Bag. 20 :Petunjuk Mimpi

127 6 0
                                    

Pagi ini aku bangun lebih awal... Entah kenapa mimpi semalam membuat tidurku begitu amat tidak nyenyak.

"sudah bangun?" tanya seseorang yang berada dibelakangku, aku menoleh kearah belakang kudapati Zero tengah berdiri menyender didepan pintu.

"sudah.." jawabku lesu, lelaki itu kemudian berjalan dan duduk tepat disebelahku.

"Apa kau tidak dapat tidur..? wajahmu terlihat sedikit pucat, apa kau mimpi buruk?" tanyanya sembari memandangi wajahku yang tertunduk, "hei.. ada apa? kenapa diam saja Lora?" tanyanya lagi yang terlihat penasaran, tangannya memegang daguku lalu mengarahkan wajahku kewajahnya, aku hanya tersenyum tipis menatap Zero yang masih penasaran denganku.

"Entahlah aku bingung Zero.."

"Bingung! soal apa.?"

"Semalam aku bermimpi aneh..." sembari menatap langit yang terlihat masih dihiasi bintang berkelip meski tak seberapa banyak

"aneh yang bagaimana? bisa kau jelaskan kepadaku?" Zero menggeser posisi duduknya lebih dekat kepadaku, matanya makin tajam menatapku tanpa mau memalingkan wajahnya dariku.

"Mimpi itu hanya sebentar tetapi seperti nyata Zero." Jawabku singkat,

"Lalu?" Zero makin mendekat, memasang kedua telinganya untuk mendengar penjelasanku, awalnya enggan untuk menjelaskan namun melihat expresi Zero yang sedemikian serius membuatku untuk mau bercerita kepadanya, mungkin saja ini bisa melegakan fikiranku. Kuubah posisi dudukku mengarah dan berhadapan langsung dengan Zero

"Aku bertemu dengan seorang wanita tua, wanita itu membawaku kesebuah gua, mengurungku namun memberikan sesuatu, bola hitam tetapi juga bola putih lalu melepaskanku dan menyuruhku pergi kearah barat.." jelasku padanya, lelaki itu mendengarnya dengan seksama, dahinya tengah berkernyit terlihat seperti sedang berfikir dengan tangan menopang dagunya.

"Mungkin saja itu hanya bunga tidur Lora" terdengar suara lain dari lelaki yang menjawab tentang mimpiku hingga membuat kami berdua menengok kearahnya secara bersamaan, Zoka lelaki itu tiba-tiba ikut bicara meski kami tak sedang berbicara kepadanya, lelaki itu tengah berdiri menggantikan posisi Zero semula, menyender namun juga masih menguap dengan tangan tengah menepuk-nepuk mulutnya pelan.

"Kau sudah bangun Zoka.?"

"Sebenarnya belum, tetapi suara kalian berdua memaksaku bangun sepagi ini" jelasnya yang menjawab dengan mata terpejam. Dengan langkah malas lelaki itu menghampiri kami berdua yang tengah duduk diteras rumah, lalu duduk bersila dan kepalanya menyender dipundakku dan kembali terpejam. Zero yang melihat tingkah Zoka langsung menarik lengannya hingga tubuhnya condong menjauh dariku, namun lelaki itu kembali ingin menyender dibahuku, belum sempat bersender lagi-lagi Zero menarik lengan Zoka hingga membuatnya jatuh terkapar dilantai teras hingga membuat Zoka pasrah dan melanjutkan tidurnya diubin teras.

"Apa kau tahu arti dari mimpiku Zoka?" Kutatap lelaki itu yang masih terpejam ngantuk, tak ada jawaban, lelaki itu masih saja tertidur "hei ayolah beritahu aku!" renggekku sembari mengguncangkan tubuh Zoka agar mau terbangun namun sama saja, Zoka tetap melanjutkan tidurnya dan enggan menjawab pertanyaanku. Aku kembali menatap langit yang sudah mulai menampakkan sinarnya sedikit hangat setidaknya lumayan untuk menghangatkan tubuh kami bertiga.

"Dasar pemalas.." gumam Zero pelan

"Sudahlah tidak usah difikirkan, biarkan aku mencoba membantumu Lora" seru Zero kembali menatap langit pagi yang lumayan cerah,

"itu sebuah petunjuk" sahut salah seorang pria yang berada dibelakang kami, aku langsung menengok dimana Zoka kini tengah terduduk malas masih dengan mata yang terpejam,

Petualangan LoraWhere stories live. Discover now