Bag. 18 : Cemburu

148 4 0
                                    


Samar-samar telingaku mendengar sebuah keributan dipagi buta, terdengar dua suara dari laki-laki yang saling beradu mulut namun yang satu itu terdengar lebih tinggi nadanya. Aku mengerjap mencoba membuka mataku secara paksa karena masih mengantuk namun ketika kuarahkan pandanganku kesuara itu berasal,aku terlonjak kaget mendapati dua pria yang tak lain adalah Zero dan Zoka tengah berdiri didepanku layaknya serigala yang hendak memakan mangsanya. Entah apa yang telah terjadi tapi Zero, Zero terlihat begitu marah, tangannya tengah memegangi kerah baju milik Zoka dengan kuatnya, sedang Zoka, lelaki itu hanya terdiam santai tak menanggapi perkataan dari Zero. Aku yang melihat kejadian itu langsung bangkit dan coba melerai mereka berdua, kudorong tubuh mereka berdua hingga terpisah satu sama lain "ada apa ini..? kenapa pagi-pagi buta kalian sudah berkelahi?" tanyaku meminta penjelasan

"Entahlah aku juga tidak tahu nona.. mungkin teman lelakimu itu tengah terbakar api cemburu" sahut Zoka santai dengan posisi terduduk diranjang, "Kurang ajar... kau masih tidak mengaku dengan perbuatanmu.?" tukas Zero dengan nada yang masih tinggi sambil menunjuk kearah Zoka berada. Kuhela nafas panjang dan kembali menatap mereka berdua penuh tanya "ok..ok.. bisa kalian jelaskan permasalah yang sebenarnya dengan santai?" pintaku "dan kau Zero duduklah biarkan aku jadi penengah diantara kalian" lanjutku. Dengan wajah yang masih diselubungi amarah Zero kemudian duduk diranjang yang kini saling berhadapan satu sama lain,matanya masih menatap lelaki itu dengan tajam dan amarah, sedang Zoka, Zoka lebih santai membaringkan tubuhnya diranjang yang baru ia duduki.

"Zero sebenarnya apa yang terjadi?" tanya penasaran "bajingan itu... dia telah tidur disebelahmu Lora.." jelas Zero sembari menunjuk Zoka yang tengah berbaring, aku terkejut sontak memutar tubuhku menghadap Zoka dengan pandangan melotot "apa itu benar Zoka?"  lelaki itu masih santai dengan posisi tangan yang dijadikan bantal dibawah tengkuknya dengan kaki disilangkan lurus, ia merubah posisinya memiringkan tubuhnya dengan tangan kanan yang menyangah kepalanya lalu matanya kembali menatapku penuh misteri "yups benar sekali Lora Kezia" jawabnya meledek dengan mengedipkan sebelah matanya kearahku, Sontak aku berdiri kutendang lelaki itu hingga jatuh ketanah. "Hei tidak perlu semarah ini Nona" seru Zoka sembari bangkit dari jatuhnya, ia menepuk-nepuk bajunya yang sebenarnya tidak kotor lalu berjalan maju mendekatiku "ok.. aku minta maaf atas kelancanganku semalam.. tapi jujur aku tidak berbuat apa-apa padanya hanya menumpang tidur karena aku juga lelah.." jelas lelaki itu menjelaskan kepada Zero yang terlihat menawan tawa karena melihat lelaki itu terjatuh akibat kutendang. "yah baiklah aku memaafkanmu setidaknya perlakuan barusan sudah cukup menjelaskan semuanya" jawab Zero lega, "apa kau juga memaafkanku nona" tanya lelaki itu kepadaku, aku menatap diriku sepenuhnya dan sepertinya tak ada yang kurang dari diriku bahkan belatiku masih berada diposisinya "ok.. aku memaafkanmu" ucapku, laki-laki itu kemudian berlalu pergi namun sebelum dia berlalu Zoka berbisik pelan "tubuhmu harum aku suka.." bisiknya yang langsung membuatku marah bukan kepalang "ZOOKKAAAAAAA...." teriakku sambil menyusul lelaki keparat itu yang pergi keluar gubuk.    


                                                                       ..*************..

ZERO....

Sejujurnya aku bingung dengan pemuda yang telah menolongku itu, entah aku harus mengucapkan terima kasih atau harus marah kepadanya mengingat perlakuannya pada Lora yang begitu amat tidak sopan. Sedang aku yang masih bingung dengan keadaan disekitarku berusaha mengingat-ingat kejadian terakhir yang kualami waktu itu Lora tengah memapahku keluar pergi menjauh dari para penjahat, selebihnya aku tidak ingat. Hal terakhir yang masih jelas terbayang difikiranku adalah pemuda itu memperkenalkan diri bahwa namanya Zoka, kemudian pandanganku menjadi kabur dan tidak ingat apapun hingga pagi ini, ketika kedua mataku terbuka memandang kesekeliling ruangan yang sempit tapi pandanganku langsung tertuju pada dua sosok lelaki dan perempuan yang tengah tertidur diatas ranjang kecil, sedang bajingan itu.... Bajingan itu dengan santainya mencium rambut Lora dengan hidungnya yang mancung, yah aku sadar aku hanyalah seorang teman dan tidak lebih tetapi melihat lelaki itu mencium rambut Lora entah kenapa dadaku terasa sesak, sakit, kesal dan marah begitu saja hingga tanpa kusadari aku mendekati lelaki itu dan langsung memukul wajah pria itu tanpa ragu. 

Petualangan LoraHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin