🍂Beri Aku Alasan🍂

534 60 14
                                    

Tepat hari ini, Fauzan dan Aira sudah akan mulai berkutat pada pekerjaan mereka masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat hari ini, Fauzan dan Aira sudah akan mulai berkutat pada pekerjaan mereka masing-masing. Namun sebelumnya, Fauzan dan Aira sama-sama membereskan rumah dan memasak menu pagi ini.

"Udah Mas. Mending Mas langsung ganti baju. Udah Aira siapkan pakaian Mas untuk hari ini."
Fauzan tercekat dan kembali menatap serius Aira ingin memastikan kembali perkataan Aira.
"Cepat Mas!"
"Eh, iya Sayang. Terimakasih ya."

Berjalan cepat ke arah kamar. Ingin memastikan sendiri apa yang sudah Aira persiapkan untuknya. Dan benar, Aira memang sudah memilihkan out fit kerjanya hari ini. Tersenyum puas dengan perhatian Aira untuk dirinya. Dengan cepat pula ia membasuh lebih dulu tubuhnya sebab sedikit ada peluh dari kegiatan membereskan rumah. Mengganti cepat pakaian santainya dengan out fit kantor yang sudah Aira siapkan. Menyisiri rambutnya sembari bercermin.
"Aku masih pantas untuk Aira kan? Sebab Aira sangat jauh umurnya denganku." Menyipitkan kedua matanya seakan menelisik lebih serius parasnya. Mencari-cari apakah sudah ada garis kerutan yang terlihat.

Lama terlarut memaguti dirinya. Menyunggingkan senyuman dikala ia mengingat kembali betapa beraninya ia sudah merebut first kiss nya Aira.
"Aira masih perlu banyak ku ajari. Masih sangat lugu membuatku semakin bersemangat. Hihihi...."

Cepatnya ia menuruni anak tangga, berjalan ke arah Aira yang sudah menyelesaikan masakannya. Mengambil alih mangkuk yang tengah Aira bawa. Mengejutkan Aira sampai membuat dirinya menubruk tubuh Fauzan. Fauzan menampilkan cengirannya. Aira tertegun sebentar melihat rapi dan tampannya tampilan Fauzan.
"Mas tahu kok kalau mas ini ganteng. Tapi jangan dipandang terlalu lama Sayang. Mas jadi salting." Bisiknya menyadarkan lamunan Aira.

Menormalkan kegugupannya. Aira mengambil piring, sendok, gelas untuk dirinya dan Fauzan.
"Enaknya mas sekarang. Lapar ada yang masakin, keperluan apapun langsung disiapin, tidur juga udah ditemenin. Terimakasih Sayang. Udah mau menerima mas. Terimakasih juga udah pilihin pakaian kantor mas."
"Doa Mas!" Perintah Aira menghentikan celotehan Fauzan.

Fauzan mengangguk dan memulai membaca doa memimpin Aira. Seperti biasa. Fauzan akan selalu lahap pada makanannya. Ia terus bersyukur diberikan istri yang sangat pandai memanjakan perutnya. Aira tersenyum puas melihat makanannya yang sangat dihargai. Sesekali menahan senyumannya dikala Fauzan terus melahap sembari mengacungi ibu jarinya. Memuji tanpa berkata sebab terlalu fokus pada makanan di hadapannya.

Kini, Aira yang juga sudah siap dengan membawa tas kecilnya berjalan ke arah Fauzan yang sudah lebih dulu menunggu dirinya sembari membukakan pintu mobil menyambutnya.
"Silahkan istriku."

Sikap Fauzan yang menurutnya berlebihan sudah bisa ia terima. Tidak mau menyanggah sebab tidak ingin berargument lagi. Fauzan pun lebih dulu mengunci pagar rumah mereka dan langsung dengan cepatnya memasuki bagian kemudi. Memastikan lebih dulu safety belt Aira dan dirinya.
"Sudah siap istriku?"
"Udah dari tadi Mas." Respon geram Aira menanggapi berlebihannya Fauzan. Fauzan hanya terkekeh dan mulai mengendarai mobilnya melaju dengan kecepatan standar.

Menanti LillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang