🍂Keberadaan Fauzan🍂

457 63 18
                                    

Selama materi yang dijelaskan, Fajar terus gelisah dengan rasa tidak sabarannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama materi yang dijelaskan, Fajar terus gelisah dengan rasa tidak sabarannya. Beberapa kali Pakde terlihat berseliweran melewati ruang kelasnya, rasa ingin izin untuk keluar lebih cepat. Namun terus tercegat sebab ia masih dalam proses belajarnya.
"Fokus Fajar!"
"Injih Ustadzah."
'Harus sabar Jar. Beberapa menit lagi.'

Mengisi dengan cepatnya pertanyaan terakhir pada lembar ulangannya.
"Alhamdulillah, sudah selesai. Sudah selesai Ustadzah!"
Semua tercekat dengan teriakan semangat dari Fajar.

"ya sudah, langsung kumpulkan di sini."
Berjalan dengan pongahnya sembari sedikit meledek ke arah teman-temannya yang juga belum selesai.

"Alhamdulillah.... Berarti saya sudah boleh diizinkan keluar kan Ustadzah?"
Ustadzah menggeleng terheran dengan tingkah terburu-burunya Fajar hari ini.

"Jangan dulu! Ustadzah mau pastikan dulu jawaban kamu. Jangan sampai karena mengejar sesuatu, kamu isi semua pertanyaan ulangan kamu ini dengan asal-asalan."

Fajar kembali gelisah. Dengan sabarnya ia menunggu hingga Ustadzah sudah boleh mengizinkan dirinya lebih dulu keluar selesai dari mata pelajarannya. Langkah terburu-burunya membingungkan semua yang melihat. Ia terus mencari keberadaan Pakde di setiap ruangan.
"Neng endi to Pakde?"

"Orang tua sama anak kelakuannya tetap sama. Mereka malah menyalahkan kita Pakde."
"Yo wis, kita sing waras kudu mengalah. Kita sudah berusaha meminta pertanggung jawaban, tapi kalau mereka tetap ngeyel, Yo men wae. Biar Allah yang membalas. Alhamdulillah nya sekarang Reza sudah sadar dan tidak mengalami efek yang berat."

"Iya Pakde. Untung saja ada Fauzan yang bergerak cepat."
Pakde mengulas senyumannya.

"Kedatangan Fauzan di sini memang membantu. Kita tidak tahu apa alasannya ke sini, tapi beliau sudah banyak memberikan kebaikannya pada Rumah Teduh ini."
"Iya Pakde. Sangat berterimakasih dengan hadirnya Fauzan."

"Assalamualaikum, Pakde!" Dengan ngos-ngosannya Fajar berhasil menemukan Pakde yang kini berada pada ruang Guru.

"Waalaikumsalam.... Ya ampun Fajar.... Eneng opo? Ngos-ngosan koyok dikejer rentenir to."
"Hussttt! Jangan sembarang omong. Ono opo Jar?"
"Ada yang mau Fajar omongin karo Pakde. Tapi.... Bukan di sini Pakde."

"Aku tinggal sebentar."
Pakde mengikuti arah langkah Fajar yang mencari tempat sunyi tidak ada siapapun yang berlalu lalang.

"Ada apa Fajar?"
"Minta waktunya sebentar Pakde. Pakde harus tahu ini."
Merogoh saku dan menunjukkan satu foto yang sejak tadi ia simpan.

Pakde merubah tatapannya menjadi lebih tajam. Ia menyapu bagian foto yang menampilkan paras Aira keponakannya. Tapi ia bingung dengan sosok laki-laki di sebelah Aira.

"Kamu dapat ini dari mana? Punya siapa Fajar?"
"Dari ranjangnya mas Fauzan, Pakde. Fajar yakin ini pasti punya mas Fauzan. Dan Pakde lihat to, siapa di sebelahnya mas Fauzan. Mbak Aira, Pakde. Apa mas Fauzan punya hubungan sesuatu dengan mbak Aira?"

Menanti LillahWhere stories live. Discover now