🍂Restu🍂

434 52 5
                                    

Fauzan dan Arlan memilih berpisah arah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fauzan dan Arlan memilih berpisah arah. Ia memerintahkan bawahannya untuk menjemputnya. Dari Bandara menuju tempat tujuan yang memang sudah lamanya ia rencanakan. Dengan membawa banyaknya paper bag pada sisi sampingnya.
"Langsung ke tujuan yang pak Fauzan maksud?"
"Iya."
"Baik, Pak."

Terus merapalkan doa di kala perasaannya yang ragu. Ia takut akan melakukan kesalahan. Perjalanan bisnisnya sangat melelahkan. Tapi untuk kali ini, ia tidak akan mau menampilkan raut lelahnya.

Mulai menarik kedua sudut bibirnya. Dari kejauhan, ia sudah bisa melihat wanita paruh baya yang sudah sangat ia anggap seperti orang tuanya sendiri.

"Tunggu di sini sampai aku selesai!"
"Baik, Pak."
Fauzan berusaha menggenggam semua banyaknya paper bag pada tangannya. Mulai membuka pintu pagar yang menyentak wanita paruh baya tersebut.

"Nak Fauzan?"
Fauzan memberikan senyum sumringahnya.
"Ibuk." Menyalami tangan sang Ibu.
"Ya Allah.... Ada apa ini? Baru dari mana kamu? Ini apa?" Tanya Hanum.

Fauzan terdiam kaku sebentar. Hanum lebih dulu menuntun Fauzan untuk masuk ke dalam rumahnya. Agar mendapatkan kenyamanan.

Fauzan ditinggalkan sebentar oleh Hanum yang lebih dulu beranjak ke area Dapur. Hanum ingin menyediakan air mineral untuk sekadar menjamu kedatangan Fauzan yang juga belum ia ketahui maksudnya.

"Ibuk cuma sediakan air putih saja ya." "Hmm.... I-iya, Buk. Enggak apa-apa." Hanum menelisik semua paper bag yang sudah tertera di hadapannya sembari berulang kali menatap raut canggung Fauzan.

"Ini ada apa? Tumben kamu langsung ke sini. Kalau mau cari Aira, pastinya ada di toko, Zan. Di sini cuma ada Ibuk."
Fauzan masih dengan senyuman kikuknya sembari berulang kali mengusap tengkuknya. Entah kenapa ia merasa sangat canggung berbeda dari hari-hari sebelumnya.

"Ini apa?" Mencoba menanyakan semua barang bawaan Fauzan.
Fauzan mulai mencoba merilekskan rasa canggungnya.

"Oh, iya Buk. Fauzan lupa. Hmm.... Ini oleh-oleh untuk Ibuk."
"Emangnya kamu dari mana?"
"Fauzan baru pulang dari mengecek semua pekerjaan Fauzan di beberapa kota. Ini beberapa oleh-oleh dari perjalanan Fauzan kemarin. Mohon diterima ya Buk. Dan ini.... Untuk Aira."

Hanum memberikan senyumannya. "Terimakasih nak Fauzan. Tapi.... Yang sebenarnya, pasti ada sesuatu yang mau nak Fauzan sampaikan ke Ibuk. Sampai kamu bela-belain langsung datang ke sini."
Fauzan menyunggingkan senyum kikuknya kembali.

"Hmm.... Mungkin, Ibuk sudah tahu maksud Fauzan. Fauzan.... menyukai Aira, Buk. Fauzan ingin melamar Aira, meminta Aira dan meminta restu dari Ibuk." Menatap serius raut teduh Ibu Aira. Ia merasa sangat tegang berbeda di saat ia berhadapan dengan Arbani saat pertama kalinya ia mengungkapkan perasaannya terhadap Aira.

Menanti LillahWhere stories live. Discover now