampuan yang masih ada, ia beranjak perlahan menuju seragamnya. Berganti baju, dan setelah selesai ia menyisir rambutnya. Lalu mengambil tasdan menuruni anak tangga dengan pelan-pelan. Kalau tidak pelan-pelan, takutnya akan jatuh menggelinding karena pandangan membuyar.   

Sudah sampai dibawah, Hinata meletakkan tasnya diatas meja. Menuju dapur dan mencari obat penurun demam. Setelah didapat, ia meminumnya. GLEK~ Terminum sudah obat itu.Entah itu akan membuatnya sehat dengan cepat atau tidak. "Mudah-mudahan dengan meminum obat ini akan membuatku lebih sehat," ucapnya.  

Selamat pagi," Hinata melihat Hanabi yang mengucek-ngucek matanya sedang masuk ke dalam dapur. 

"Selamat pagi Hanabi," balas Hinata. Ternyata hari ini Hanabi bangunnya lebih cepat, padahal hari ini 'kan jatah Hinata yang memasak. 

Sadar sudah Hanabi seutuhnya, matanya langsung menangkap sosok Hinata yang berbeda dari biasanya. "Kak Hinata sehat?" tanyanya langsung. Kenapa Hanabi berpikiran seperti itu?Nafas Hinata terlihat lebih cepat, padahal belum melakukan apa-apa, tapi sudah berkeringat. Wajah Hinata juga memerah, padahal cuacanya tidak panas. 

"Ya?" jawab Hinata ragu-ragu. Kalau dibilang sehat, mungkin tidak. Tapi setidaknya, ia mau mengucapkan dengan mulutnya sendiri bahwa dirinya sehat. 

"Benar?" tanya Hanabi sekali lagi. "Iya," kali ini pun Hinata menjawab dengan jawaban yang sama. "Baiklah, kakak istirahat di ruang tamu. Aku saja yang ambil jatah masak hari ini,"perintah Hanabi. 

Hinata yang merasa tidak enak pun menolaknya, tapi tetap dipaksa oleh Hanabi. Jadinya ia menyerah dan menuruti apa yang diinginkan oleh Hanabi. Yah~ Hinata memang bilang bahwadirinya sehat, tapi Hanabi tidak mudah dibohongi kalau masalah yang menyangkut dengan kesehatan. 

Selagi Hanabi masak, Hinata hanya bersantai di sofa. Ia memikirkannya, kenapa bisa sakit disaat seperti ini? Ini hanya akan merepotkan keluarganya. Salah satunya, pagi-pagi sudahmerepotkan Hanabi. Padahal jatah masak hari ini harusnya Hinata, bukan Hanabi. 

"Selamat pagi," 

"Pagi," 

Mendengar sapaan itu lagi, Hinata jadi merasa tidak tenang. Bagaimana kalau ayah dan kakaknya itu menyadari kalau dirinya sakit? Ia tidak mau melibatkan ayah dan kakaknya juga. 

26 Days : Koi of Love [COMPLETED] [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang