🍂Sentuhan Aira🍂

722 71 13
                                    

Dengan angkuhnya Mayang terduduk menyandar sembari mengalihkan pandangannya ke lain arah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan angkuhnya Mayang terduduk menyandar sembari mengalihkan pandangannya ke lain arah. Ia merasa menyesal sudah mengindahkan keinginan teman-temannya untuk berkumpul. Sebab kehadiran Rina yang sedari tadi terus berbicara sedikit memojokkan dirinya.
"Kalau saja kita berdua ini berhasil menyatukan kedua anak kita, pasti kita sudah lebih dekat menjadi seorang besan Mayang."
"Lagian kok bisa gagal sih? Bukannya itu rencana kalian dari dulu? Setahu kita, anak kalian berdua sudah sangat cocok."
"Iya, ya. Sama-sama cantik dan ganteng."
"Cih! Itu semua sebuah penyesalan terberat ku." Dengus pelannya.

"Tapi, menantu kamu juga gak kalah cantik Mayang. Kenal dimana? Kok bisa dapat yang berhijab seperti itu? Bersyukur kamu Mayang."
Rina berdecih merasa tidak suka dengan pujian temannya yang bukan mendukungnya malah memuja-muja sosok wanita lain yang saat ini memang sudah lebih menang mendapatkan sosok pria menantu idamannya.

Mayang menghela napasnya. Bagi dirinya pembahasan obrolan mereka kali ini benar-benar sangat tidak ia sukai. Merasa boring.
"Kapan-kapan ajak dong kumpul bareng kita-kita. Kelihatannya anaknya baik. Kita mau mengenal lebih dekat menantu kamu Mayang."
"Kenal dari mana sebenarnya sih?! Bisa-bisanya menggantikan posisi anakku."
Sambung kembali Rina dengan sedikit bernada ketus. Yang lain tertawa meledek tingkah kepanasannya Rina mengenai pembahasan mereka saat ini. Benar-benar tidak ada yang mau mendukung dirinya.

'Aku memang sangat bersyukur diselamatkan dari Rina si tukang drama ini. Setidaknya anakku tidak terjebak dengan kegatelannya Lisa. Sangat bodoh kalau benar aku melanjutkan perjodohan itu. Tapi.... Kenapa malah gadis itu yang menjadi menantuku? Melihat wajahnya yang sok alim dan polos saja aku geram. Dulu suamiku yang terpelet dengan anak itu. Sekarang anakku. Dan benar-benar diluar ekspektasiku. Fauzan sudah lama mengenal dan memiliki perasaan yang begitu dalam. Pasti sangat susah untukku pisahkan.'

Semakin lama semakin bosan baginya. Ia yang sudah merasa cukup dengan perkumpulannya, memilih pamit untuk undur diri lebih dulu. Tidak memperdulikan teriakan panggilan Rina yang berusaha menahannya.

💐~💐


Dengan setelan kemeja rapinya, Fauzan menuruni anak tangga berjalan menunduk sembari fokus memakai dasi yang sedari tadi ia kesalkan. Dari dulu ia sama sekali bingung bagaimana cara memakainya dengan rapi. Kalau tidak ada rencana pertemuan klien hari ini, tidak akan pernah ia mau memakai dasi yang menyulitkan dirinya.
"Dasi sialan! Dari dulu aku memang sangat malas untuk memakainya. Kalau bukan karena meeting ku hari ini bersama klien ku, tidak akan pernah maunya aku memakai dasi sialan ini." Dengus pelannya yang masih bisa didengar oleh Aira.

Aira menggelengkan kepalanya. Ia menghentikan sebentar penataan makanan yang ia siapkan. Berjalan ke arah Fauzan yang benar-benar sudah lemas putus asa dengan kebodohannya.

"Kalau gak bisa, minta bantuan ke Aira Mas."
Fauzan tercekat dengan kehadiran Aira yang sudah langsung mengambil alih dasi pada tangannya. Sedikit merendahkan tubuhnya untuk menyeimbangkan postur tubuh yang sedikit lebih tinggi daripada Aira. Kedua lengan Aira mengalung pada leher Fauzan yang berusaha sedang menyelipkan dasi di sebalik kerah kemejanya. Telatennya Aira menjadi pusat perhatiannya Fauzan.

Menanti LillahWhere stories live. Discover now