🍂Wisuda🍂

471 61 0
                                    

Aira bukan hanya menjadi kebanggaan keluarganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aira bukan hanya menjadi kebanggaan keluarganya. Pihak Universitas pun merasa bangga dengan kelulusan Aira yang memiliki nilai IPK 4,00. Lulus dengan predikat kehormatan tertinggi. Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) sudah berhasil Aira terima.

Namanya dipanggil oleh MC dengan penuh kehormatan. Iringan tepuk tangan teman-temannya, para orang tua, Dosen dan lainnya membuat hati Aira menghangat. Kedua matanya sudah berkaca-kaca. Ia berusaha tahan agar tidak terlalu mengganggu suasana bahagia yang ia rasakan sekarang.

Berjalan ke arah panggung dengan anggunnya. Segala prestasi dan pengabdian Aira selama ini menjadi panutan mahasiswa mahasiswi lainnya yang juga turut merasa bangga. Senyum haru Ibuk, Delia dan Arbani terukir. Tak sangka butiran cairan bening jatuh membasahi pipi mereka. Delia menggenggam erat tangan Ibuk.
"Ibuk berhasil mendidik Aira. Terimakasih untuk semua kasih sayang dan perhatian Ibuk ke kami selama ini."

💐~💐

Fauzan mengutuk diri dalam hati. Sudah 3 jam lebih ia tak beranjak dari pertemuan. Pertemuan yang dirancang secara mendadak oleh Papanya. Teman lama sang Papa yang ingin mengenal Fauzan dan sedikit belajar berbisnis dengan mereka.

'Sampai kapan lagi aku harus terduduk bosan seperti ini Pa....!' Geramnya.
Berulang kali memandang arloji.

"Ok, di lain waktu saya akan atur pertemuan kita berikutnya Fauzan. Saya benar-benar tertarik untuk berbisnis seperti kamu nak Fauzan."
"Baik pak Surya. Hubungi saya saja kalau masih ada keperluan."
Menjabat tangan menjaga sikap ramahnya.

Merangkul sang Papa sebagai perpisahan pertemuan mereka. Dan sedikit berbisik yang sebenarnya masih terdengar di pendengaran Fauzan.
"Anakku single. Sepertinya kita cocok untuk besanan."
Papa tersenyum sekilas di saat tatapan Fauzan menajam mengode tak suka dengan ide gila teman lama Papanya.

"Bisa diatur Surya. Anakku juga sudah sepantasnya untuk memberiku cucu."
"Hahaha.... Bagus kalau begitu. Suatu waktu nanti aku akan membawa putriku agar mereka bisa berkenalan lebih dekat. Aku pamit pulang. Sampai ketemu kembali Fauzan."

Hilangnya wujud teman lama Papa melegakan Fauzan. Ia pun dengan terburu-buru nya menyampirkan tas dan berlari tanpa berpamitan.

"Loh.... loh.... loh.... Fauzan!! Kamu mau kemana?! Bantuin Papa dulu Fauzan!!"
Fauzan terus berlari tanpa memperdulikan panggilan Papa. Ia menuju mobil dan menatap arlojinya yang sudah sangat terlambat. Menggeram kesal.

Universitas Negeri Jakarta bertepatan di jalan R. Mangun Muka Raya menjadi tujuannya. Mobil ia kendarai sangat cepat. Terdapat kemacetan tak membuat ia putus asa. Jalan alternatif ia telusuri agar cepat sampai. Hampir saja ia lupa untuk membeli sebucket bunga. Ia menepi dan memesan yang terindah.

Perjalanan pun sudah mencapai tujuan. Gedung megah ini sudah dipenuhi jajaran mahasiswa-mahasiswi dan para orang tua yang tengah mengabadikan moment kelulusan putra putri mereka. Fauzan mencoba berjalan ke tengah kepadatan orang-orang yang sedang sibuk berfoto. Ia kesusahan mencari wanita yang ingin ia temui. Menghubungi Arbani menjadi jalan pintas baginya.

Menanti LillahWhere stories live. Discover now