🍂Humairaku🍂

786 71 22
                                    

Perjalanan malam yang cukup mengalami kemacetan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perjalanan malam yang cukup mengalami kemacetan. Kaki Aira terus terhentak gelisah melihat kemacetan yang mereka hadapi.

"Sabar ya Sayang. Mas berusaha maju ke depan dulu, nanti kita masuk ke simpang itu aja."
"Mereka udah nunggu kita dari tadi Mas. Enggak enak juga dengan Acha. Coba aja ada motor Aira, pasti bisa lebih cepat sampai."
Fauzan mengulas senyumnya. Ia mengelus lembut pucuk kepala Aira.

"Maaf Sayang. Mas gak tahu kalau lewat jalan ini malah kena macet."
"Udah Aira arahkan jalan yang benar masih tetap ngeyel pilih jalan ini."
"Yaaa.... Mas kira kalau kita lewat jalan ini, bakal lebih cepat sampai. Karena jarak lebih dekat."
"Tapi ini kan jalanan besar Mas. Pasti kena macet. Apalagi ini malam Minggu."

Menepis tangan Fauzan yang terus tidak berhenti mengelus kepalanya. Menyandarkan tubuh pada kaca mobil sebab kesal dengan argument dirinya dan Fauzan. Fauzan memfokuskan kembali gerak pelan mobilnya hingga ia pun berhasil membelokkan haluan arahnya ke satu simpang yang bisa dibilang solusi terbaik agar bisa menghindari kemacetan.

"Aira lama banget ya?"
"Masih kena macet. Ditunggu dulu ya guys!"
"Aku benar-benar harus pergi dari sekarang. Ini udah lama. Dari tadi belum muncul juga."
"Sabar dong Daf! Mungkin sebentar lagi."

Pada satu gerai makanan yang terbilang cukup digandrungi orang-orang. Mereka dengan masih sabarnya menunggu kehadiran Aira dan Fauzan. Warung langganan yang dulu sering mereka jajahi masa-masa perkuliahan mereka dulu. Menyuguhkan makanan pedas menjadi kesukaan mereka. Acha tengah mendapatkan keberuntungan dalam usaha kerasnya mencari lowongan pekerjaan. Keterima pada salah satu perusahaan besar membuat ia sangat bersyukur dan ingin membagi rasa syukurnya kepada semua teman-temannya. Membuat sebuah janji pertemuan pada warung sederhana pilihan mereka masa lampau. Hitung-hitung bisa kembali bernostalgia di masa yang sekarang.

Fauzan kebingungan mencari tempat parkir yang lumayan terlihat penuh. Ia terheran dengan tempat yang Aira tunjukkan. Hanya sebuah warung sederhana yang menempati 1 ruko tapi memang terlihat sangat ramainya. Bahkan, di bagian depan tersuguhkan sebuah tenda terpal biru untuk menambah tempat dimana ruangan dalam sudah penuh.

"Warung Cak Min. Aira, yakin ini tempatnya?"
"Iya, Mas. Itu mereka. Ayo Mas! Aira merasa gak enak dengan mereka semuanya. Pasti udah nunggu lama banget."
Menarik tangan Fauzan untuk lebih cepat menuju warung sederhana tersebut. Fauzan hanya pasrah menurut walau masih belum yakin dengan pilihan tempat yang ia kira sebuah cafe atau Restaurant dalam bayangannya.

"Maaf ya, kita telat."
"Hai, mas Fauzan!" Sapa lebih dulu Acha dan Elsa dengan girangnya.
"Hai, semuanya!" Kembali membalas dengan juga sama girangnya.
Aira terdiam dikala tatapannya bertegur sapa dengan tatapan Dafa. Dafa menatap lurus serius ke arah Aira. Tergambarkan jelas sebesar apa rasa rindunya. Namun, itu semua tidak bisa ia utarakan sebab ada pria lain yang bersama Aira.

"Akhirnya, kedua pasutri kita udah datang. Jadi lengkap deh. Apalagi kita kehadiran member baru. Apa kabar mas Fauzan?"
"Hahaha.... Emangnya boleh aku masuk dari bagian pertemanan kalian? Apa kalian mau menerima orang kolot sepertiku?"
"Hahaha.... Jangan berkecil hati mas Fauzan. Kita menerima siapa aja yang mau berteman dengan kita." Terang Jessy dengan ramahnya.

Menanti LillahWhere stories live. Discover now