Bag.8: Belati dan Penyesalan

180 8 6
                                    


Perjalanan berlanjut, putih masih melaju dengan kencangnya. Jalanan yang terjal, bukit yang tinggi, serta jurang yang lumayan curam mereka lalui tanpa lelah sedikitpun. Mungkin hanya sesekali mereka beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanannya kembali.

Selama perjalanan perasaan zero makin dibuat tak menentu jantungnya kian berdegup tak beraturan, ditambah rambut lora yang sedari tadi tanpa sengaja menerpa wajah zero semakin membuatnya terpesona. Sebenarnya posisi lora yang duduk didepan zero membuat hati zero senang, karena dengan begitu zero bisa memperhatikan serta merasakan kedekatannya dengan lora yang makin membuatnya jatuh hati, tiba-tiba...

"Hei... lihat disana" seru lora membuyarkan fikiran zero yang selama perjalanan memperhatikan lora secara diam-diam.

"Ada apa.." Tanyaku penasaran

"Ada sebuah jalan yang mengarah ke pemukiman penduduk" jawab lora sambil menunjuk jalan setapak yang berada didepan kami. Ku tengok jalanan itu dan terlihat tak seberapa jauh ada beberapa orang sedang berjalan melalui jalanan itu, tanpa ragu lora menghentakkan kakinya ke punggung putih hingga membuat putih berlari kencang. Hilir mudik orang ramai berlalu lalang dan akhirnya kami memutuskan untuk turun dari punggung siputih dan menyusurinya dengan berjalan kaki.

Melewati gang-gang sempit serta rumah-rumah yang cukup sederhana dan berujung disebuah gang yang begitu ramai yang tak lain adalah sebuah tempat perdagangan. Riuh terdengar orang sedang tawar menawar dagangan satu dengan yang lain, beberapa lainnya sibuk menawarkan dagangannya kepada kami berdua. Bau harum tercium dari hidung kami yang membuat kami tiba-tiba merasa lapar, kami pun akhirnya memutuskan untuk mendekati bau harum itu berasal berencana membelinya dan mengisinya keperut kami yang mulai membuat perut kami bunyi keroncongan, sebelum masuk kekedai itu, lora menitipkan siputih ketempat penitipan hewan untuk sementara waktu agar kami berdua bisa makan disana.

Kamipun masuk kekedai makanan itu dan memesan beberapa makanan, salah satunya adalah makanan yang tercium baunya hingga diluar kedai tadi.

Ku lihat lora sedang makan dengan lahapnya, sementara aku hanya memakan beberapa potong roti saja entah kenapa nafsu makanku tiba-tiba menghilang setiap melihat lora didepanku apakah mungkin karena perasaan yang saat ini sedang menggelayuti hatiku.. Aahh.. entahlah aku sendiri  bingung dengan rasa ini. Fikirku sendiri yang kini terlihat gusar hingga membuat lora bertanya tentang sikapku yang sedikit aneh ini.

"Hei.. kamu kenapa.." Tanya lora yang sedang makan sembari menggoncangkan pundakku,

"aahh... ooohh.. tidak apa.." jawabku sedikit kaku

"lanjutkanlah makanmu.. Mumpung kita disini.." pintaku pada lora yang dijawab dengan anggukkan lalu melanjutkan makannya sembari berbicara

"sepertinya kita harus tinggal disini beberapa hari.." seru lora kepadaku.

"hemmz.. benarkah.." tanyaku meyakinkannya,

"ya.. tentu saja, kita sudah berhari-hari berkelana tanpa beristirahat sama sekali,, putih juga perlu istirahat bukan.." jawabnya menyakinkanku

"ooh.. baiklah,, kalau begitu aku akan mencari penginapan yang berada didekat sini.." seruku pada lora

"tunggu aku ikut.." pintanya lagi

"tidak usah, kamu tunggulah disini habiskan makananmu nanti aku akan menyusulmu lagi.." pintaku padanya yang hanya dijawab dengan senyuman tanda setuju.

Ku tinggalkan lora dikedai makanan sementara aku keluar mencari sebuah penginapan. Setelah beberapa kali bertanya dengan penduduk sekitar, akhirnya ku temukan sebuah penginapan yang tak terlalu jauh dari tempat kami makan tadi, dengan harga yang  lumayan murah dan cukup dengan kantongku, aku membayar sewa kamar itu pada pemilik penginapan tanda setuju untuk menyewa. Namun ketika aku sedang mengambil uang untuk membayar, tanpa sengaja mataku melihat belati yang ku ambil dari danau yang tak lain adalah belati milik lora.

Petualangan LoraWhere stories live. Discover now