🍂Cemas🍂

408 47 5
                                    

“Ayo lah Dafa! Apa susahnya kamu menerima ajakan mama?”“Dafa gak mau Ma! Tolong jangan paksa Dafa!”“Anaknya cantik, berpendidikan dan sama juga dengan kamu, calon Dokter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Ayo lah Dafa! Apa susahnya kamu menerima ajakan mama?”
“Dafa gak mau Ma! Tolong jangan paksa Dafa!”
“Anaknya cantik, berpendidikan dan sama juga dengan kamu, calon Dokter. Orang tuanya pemilik Medical Hospital. Kalau kamu bisa mendekati anaknya, gelar atau pangkat kamu akan aman nantinya Daf.”
“Cukup Rina!! Jangan sekali-kalinya kamu mengatur anakku!!”
“Dia juga anakku!! Kenapa kamu selalu ikut campur urusanku?!”

Ridwan semakin tersulut emosi. Tangan terkepal dan rahang mengerat. Ia sudah semakin muak melihat sikap buruk istrinya. Bertindak seakan selalu berkuasa. Egois, keras kepala dan selalu berani membantah perkataannya.
“Dafa lebih berhak memilih siapa menjadi pendampingnya. Kita jangan ikut campur masalah hati mereka. Cukup Lisa yang kamu rusak. Kamu lihat kan, putri kesayangan kamu itu sudah cukup membuatku malu. Dia perempuan tapi tidak bisa menjaga marwahnya. Apa kamu tidak takut Lisa akan terjebak dengan ulahnya sendiri?!”
“Pa, Ma, sudah! Malu didengar tetangga.”
“Kamu mau ikut perkataan mama atau Papa kamu?!” Desak Rina.

Dafa memijat pelipisnya yang berdenyut. Menghadapi sikap menuntut sang Mama memang menguras energinya. Lisa yang baru saja keluar dari area kamarnya tersenyum meledek ke arah Dafa.
“Lo itu udah dipelet sama cewek sok alim lo itu.”
“Jaga omongan kakak!!” Refleks membentak Lisa.
“Oh, ternyata kamu masih juga berhubungan dengan anak itu?!”
Lisa terkekeh dengan penuh makna. Ia merasa senang jika Dafa tersudutkan.

“Aira gak salah apa-apa Ma.”
“Dia itu gak selevel dengan kita Dafa.”
“Itu bukan hak kamu untuk menilai seseorang. Nak Aira itu lebih bagus akhlaknya daripada anak kamu ini!!” Menunjuk Lisa yang sudah memasang raut kesalnya.
“Papa kenapa sih selalu menjelek-jelekkan Lisa?! Seakan-akan Lisa ini bukan anak Papa. Kenapa harus Dafa aja yang Papa bangga-banggakan?! Pilih kasih banget!!” Amuknya.

Rina berusaha menenangkan Lisa yang sudah mulai tersulut emosi dan ingin menangis. Ridwan malah memberikan senyum melecehnya.
“Kamu tanya sendiri dengan Mama kamu ini. Tabiat kalian memang sama persis!!” Meninggalkan kericuhan.

💐~💐


3 hari dalam tugasnya, membuat Fauzan sangat boring. Perjalanan beberapa jam dari Surabaya membuat ia pusing. Ingin sekali merebahkan tubuh lelahnya. Arlan yang menyetir melirik sebentar ke arah sisi sebelahnya. Ia terkekeh meledek kelesuan Fauzan.
“Pusing kan lo? Siapa suruh punya bisnis dimana-mana. Lo nikmatin aja deh.”

Tidak berekspresi apapun. Fauzan lebih memilih menyenderkan kepalanya pada kaca mobil. Arlan yang melihat itu semakin meledek Fauzan yang sama sekali sudah tidak bersemangat.
‘Ok Zan. Gue bakal kasih mood booster buat lo.’
Semakin mempercepat laju mobilnya ketika ia melihat gerbang tol sudah berada di pandangannya. 

“Aira, ini ditaruh dimana Nak?”
“Di etalase dekat kasir Buk.”
Aira kehadiran Ibunya yang juga membantu ia hari ini. Secara tiba-tiba saja Ibunya menginginkan untuk ikut dalam kesibukan Aira pada toko kuenya. Walaupun Aira sudah menolak keras, tetap Ibunya memaksa.

Menanti LillahWhere stories live. Discover now