Bag. 2: Perjalanan di Mulai

379 14 3
                                    

Tanpa terasa perjalanan kami telah menempuh jarak bermil-mil dari awal perpisahanku dengan dewi sinze, aku pun menarik pelana kudaku untuk melihat sekeliling tempatku berpijak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa terasa perjalanan kami telah menempuh jarak bermil-mil dari awal perpisahanku dengan dewi sinze, aku pun menarik pelana kudaku untuk melihat sekeliling tempatku berpijak. Sepi tak ada seorangpun dihutan sini, yang terdengar hanyalah suara burung hantu serta suara burung belibis dan tongkeret yang semakin menambah seramnya suasana dihutang terlarang ini. Bahkan mataharipun sudah hampir lenyap digantikan oleh sang malam.

Akupun menghentikan langkah untuk mengistirahatkan tubuh serta si putih yang sudah mulai terlihat kelelahan.

"Huuup" aku pun turun dari si putih.

"Sepertinya malam ini kita akan beristirahat disini putih,,, " sambil mengelus-elus wajah si putih akupun mengikatnya disebuah pohon yang tidak seberapa besar.
"Sementara si putih sedang sibuk mengunyah dedaunan, aku akan mempersiapkan tenda untukku beristirahat malam ini.. "Aahhhh,,, untung saja pohon ini lumayan besar, dengan akar yang begitu banyak menjuntai ini, bisa menguntungkanku untuk berteduh jika sewaktu-waktu malam hari terjadi hujan." gumamku sendiri

Tak berapa lama tenda, kayu bakar, makanan untuk si putih, perapian semuanya pun sudah siap hingga tak terasa hari sudah terlihat semakin gelap.

"Hooaammmmmm..." rasanya mataku sudah begitu mengantuk, suara burung hantu yang makin terdengar semakin menambah ngerinya suasana dihutang terlarang ini, apa lagi akar-akar pohon yang saling berjejer tak beraturan seolah mirip seperti raksasa yang mengelilingiku, sedang si putih masih saja asik mengunyah sambil memejamkan matanya...

"hemmmz.. dasar putih kerjaannya makan mulu dari tadi apa perutnya tidak kenyang"  sambil menengguk minuman aku pun bersiap untuk beristirahat tak lupa pedang yang selalu berada dipinggangku, ku ambil dan kutaruh diatas dadaku pertanda siaga jika terjadi suatu hal yang tak diinginkan. Malam semakin larut, akupun terbuai terbawa oleh arus mimpi yang entah dimana. Tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan

"Duummmm..."

sontak suara itu membuatku terkejut dan langsung terbangun, dengan sigap akupun mengeluarkan pedangku, tapi ketika kulihat sekeliling seperti tak ada yang terjadi.

"ini sungguh aneh" fikirku sambil melihat ke segala arah namun ketika arah pandanganku berada pada si putih, terlihat siputih sedang menjerit ketakutan, dia mencoba berlari kesana-kemari, segera saja ku berlari mendekati siputih dan mencoba menenangkannya.

"Tenanglah putih tidak ada apa-apa yang terjadi tenanglah.." kembali ku tenangkan siputih yang kini mulai terlihat sedikit tenang, hanya suaranya saja yang masih agak ketakutan.. Tiba-tiba dari belakang pohon terdengar suara raksasayang amat mengerikan

"heeemmmmmm... siapa kalian KATAKAN.." suara itu terdengar membentak dan dengan nada amarahnya raksasa tersebut menghentakkan kakinya ke tanah, hingga membuat kami sempoyongan.

Ketika ku tengok kebelakang muncul sosok werewolf yang begitu besar, hitam, berbulu dengan tinggi kira-kira 7 meter.... sosok itu pun membuatku terkejut dan belum sempat kami menghindar sosok itu dengan cepat berhasil menangkap tubuh kami dengan kedua tangannya...

"Herrrrr.... herrrrrrrrrr..." terdengar suara siputih kesakitan

"tungguuuu......"

"tolong jangan sakiti siputih dia tidak bersalah..." pintaku dengan nada memelas

"TIDAAAAKKKK... aku tidak akan melepaskan kalian berdua, terutama dia karena dia bisa menjadi santapan makan malamku  ha.. haaa...ha..haaaa......"

suara raksasa itu begitu lantang tapi dengan tawanya yang begitu menusuk membuat aku ingin muntah ketika mencium bau nafas dari mulutnya....

"huueeeekkkk......" ooh, tidak rasanya perutku benar-benar mual dan ternyata rasa mualku ini membuat si werewolf itu tersinggung dan marah. Ketika dia bertekad hendak menelan si putih tiba-tiba liontin pemberian dari dewi sinze bercahaya. Sang werewolfpun terkejut ketika dia melihat cahaya dari liontinku.

"apa itu....? siiiii.. siiiapa kamu sebenarnyaa haaa....."

dengan mata terpejam akhirnya sang raksasa menurunkan aku dan siputih ketanah....

"Baiklah, aku akan menjelaskan padamu. Namaku Lora Kezia dan siputih ini adalah sahabatku dan liontin ini adalah pemberian dari dewi Sinze..." jelasku singkat, namun ku lihat expresi  werewolf tiba-tiba wajahnya berubah menjadi lesu dan bersedih. Dengan perasaan yang sedikit takut, aku pun mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

"Heii.. Sebenarnya ada apa werewolf..? kenapa tiba-tiba wajahmu menjadi sedih begitu..? apa ada dari ucapanku yang salah..?" tanyaku mengharap penjelasan dari sang raksasa. Akhirnya dengan perasaan bersedih dia pun menjelaskan padaku. Dulu dia bukanlah seekor werewolf melainkan pengikut setia dari sang Dewi Sinze namun karena dia menyalahi aturan yang telah dibuat oleh dewi sinze akhirnya dia dibuang ke hutan terlarang dan dirubah bentuknya menjadi seperti sekarang ini. Mendengar penjelasan dari sang raksasa hatikupun merasa iba, seolah ikut merasakan apa yang pernah dialami oleh werewolf. Sang werewolf pun melanjutkan penjelasannya bahwa sebenarnya dia sangat menyesal dengan perbuatannya yang lalu dan dia ingin berubah namun dia sendiri tidak tau caranya untuk menyampaikan penyesalannya itu kepada dewi sinze.

"Baiklah... aku akan mencoba membantumu.." perkataanku sedikit merubah wajah kesedihan dari werewolf.

"Iya.. nanti jika perjalananku telah selesai aku akan mencoba berbicara dengan dewi sinze agar beliau bisa menerimamu kembali dan menghilangkan kutukannya padamu..." mendengar kata-kata itu sang werewolf berubah menjadi lebih gembira dan riang. Hingga tak terasa ternyata matahari pagi mulai merambah melalui sela-sela dedaunan yang begitu rindang. Aku pun segera merapikan tenda dan barang bawaanku lainnya. Sembari mempersiapkan dan mengikat barang bawaanku dipelana siputih aku berpamitan pada si werewolf namun sebelum dia melepaskanku untuk pergi dia memberiku sesuatu.

"Bawalah ini..." sembari menempelkan telapak tangannya didadaku.

"Criiingggggg"muncul sebuah bros berbentuk daun menempel dibajuku.

"Apa ini.." tanyaku penuh penasaran.

"Bawalah ini bersamamu, ini akan sedikit membantumu diperjalananmu selanjutnya.." jawab sang werewolf singkat. aku pun menggangguk dan menatapnya dengan senyuman dan Sang werewolf pun membalas senyumanku dengan senyuman yang ngeri, secara gigi diakan tajam-tajam.

"hehe..." senyumku kecil..

"Oke terima kasih untuk hadiahmu dan terima kasih juga karena tidak jadi memakan kami berdua.." candaku pada sang werewolf. Akupun berpamitan dengan Sang werewolf untuk melanjutkan perjalananku selanjutnya dan kami akhirnya berpisah dengan lambaian tangan dari sang werewolf dan senyuman kecil diapun melepas kepergianku hingga dia tak terlihat lagi karena sudah tertutupi oleh kabut pagi, dedaunan serta rimbunnya pohon yang tumbuh dihutan terlarang tersebut.

"Syukurlah kami tidak jadi dimangsa oleh si werewolf semua berkat liontin pemberian dari dewi sinze, aahh.. leganya..." gumamku dalam hati. Kembali ku pacu siputih untuk membawaku ketujuan yang selanjutnya.



Petualangan LoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang