Bag. 28 :Ending

214 5 2
                                    

Cukup lama, aku memandangi tiga sosok laki-laki yang kini tinggal dirumahku. Entah kenapa sudah beberapa hari ini hatiku merasakan sesuatu yang membuat fikiranku gundah.

Zero, lelaki itu masih sibuk mencuci tubuh siputih, dengan bertelanjang dada. Kak Zio apalagi, dia memang seorang lelaki namun kegemarannya untuk memasak tak pernah ia tinggalkan sama sekali, dan hari ini pun sama, kak Zio masih asik berkecimpung diarea dapur, sedang Zoka, yah lelaki itu sudah beberapa hari ini terlihat aneh. Entah apa yang mempengaruhi sikapnya namun kali ini Zoka benar-benar berubah, tak banyak bicara, sering memandangiku secara diam-diam dan yang lebih parah dia seolah mengacuhkanku. Seharian ini yang dia lakukan hanyalah tidur dan tidur. Mau diapain lagi, aku takkan mungkin mengganggunya.

"Lora,Lora kemari" teriak kak Zio membuat lamunanku buyar seketika, aku yang sedari tadi duduk disebuah potongan kayu bakar, segera berlari menuju kearah dapur dimana kak Zio sudah berdiri dengan mangkuk ditangannya.

Aku tahu apa yang kak Zio inginkan, seperti biasa setelah selesai memasak lelaki ini pasti akan meminta pendapat tentang rasa masakannya yang menurutku lumayan enak.

"Bagaimana enak?" tanya kak Zio penuh antusias setelah satu sendok makanan olahannya berhasil masuk kedalam mulutku,

"Emmz... he'em" jawabku sembari menggangguk lalu menyuapkan lagi beberapa kali makanan kedalam mulutku yang memang terasa enak. Kak Zio tersenyum sumringah lalu menyuruh kami untuk segera sarapan bersama.

====

Malam berlalu, entah kenapa hari ini aku tak dapat memejamkan kedua bola mataku dengan nyenyak, aku bangkit dari tempat tidurku lalu keluar rumah berharap bintang menjadi penghiburku malam ini, namun betapa terkejutnya ketika ada seseorang dari arah belakang yang tiba-tiba menggenggam tanganku dengan erat. Aku menoleh kearah belakang dimana seorang lelaki tengah berdiri tepat dibelakangku.

"ZOKA!!"

Yah lelaki itu adalah Zoka, sorot matanya yang tajam dan sendu membuat hatiku merasa salah tingkah,

"mau kemana?" tanya Zoka yang makin mendekat kearahku,

"e..itu.. aku." jawabku gagu

"tak dapat tidur?" tanya Zoka lagi, kali ini pertanyaannya hanya kujawab dengan anggukan, lalu Zoka tanpa penjelasan perlahan menarik tanganku agar mengikuti langkahnya.

"Kita mau kemana?" tanyaku bingung karena sedari tadi Zoka hanya diam tanpa kata sedikitpun,

"Zoka, kita mau kemana?" tanyaku lagi, Zoka menghentikan langkahnya lalu memalingkan wajahnya kearahku "kau percaya denganku?" Zoka balik bertanya,

"emmz.." gumamku sembari menggangguk dengan cepat lalu Zoka dengan tangan kirinya, Zoka menutup kedua mataku hingga semua terasa gelap namun aku merasakan bahwa tubuhku kini seperti tengah melayang diudara.

Zoka kembali melepaskan tangan kirinya dari mataku, tanpa ragu aku segera membuka kedua mataku dan amazing sebuah pemandangan yang menakjubkan terhampar jelas dihadapanku.

"Wow... menakjubkan.. Ini benar-benar bagus Zoka" kataku masih dengan wajah penuh terkagum-kagum,

 Zoka, lelaki itu perlahan mendekat dimana aku tengah berdiri diatas bukit sambil memandangi langit yang begitu gemerlap dihiasi oleh ribuan bintang, tanpa aba-aba Zoka memeluk tubuhku dengan erat hingga membuat aku terdiam kaget karenanya. Semakin lama pelukkannya semakin erat hingga membuat nafasku sedikit sesak.

"Zoka! lepas, kau membuatku sesak nafas zoka". Namun lelaki itu masih diam tak mau melepaskan pelukannya begitu saja.

"Zoka, ada apa? kau membuatku khawatir, Zoka," ucapku lagi namun lelaki itu masih menenggelamkan kepalanya dipundak kananku.

Petualangan LoraWhere stories live. Discover now