Bag. 27 : Yang Terpisah Kembali Bersatu

120 4 0
                                    

Tanpa terasa dua bulan sudah kami tinggal diistana milik Putri Analusia. Kehidupan sudah berjalan dengan normal, dari tanah yang subur, udara yang segar, sungai yang jernih bahkan hutan yang tadinya terbakar hangus kini sudah mulai ditanami kembali oleh penduduk setempat.

Selain seorang Ratu yang bijak, Putri Analusiapun begitu baik kepada seluruh rakyatnya. Bahkan kebaikannya juga begitu terasa kepada kami bertiga, semua kebutuhan selalu terpenuhi tanpa kekurangan suatu apapun. Yah masa yang begitu menggembirakan begitu terasa hingga akhirnya Putri Analusia bercerita tentang bagaimana beliau bisa mengenal nenek Merry. 

Tak pernah kusangka jika nenek Merry pernah bekerja menjadi tabib sekaligus orang kepercayaan dari seorang Ratu yang begitu anggun serta lembut tutur sapanya. Keputusan nenek Merry untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan ketenangan tak bisa Putri cegah, berusaha mengikhlaskan kepindahan nenek Merry meski berat. Yah itulah sepenggal kisah yang baru kuketahui beberapa hari yang lalu.

"Jadi bagaimana Lora, apa kau mau menerima tawaranku?" tanya Putri Analusia yang sedari tadi memandangiku, aku menghela nafas berat, berusaha menimang apa yang Putri Analusia tawarkan namun sepertinya hatiku menolak, meski kehidupan disini begitu nikmat namun kehidupan awalku ketika bersama dengan nenek Merry jauh lebih mengasyikkan, ditambah aku adalah penerus dari nenek Merry jadi tak mungkin aku tega meninggalkan gubuk yang penuh kenangan dimakan rayap begitu saja.

Putri Analusia tersenyum, dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa dia mengerti dengan keputusan yang akan kuberikan padanya. "Jadi bagaimana?" tanyanya sekali lagi sambil menepuk sebelah bahuku hingga membuatku tersentak kaget, "e.... Maaf tak bermaksud mengagetkanmu Lora" seru Putri Analusia tak enak hati, aku tersenyum memandangi wajah Putri Analusia yang begitu teduh, lalu menggenggam kedua tangan Putri Analusia, "eemmz... Terima kasih untuk tawarannya Putri, tapi maaf sepertinya aku harus kembali. Banyak warga yang membutuhkan keahlianku Putri." Jawabku menolak sehalus mungkin.

Putri Analusia kembali tersenyum lalu menarik tubuhku kedalam pelukkannya, "tidak apa-apa Lora, aku tahu itu, kembalilah dan sering-seringlah berkunjung kemari. Kebaikanmu takkan mungkin dilupakan oleh rakyat Analusia." Bisik Putri pelan lalu melepaskan pelukkannya.

"Terima kasih." Ucapku tanpa menghilangkan senyum dari bibirku, Putri Analusia tersenyum lalu menggangguk pelan menjawab ucapanku.

Tak berapa lama dua pemuda, terlihat tengah berlari menuju kearah taman belakang istana, dimana aku dan Putri Analusia tengah duduk berbincang.

Buk..buk..buk..buuk..

"Aku dulu..."

"Aku dulu..."

"Tidak!! pokoknya aku dulu.."

Kedua pemuda itu terlihat tengah beradu selisih, entah apa yang membuat mereka begitu namun yang jelas itulah sifat dan kebiasaan mereka, selalu saja bertengkar layaknya kucing dan anjing yang tak bisa akur. Aku bangkit dari posisi dudukku berusaha melerai pertengkaran diantara mereka yang sedari tadi sudah terdengar jelas dari lorong istana. Sedang Putri Analusia hanya tersenyum memandangi kedua pemuda itu yang masih jauh dari posisi kami berada.

"Hei.. ada apa ini?" tanyaku sambil lari mendekat dimana Zero dan Zoka masih beradu mulut.

"Ada yang bisa menjelaskannya padaku??" tanyaku sekali lagi dengan posisi berada ditengah-tengah diantara mereka berdua namun keduanya masih saja saling dorong dan saling melototi satu sama lain. Aku menunduk, menghela nafas jengah sedang tangan kiriku berusaha memijit pelipis keningku yang sebenarnya tidak pusing.

"HEI!! KALIAN INGIN MEMBUATKU MARAH?" Bentakku sembari melepaskan segel yang berada dikeningku berniat hanya untuk menggertak dan kali ini aku mendapatkan perhatian dari keduanya.

Petualangan LoraWhere stories live. Discover now