16th Day : Pacar

2.8K 157 8
                                    

Pegangan tangan, pelukan, ciuman, itu adalah kegiatann yang dilakukan saat berpacaran. Itulah kata Ino, dan kemarin aku baru melakukan salah satu hal itu dengan Naruto. Meski tanpa sengaja, itu sedikit membuatku takut! Aku tidak pernah berpikir sejauh itu. Kalau perasaanku terbalas, aku tidak pernah terpikir bahwa kami akan pacaran.

Kalau kami pacaran, apakah semuanya akan baik-baik saja?

◐ 26 Days : Koi of Love ◐

"Aku berangkat." kali ini, dikeberangkatannya menuju sekolah, Hinata diantar sampai persimpangan oleh Hiashi. Kenapa?

"Hati-hati dengan bocah pirang itu," untuk memperingati anaknya, supaya berhati-hati dengan Uzumaki Naruto. Setelah kejadian kemarin malam, Hiashi harus waspada pada bocah pirang itu. Kemarin Naruto telah melakukan hal yang gawat sehingga membuat Hinata pingsan bukan hanya posisinya saja, tapi ada sesuatu yang lebih dari sebuah posisi.

"Bocah pirang itu, seenaknya menyentuhmu. Seenaknya melakukan hal terlarang didepan mataku," bahkan Neji pun ikut-ikutan mengantarnya. Kejadian kemarin malam memang hal yang mengagetkan baginya. Bahkan dirinya dengan pacarnya sendiri pun, sangat jarang melakukannya. Sentuhan lembut itu, lupakan.

"Iya."

Pagi-pagi sudah ada peringatan seperti itu, bagaimana kalau ada orangnya langsung ya? Pasti Hinata sudah dijaga ketat oleh Hiashi dan Neji. Untungnya sih saat ini Naruto belum ada, jadi tidak bertemu Hiashi dan Neji. Padahal biasanya ia bertemu dengan Naruto di persimpangan ini. Hinata melambaikan tangannya setelah Hiashi dan Neji pergi. Setelah Hinata sadar dari pingsan, Naruto sudah tidak ada. Mungkin sudah diusir oleh ayahnya, saat itu kan Hiashi sedikit marah.

Kembali mengingat kejadian kemarin, 'Terasa lembut,' Hinata memegang bibirnya. Beberapa detik kemudian, "Apa yang kupikirkan?!" teriaknya dan menggoyang-goyangkan kepalanya, untuk membuyarkan pikirannya. Inilah yang terjadi, meski tidak diberitahukan, sebenarnya bibir mereka sedikit bersentuhan saat jatuh kemarin. Tidak terlalu dalam, tapi dapat membuat semuanya marah. Itu benar-benar kejadian yang tidak pernah diduga olehnya. Yah. Kalau sudah seperti itu pasti akan membuat Hiashi dan Neji marah besar. Jadi terjadilah jeritan Naruto di malam hari, tapi semua masalah itu sudah terselesaikan saat Hiashi mengusir Naruto untuk pulang. Kalau seperti itu, namanya belum selesai, 'kan?

"Hehe,"

"Eh?" Hinata mendengar suara tertawa, ia melihat sekelilingnya. Masa ada hantu di pagi hari? Saat ia menengokkan kepalanya, dilihatnya Naruto yang tepat ada dibelakangnya! "Na-Naruto?" tanyanya tidak percaya. Semburat merah muncul di pipinya, ia malu karena menunjukkan tingkah yang aneh. Sudah begitu, kemarin mereka melakukan hal yang tidak terduga dan secara tidak sengaja. Lalu, mereka bertemu di persimpangan ini lagi.

Inilah yang terjadi, kalau Hiashi dan Neji tidak mengantar Hinata sampai sekolah. Bocah pirang yang harus diwaspadai, sekarang malah ada di hadapan Hinata. Tapi percuma juga kalau diantar sampai sekolah, karena pada akhirnya mereka akan tetap bertemu di sana.

"Maaf ya, aku jadi melihat tingkah anehmu." ucap Naruto meminta maaf, ia berjalan sejajar dengan Hinata. "Maaf atas yang kemarin ya," lanjutnya.

Mereka pun berjalan kembali untuk menuju sekolah. Selama lima menit tidak ada yang bicara, hanya jalan saja. Mungkin situasi ini membuat perasaan Hinata tidak enak, begitu juga Naruto. Suasana hening di pagi hari, hanya terdengar suara angin yang berhembus dan gesekan dari ranting-ranting pohon.

'Apa yang harus dibicarakan?!' batin Naruto berteriak dalam hatinya. Setelah kejadian kemarin, Naruto jadi tidak bisa bercanda lagi. Kalau bercanda, takutnya nanti ada salah paham.

26 Days : Koi of Love [COMPLETED] [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang