🍂 Day 2 ~ Kejahatan Mama

489 43 26
                                    

"Beneran nih mas Fauzan?!""Iya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Beneran nih mas Fauzan?!"
"Iya. Elsa langsung datang aja ke hotel Nawangsa. Minta arahan sama Security untuk mengantarkan kamu ke Kantor ku. Masih di satu area. Langsung kasih aja CV kamu ke pihak resepsionis ya! Intinya, aku perlu data-data kamu juga. Untuk masalah kerjanya kamu langsung ku terima. Tapi, masih magang dulu ya! Kalau.... Kinerja Elsa bagus, aku pertahankan."

"Alhamdulillah.... Ok, Mas. Insyaallah Elsa gak mengecewakan. Terimakasih ya mas Fauzan, Ai. Aku benar-benar senang dengar tawaran ini. Apalagi, dari Bos nya langsung. Berasa spesial banget kayak martabak isi telor dua. Hihihi...."

"Hahaha.... Aku juga butuh cepat. Kebetulan aku ingat dengan kamunya yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Ya udah, aku langsung tanya usulan ke teman kamu ini." Mengecup sekilas pipi Aira yang berhasil mendapatkan cubitan geram Aira pada perutnya.

"Duhhh.... Mas Fauzan jangan nodai mata Elsa dong! Elsa jomblo loh Mas. Sekarang malah berasa kayak nyamuk."
"Mas ini buat malu aja. Kebiasaan!" Tertawaan nyaring Fauzan semakin memancing kekesalan Aira.

"Ya udah lah Ai. Jangan galak-galak sama suami. Aku gak apa-apa kok. Kalian berdua ini tuh masih ngebuat kita gak menyangka loh. Pasalnya, kamu tipikal perempuan yang susah untuk didekati Ai. Rayuan mas Fauzan topcer banget ya. Hihihi...."
"Hahaha.... Usahaku Elsa."

"Mantab sih si Masnya. Kita mengira, Aira bakal berjodoh dengan Dafa. Sebab menurut pemikiran kita dulu, yang lebih yakin bisa merebut hati Aira sih si Dafa. Dengan pria lain mah Aira suka menutup diri. Eh, ternyata yang dapat si mas Fauzan. Memang ya, namanya jodoh itu gak ada yang tahu."

Celotehan panjang lebar Elsa malah membuat mood Fauzan berubah.
"Mungkin, si Dafa masih belum bisa move on dari kamu deh Ai. Soalnya, kalau kita ngebahas tentang kamu, Dafa langsung mengalihkan pembicaraan. Dan Nisa juga sempat jujur ke kita kalau si Dafa terus aja jadikan Nisa sebagai teman curhatnya mengenai kamu. Yang dibahas kamu muluk. Sampai Nisa ngerasa bosan. Hihihi...."

"Sumpah, aku gak menyangka kamu memilih mas Fauzan dibanding Dafa. Pilihan terbaik sih kalau kata aku mah. Pesona mas Fauzan mengalahkan si Dafa."

Melirik sekilas ke arah Fauzan yang kini sudah terduduk menjarak darinya sembari memainkan handphone nya. Dengan raut wajah yang tertekuk lesu. Aira menyadari perasaan itu. Menahan gelak tawanya.

"Hmm.... Ya udah ya Elsa. Aku akhiri dulu. Kalau bisa besok langsung kamu antar CV nya ke kantornya mas Fauzan ya. Semangat! Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam, Aira."

Meletakkan kembali handphone nya pada nakas. Mendekati terduduknya sang suami yang kini mencari kesibukan lainnya. Melingkarkan tangannya pada perut Fauzan dan menumpukan kepala pada bahu Fauzan.

"Aira kira Mas lagi ngechat perempuan lain. Ternyata, lagi asik mandangin foto Aira di handphone Mas. Hihihi...."

Mencoba memancing obrolan.
Masih terdiam dengan fokusnya mata melihat-lihat sekumpulan foto-foto Aira.

Menanti LillahWhere stories live. Discover now