🍂Kehilangan🍂

385 53 16
                                    

"Bagaimana ini Pa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bagaimana ini Pa....? Enggak ada satu orangpun yang tahu keberadaan anak kita. Hiksss.... Hiksss.... Fauzan.... Kamu kemana sih? Hiksss.... Hiksss...."
"Tenang Ma! Fauzan pasti baik-baik aja. Anak itu hanya pergi sebentar. Jangan seperti ini terus Ma!"

Arlan kebingungan dengan kekacauan yang terjadi pagi ini. Mama dan Papanya Fauzan terus menanyakan keberadaan Fauzan yang sama sekali ia pun tidak tahu kemana tujuan Fauzan. Fauzan hanya memerintahkan ia untuk mengantarkan ke Bandara tanpa tahu tujuan penerbangan. Nomor pun sama sekali tidak bisa dihubungi.

"Maaf Om, maaf Tante, Arlan benar-benar gak tahu kemana Fauzan. Arlan gak bohong. Arlan juga lagi pusing karena Fauzan meninggalkan pekerjaan begitu aja. Udah ada 2 pertemuan yang Arlan cancel. Nomor Fauzan sama sekali gak bisa Arlan hubungi Om."

Wira menghela lelah napasnya. Ia pusing dengan putranya. Pergi tanpa pamit dan tidak bisa dihubungi. Belum lagi istrinya yang setiap hari mengurung diri dan menangis meraung-raung.

"Ya sudah Ma! Papa yakin Fauzan sebentar lagi pulang. Fauzan cuma menenangkan dirinya. Anak itu gak akan mungkin berbuat yang macam-macam. Anak kita sudah dewasa Ma. Bisa menjaga diri."

"Papa seenak itu berbicara. Kita gak tahu kemana Fauzan sekarang. Mama mau melapor, Papa larang. Kalau kita tenang begini terus, tiba-tiba dengar kabar buruk tentang anak kita, apa Papa gak menyesal?! Fauzan Anak kita satu-satunya. Harapan kita Pa. Mama gak mau kehilangan Fauzan. Mama gak mau kehilangan anak. Hiksss.... Hiksss...."

💐~💐

Aira menatap lama nomor yang ia punya. Satu nomor yang baru saja ia kirimi banyak pesan. Tapi sama sekali tidak ada satupun balasan. Ia tahu orang-orang tengah bingung kepergian Fauzan yang belum juga ada kabar. Ia merasa tidak enak hati. Sebab ia yakin, pasti ada sangkut pautnya dengan dirinya. Ia meringkuk bersandar pada ranjangnya. Ia mengingat kembali bagaimana kata-kata kasar yang terus ia lontarkan ke Fauzan. Fauzan yang sama sekali tidak ada niatan jahatnya tapi ia balas dengan kekesalan.

'Apa yang harus aku lakukan? Mas Fauzan seperti ini sebab Aira? Aira harus apa? Aira gak mau membohongi hati Aira. Tapi mas Fauzan sudah sangat baik dengan Aira dan keluarga Aira. Aira juga gak mau membuat siapapun kecewa dengan Aira. Mas Fauzan kemana? Semua pada nyariin mas Fauzan....'

Dari balik pintu Hanum memperhatikan sang anak yang terus meringkuk. Terus begitu yang ia lihat dari Aira.

"Hari ini gak ke toko Aira?"
Menengadahkan kepalanya.
"Enggak Buk. Enggak terlalu banyak pesanan hari ini. Masih bisa di handle dengan yang lainnya Buk."

"Nanti malam ada pengajian di Masjid. Kamu mau ikut kan? Hari ini Ibuk kebagian tugas untuk membuat makanan. Rencananya Ibuk mau buat gorengan. Kamu bisa bantu Ibuk kan?"
"Bisa Buk. Aira buatkan brownies juga ya? Untuk tambahan."
"Iya, boleh. Tapi, kita harus ke pasar dulu. Mencari bahan-bahan yang diperlukan. Persediaan kita habis."
"Baik, Buk. Aira siap-siap dulu ya Buk."

Menanti LillahWhere stories live. Discover now